Spin off: Antagonis Cantik Tawanan Mafia Kejam
Karena sering terkena skandal dan membuat nama keluarganya selalu terseret, sekarang Jenna harus diawasi oleh seorang bodyguard pilihan Ayahnya agar tidak bisa membuat masalah baru.
Namun, bodyguard pilih Ayahnya adalah pria yang sangat dibenci oleh Jenna. Jenna tidak akan diam saja, ia akan membuat sang bodyguard tidak betah dan mundur dari pekerjaannya.
Tetapi, rencana Jenna menjadi berantakan dan ia malah terjebak dengan perasaan yang seharusnya tidak pernah muncul lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MTMH18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lima belas
Elios mengetuk pintu di mana Jenna berada, Aurel yang kebetulan hendak pulang langsung membukakan pintu dan ia sedikit terkejut saat melihat pria itu.
“Oh Elios, akhirnya kau datang juga. Kami harus pergi ke acara penting, kemungkinan kami akan ke sini besok pagi. Apa kau bisa menjaga Jenna sampai besok?” Tanya Morgan yang kini beranjak dari duduknya.
“Bisa, Tuan,” jawab Elios dengan sopan.
“Kami percayakan Jenna kepadamu!” Morgan menepuk bahu Elios sebanyak dua kali, sebelum keluar dari sana.
“Aurel, kami akan mengantarmu,” ucap Chesa yang membuat Aurel tersadar dan langsung mengikuti kedua orang tua Jenna.
Setelah itu hening, karena semuanya sudah keluar dari ruang rawat Jenna. Elios menutup pintu, ia duduk di sofa yang tadi diduduki oleh kedua orang tua Jenna.
Pria itu melirik ke arah Jenna yang masih belum sadar, jadi ia akan memanfaatkan waktu ini untuk tidur sebentar. Elios mulai memejamkan matanya, ia akan tidur dengan posisi duduk.
Sekitar sepuluh menitan Elios terlelap, Jenna terlihat membuka mata. Wanita itu baru sadar, dan tubuhnya masih terasa lemas.
“Di mana?” Gumam Jenna dengan suara lemahnya.
Wanita itu menoleh ke samping dan ia sedikit terkejut saat melihat Elios yang tertidur dengan posisi duduk, Jenna tidak bisa banyak bergerak, karena ia benar-benar lemas.
“Dia sudah menyelamatkanku, pasti dia kelelahan,” gumamnya yang langsung mengingat kejadian tadi di tengah laut.
Jenna memejamkan matanya sejenaknya, rasa takutnya kembali muncul. Apalagi Jenna seakan tidak bisa melihat apapun saat tenggelam, semuanya terasa gelap sampai ada tangan yang menariknya dengan kuat dan memeluk tubuhnya.
Jenna menghembuskan napas dengan kasar, trauma itu kembali muncul dan membuat tubuhnya mulai gemetar. Namun ia tidak boleh kalah dengan rasa takutnya, karena dirinya sudah lebih kuat.
“Nona Jenna sudah sadar?” Suara Elios menyentaknya.
Pria itu sudah bangun, karena merasa ada yang memperhatikannya dan dugaannya benar… Jenna sudah sadar.
“Saya akan memanggilkan dokter,” ucap Elios sambil menekan nurse call.
Jenna menatap pria itu, meskipun Elios selalu memberitakan ekspresi datarnya… tetap saja mata hitamnya tidak bisa bisa menyembunyikan rasa lelahnya.
“Nona Jenna ingin sesuatu?” Tanya Elios yang kini membalas tatapan wanita itu.
Jenna menganggukkan kepalanya, “Aku lapar dan ingin makan makanan pedas, pesankan aku makanan pedas!”
Pria itu kembali ke sofa dan mengambil ponselnya untuk memesankan makanan pesan, sesuai dengan keinginan Jenna.
“Ada lagi yang Nona Jenna inginkan?” Tanya Elios sambil menoleh ke arah wanita itu.
“Jus jeruk!” Jawab Jenna yang langsung dipesankan oleh pria itu.
Elios kembali mendekat, ia duduk di sisi Jenna yang tampak masih lemas. Tangannya tergerak untuk menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik wanita itu.
Tentunya perlakuan Elios membuat kerja jantung Jenna semakin cepat, padahal hanya hal biasa saja. Tatapan mereka bertemu, dan mata hitam itu seakan mengunci mata Jenna untuk tidak melihat ke arah lain.
“Selamat malam,” suara lembut itu menginterupsi keduanya.
Elios segera menarik tubuhnya, agar Clara bisa memeriksa keadaan Jenna yang terlihat tercengang melihat sosok yang memakai jas putih itu.
“Saya akan melakukan pemeriksaan,” ucap Clara yang menyadarkan Jenna.
