NovelToon NovelToon
Tritagonis

Tritagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Poligami / CEO / Cintamanis / Dark Romance / Cintapertama
Popularitas:700
Nilai: 5
Nama Author: Girl_Rain

Setelah kesalahan yang dilakukan akibat jebakan orang lain, Humaira harus menanggung tahun-tahun penuh penderitaan. Hingga delapan tahun pun terlewati, dan ia kembali dipertemukan sosok pria yang dicintainya.

Pria itu, Farel Erganick. Menikahi sahabatnya sendiri karena berpikir itu adalah kesalahan diperbuat olehnya saat mabuk, namun bertemu wanita yang dicintainya membuat Farel tau kebenaran dibalik kesalahan satu malam delapan tahun lalu.

Indira, sang pelaku perkara mencoba berbagai cara untuk mendapat kembali miliknya. Dan rela melakukan apapun, termasuk berada di antara Farel dan Humaira.

Sebenarnya siapa penjahatnya?

Aku, Kamu, atau Dia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Girl_Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Sepihak

  "Katakan padaku, apa maksud perkataanmu pada Exel tadi?" tanya Indira saat mobil baru saja bergerak. Dia menghadapkan diri pada Farel yang fokus ke depan.

  "Kita bukan suami-istri lagi, Aku masuk islam."

  Spontan mata Indira membola dengan mulut sedikit terbuka serta tubuhnya yang membeku. "Apa?"

  "Aku masuk islam sebulan lalu, dan dalam agamaku yang sekarang tidak ada istilah pernikahan beda agama. Ikatan pernikahan kita langsung terputus begitu Aku mengucapkan لا الہ الا اللہ," jelas Farel tanpa memandang wanita di sampingnya.

  "Benarkah? Kamu melakukan ini, Farel? Kenapa, kenapa?" pekik Indira mulai histeris ditambah mata yang berkaca-kaca.

  "Kamu mau menikahi Humaira, iya?" bentak Indira.

  "Iya, dan hari ini pukul sepuluh Aku baru saja melakukan akad nikah dan sedang dalam perjalanan menjemput Humaira, sebelum bertemu denganmu," jawab Farel tenang.

  Perlahan liquid bening mengalir dari mata Indira. Dia jadi memperhatikan penampilan Farel dan baru menyadari Farel memakai tuxedo dan topi (peci) di kepala, yang berarti Farel jujur atas perkataannya.

  Dengan tangan gemetar Indira menunjuk pada dirinya sendiri. "Kamu mau mencampakkanku, orang yang telah bersamamu selama bertahun-tahun demi orang yang Kamu kenal beberapa tahun saja?"

  "Maafkan Aku, tapi Aku sangat mencintai Humaira. Selama ini Aku hanya menganggapmu temanku saja, terkadang sebagai adik juga." Kata-kata Farel yang seolah membenarkan perkataan tidak langsung Indira bahwa dirinya ba✓ingan, atau memang benar?

  "Aku tidak pernah merasakan perasaan yang kurasakan pada Humaira terhadapmu, Indira," sambung Farel.

  Indira berteriak histeris, "Tidak ada perasaan sama sekali?! Kenapa bisa gitu, kenapa?!" sambil memukul-mukul bahu Farel.

  "Kenapa?! Kenapa Kamu tidak bisa mencintaiku?! Padahal waktu yang Kamu habiskan denganku lebih banyak ketimbang wanita itu! Kita juga telah melewati banyak hal bersama, suka dan duka!"

  Farel membiarkan Indira memukulinya sambil tetap fokus mengemudikan mobil. "Aku juga tidak tahu, Indira.... Perasaan Aku terhadap Humaira muncul begitu saja, tanpa Aku minta," kata Farel sedikit lirih.

  Ada ruang dalam hatinya bertanya-tanya juga alasan ia bisa sejatuh ini kepada Humaira, bahkan hanya membutuhkan beberapa detik tatapan muka pertama kali di SMA.

  Waktu sedang berjalan bersama Edgar di koridor, mereka hampir saja bertabrakan dengan dua orang perempuan yang berhijab.

  Farel yang tahu bahwa perempuan bercadar telah menjadi incaran Edgar, hanya tersenyum saat mati-matian sahabatnya itu mengatai perempuan bercadar hingga kerutan muncul di dahi perempuan itu. Hingga tawa kecil mengalihkan pandangannya-seorang perempuan yang berhasil menghentikan tatapannya.

  Saat itulah Farel merasakan jantungnya berdetak aneh, seluruh tubuhnya seakan tersengat listrik dan perutnya agak geli.

  "Perasaan seseorang tidak bisa dipaksa, tapi Aku pernah mengusahakan perasaanku padamu selama pernikahan kita. Dan tidak berhasil," lanjut Farel, suaranya berat.

  "Apa maksudmu mengusahakannya? Kamu jarang pulang ke rumah, dan lebih sering mengajakku bertengkar! Apalagi sekarang, Kamu bahkan tidak peduli lagi padaku yang pingsan!" Indira ngos-ngosan, air matanya membanjir. "Kamu tau betapa sakitnya Aku, berharap Kamu peduli padaku?!"

  "Sebelum mengetahui semuanya, mungkin Aku masih sedikit peduli padamu, tapi sekarang Kamu memelas perhatian pada seseorang yang telah Kamu khianati kepercayaannya? Kamu bersikap tidak tau diri, Indira," timpal Farel dingin. Tangannya memegang kemudi kuat-kuat sebagai pelampiasan atas kemarahannya.