Tatapan Jenna kini teralihkan ke arah Elios yang ternyata menatap ke arahnya, entah mengapa ada perasaan senang saat melihat mata hitam itu tertuju padanya.
“Mommy!” Seruan itu membuat semuanya terkejut.
“Lionel tunggu di ruang kerja Mommy, Mommy masih mengobati pasien,” ucap Clara kepada putra pertamanya.
Anak laki-laki yang bermakna Lionel itu menganggukkan kepalanya dan menutup kembali pintu ruang rawat Jenna.
“Apa dia putramu?” Tanya Jenna yang langsung bisa mengenali wajah putra dari Clara.
Clara tersenyum tipis, “Benar.”
Jenna ikut tersenyum senang, “Dia sangat mirip dengan Tuan Sean, jika aku memiliki seorang putri… maka aku ingin menjodohkannya dengan Lionel.”
Clara sedikit terkejut mendengarnya, tetapi kemudian ia terkekeh senang mendengarnya.
“Aku tunggu kabar baik darimu, Jenna,” balas Clara sambil memberi isyarat dengan lirikan.
Jenna yang mengerti langsung memukul pelan lengan teman lamanya itu, ekspresinya terlihat begitu kesal.
“Kau bisa pulang besok kalau hasil pemeriksaanmu semakin baik, sekarang tekanan jantungmu masih sedikit lemah dan besok akan dilakukan pemeriksaan lagi. Mau aku bawakan apa besok?” Tanya Clara yang membuat Jenna tersenyum begitu lebar.
“Keponakanku, bawakan aku mereka!” Pinta Jenna yang dibalas senyuman oleh Clara.
“Baiklah, aku akan membawa mereka. Apa sekalian dengan suamiku?” Tanya Clara yang membuat senyum Jenna menghilang.
“Jangan, suamimu sangat menyeramkan dan aku sedikit takut dengannya,” jawab Jenna yang sama sekali tidak berubah.
Setelah itu Clara berpamitan kepada Jenna dan Elios, karena ada hal yang lain yang harus diurus olehnya.
Seperginya Clara dan dua perawat, membuat suasana di dalam ruang rawat Jenna terasa sunyi kembali. Baik Jenna maupun Elios, keduanya sama-sama diam dengan pikiran masing-masing.
“Terima kasih sudah menyelamatkanku,” ucap wanita itu setelah sekian lama keheningan melanda.
“Itu sudah menjadi tugas saya, Nona Jenna,” jawab Elios yang dibalas dengusan oleh Jenna.
“Meskipun kau sudah menyelamatkanku, aku tidak akan luluh kepadamu dan aku akan melakukan apa saja untuk membuatmu dipecat!” Kata wanita itu yang dianggap angin lalu oleh Elios yang kini beranjak dari duduknya, karena ada yang mengetuk pintu.
Makanan dan minuman yang dipesannya sudah tiba, Elios membelinya di tempat langganannya dan sudah dipastikan makanannya sangat aman untuk Jenna.
“Nona Jenna mau saya suapi?” Pertanyaan itu membuat Jenna hampir melempar bantal ke wajah menyebalkan Elios.
“Tidak, aku masih memiliki dua tangan dan tidak lumpuh!” Jawab wanita itu dengan kesal.
“Baiklah,” Elios membantu Jenna untuk duduk dengan nyaman, di belakang punggung wanita itu diberi bantal agar empuk.
“Baunya sangat enak,” gumam Jenna yang tidak sabar memakan makanan yang sedang disiapkan oleh pria itu.
“Kau tidak makan?” Tanya wanita itu saat sadar kalau hanya ada satu makanan saja, Elios tidak memesan apapun.
“Saya tidak lapar,” ucap pria itu bersamaan dengan perutnya yang berbunyi.
Jenna menahan senyumannya, ia menarik Elios agar duduk di sebelahnya.
“Kalau begitu kita makan berdua saja, porsinya sangat banyak dan aku tidak bisa menghabisi ya,” ujar wanita itu sambil menyerahkan sendok kepada Elios yang langsung mengambilnya.
“Suapi aku!” Perintah Jenna yang berubah pikiran, karena ternyata tubuhnya masih tidak kuat untuk memegang sendok terlalu lama.
Elios menyupainya, dan saat suapan ketiga wanita itu tiba-tiba melayangkan protes karena Elios masih belum makan sama sekali.
“Sudah kenyang.” Jenna menggelengkan kepala, menolak suapan dari pria itu.
Masih tersisa setengah, jadi Elios menghabiskan semuanya walau sebenarnya ia tidak menyukai makanan pedas.
“Kenapa kau berkeringat? Bahkan wajahmu sangat merah?” Heran Jenna.
Bersambung.
no kaleng...kaleng.....😁