  Dada Indira terasa remuk, kata-kata Farel menghantamnya bagai badai. Dia terdiam, tak bisa membalas, karena di dalam hati, dia tahu Farel benar.

  "Aku sudah cukup memberi penjelasan. Setelah ini, jalanilah hidup dengan lebih baik. Surat cerainya Aku letakkan di atas meja, Kamu tanda tangani. Meski kita telah bercerai secara agama, Aku juga tidak mau terlibat denganmu dalam hukum," ucap Farel menghentikan mobil.

  Farel mendekati pintu mobil cepat dan membuka, lalu melepas salt bet yang melilit Indira. Farel menegakkan kembali posisinya. "Keluar!"

  Indira turun dari mobil dengan kaki yang tak stabil. Pasti, rumah itu... rumah yang dulu jadi saksi kehidupan mereka sebagai suami-istri. Sekarang, Farel pergi tanpa menoleh. Mobilnya melaju, meninggalkan Indira sendirian di depan rumah yang sudah jadi asing. Dia ambruk, air matanya tumpah sejadi-jadinya.

  Farel menggenggam kemudi semakin erat, matanya lurus ke depan. "Maaf, Indira... Tapi kamu yang buat semuanya jadi begini."

  Siang hari memang waktu sibuknya Humaira beserta dua karyawannya, makanya ia tak punya waktu memerhatikan wajah pelanggan selain menyapa dan menyuruhnya duduk.

  Setiap kali bunyi pintu berderit, Humaira berbalik menghadap pintu. "Selamat datang di toko kami. Silahkan duduk di meja yang kosong, Saya akan segera mencatat pesanan Anda."

  Kemudian membelakanginya dan hendak pergi ke dapur.

  "Aku memesan Humaira. Tolong dibungkus segera."

  Langkah Humaira berhenti mendengar suara yang familiar. Kepala menoleh patah-patah ke belakang, dan dugaan tentang Farel yang datang benar adanya.

  Pria itu berdiri tegas dengan kedua tangan dalam saku celana, dan senyuman yang menghiasi wajahnya.

  "Apa maksudmu?" Mata Humaira memicing. Humaira membalikkan badan sepenuhnya menghadap Farel.

"Aku pesan lagi, bungkus satu Humaira, segera." Farel mengulang, berusaha menahan senyum. Dia gak mau ketahuan terlalu bahagia.

Kalau bukan karena harus terlihat tenang dan waktunya yang terbatas, Farel mungkin akan meluapkan kebahagiaannya dengan melompat-lompat seperti yang sempat dilakukannya seusai akad, dan teguran dari ayah mertuanya lah yang menghentikannya.

"Kamu jangan bercanda, banyak orang lihat. Lagian..." Humaira pergi ke pojok, ambil sapu, lalu menyodorkan ke Farel. "Aku nggak takut mukul kamu pakek sapu!"

Mereka jadi tontonin sama orang-orang di toko.

Farel nyaris ketawa, tapi dia tahan. "Gak nyangka, belum satu jam jadi istri, kamu mau KDRT aku. Tapi aku ridha kok."

Dahi Humaira mengkerut, tidak mengerti atas ucapan Farel. "Kamu bicara apa 'sih? Bikin bingung tau."

Farel tersenyum. Kaki panjangnya melangkah lebar menghampiri Humaira. Meski wanita itu reflek mundur, tapi ia berhasil meraih ujung sapu. Farel menarik pegangan sapu membuat orang yang memegang kuat di seberang terjatuh dalam pelukannya.

Humaira sangat terkejut dan tidak sempat menolak saat ubun-ubun kepalanya merasakan telapak tangan Farel.

"اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ"

∆Transliterasi: Allahumma inni as'aluka khayraha wa khayra ma jabaltaha 'alayh, wa a'udzu bika min sharriha wa min sharri ma jabaltaha 'alayh.

Artinya: "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan sifat yang Engkau ciptakan pada dirinya, dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan dirinya dan dari keburukan sifat yang Engkau ciptakan pada dirinya."

Mata Humaira terbelalak dan tubuhnya membeku. Meski ini pertama kali dipraktekkan padanya, bukan berarti Humaira tidak mengetahui doa ini. Dan walau Farel masih agak kaku membacakannya, tapi Humaira mengerti maksudnya.

Perlahan Farel menegakkan tubuh Humaira, membuat wanita itu menatap wajahnya. Lalu melayangkan kecupan di dahi Humaira, dan berkata, "اللھم صل علی سیدنا محمد. Aku mencintaimu, Humaira."

Kemudian teluk riuh para penonton pun terjadi.

...🌾🌾🌾🌾...

1
kalea rizuky
hmmmm gass mp
kalea rizuky
anakmu yg jalang kok nyalahin orang oh tua bangka
kalea rizuky: tau ih sebel bgt liat modelan aki2 tolol
total 2 replies
kalea rizuky
Farel ma Indira selama jd istri sering tidur bareng gk thor
@Girl_Rain67: Nggak pernah 😄
total 1 replies
kalea rizuky
Farel uda tau bukan anak nya np g cerai oon amat
kalea rizuky
uda tau kn berarti Rifka bukan anak mu jd jangan sok baik
kalea rizuky
Indira jahat amat lu
@Girl_Rain67: Cinta, Mbak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!