Ditahun ketiga pernikahan, Laras baru tahu ternyata pria yang hidup bersamanya selama ini tidak pernah mencintainya. Semua kelembutan Hasbi untuk menutupi semua kebohongan pria itu. Laras yang teramat mencintai Hasbi sangat terpukul dengan apa yang diketahuinya..
Lantas apa yang memicu Laras balas dendam? Luka seperti apa yang Hasbi torehkan hingga membuat wanita sebaik Laras membalik perasaan cintanya menjadi benci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan mendalam
Sebesar-besarnya rasa sayang kalau hati sudah terlalu kecewa, tetap memilih untuk pergi.
Kepergian Laras membuat Hasbi menunduk pilu, laki-laki itu pulang dengan hati yang patah.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Hasbi tak henti-hentinya mengumpat dengan sebuah benda pipih yang entah sudah berapa lama masih melekat di daun telinganya. Suara isak tangis Naila dan Cantika, semakin membuat amarahnya memuncak.
"Kemana lagi kamu, Hera. Anak-anak sejak tadi nangis cariin kamu."
Di seberang sana, tak ada jawaban yang Hasbi inginkan. Kembali dia mengumpat dan menendang semua benda yang ada di hadapannya. Ekor matanya hanya bisa menatap sedih putri-putrinya yang kini menangis dipelukan asisten rumah tangganya.
Sebuah tepukan di bahunya, membuat Hasbi kembali ke alam nyata.
"Sabar, kontrol emosi kamu."
"Hera sudah sangat keterlaluan, Bu."
"Kita tunggu dulu Hera pulang, mungkin nggak lama dia datang."
Hasbi hanya mengangguk lemah. Dia tak lagi punya kekuatan berpijak mana kala mengingat seseorang yang dulu begitu peduli, kini sudah menyerah dan memilih pergi.
Ternyata hingga tengah malam Hera tak kunjung datang, padahal menurut Nur, perempuan itu pergi tak lama setelah Hasbi pergi menemui Laras, entah apa yang Hera lakukan di luar sana hingga membutuhkan waktu begitu lama.
Hasbi benar-benar kacau, kedua putrinya demam, ia urus sendiri. Asisten rumah tangganya pulang di jam lima sore, Hasbi juga tak tega membiarkan Nur mengurus putrinya sedang Nur sendiri sudah kurang gesit.
Andai Laras ada, tapi perempuan sabar itu telah memilih pergi.
Waktu bergulir dengan pelan, hingga jam dua dini hari, pintu rumah akhirnya terbuka. Tampak raut terkejut di wajah Hera saat matanya bersitatap dengan mata suaminya.
"Bang."
Hera bergumam, wajahnya menunduk penuh penyesalan. Hera tak kuasa menatap dua manik hitam milik Hasbi.
"Jam berapa sekarang?" Nur ikut duduk berusaha menenangkan Hasbi yang kini sedang berusaha mati-matian mengendalikan amarahnya.
"Maaf Bang, tadi aku ke rumah ayah, ada acara disana... "
"Kami nggak butuh maafmu. Acara apa sampai-sampai kamu lupa jika ada dua anak yang butuh kehadiranmu,.. "
"Hari ini ulang tahun Ayah, tadinya Ayah ingin kamu datang, Kamu pernah janji sama Ayah mau belikan mobil pajero, tapi pagi selali kamu sudah pergi, aku lama disana karena bujuk Ayah biar nggak kecewa barang yang kamu janjikan belum ada di ulang tahunnya tahun ini."
Hasbi menghempaskan punggungnya ke kursi. Dia belum... Lebih tepatnya tidak akan pernah siap jika waktu yang ia takutkan tiba. Semuanya hancur hanya dalam sehari saja.
Hasbi bungkam. Janji itu dia tak lupa, tapi ancaman Ayah mertuanya juga bukan hal yang bisa dia abaikan, besok atau lusa mobil itu bisa saja Hasbi kirimkan, tapi jika dia kehilangan pekerjaan, dari mana dia membayar cicilannya.
"Tidurlah!" Hasbi menyudahi amarahnya, dia capek dan butuh rehat.
Enggan masuk ke kamar yang Hera tempati, Hasbi menaiki ranjangnya malam ini. Kembali, dia menghirup aroma wangi dari Laras yang tertinggal di sprei, dulu jadi alas yang ia tiduri. Hasbi juga menghirup dalam jejak aroma Laras di bantal ini. Menggetarkan ruang sendu yang memanggil Rindu.
Kilas-kilas bayangan Laras semakin terasa menyergap dinding kalbu. Meremat erat dengan jerat-jerat lara yang tak kunjung sirna. Makin diingat, makin kuat rasa bersalah itu menikam batinnya.
"Ya Allah aku ingin bertemu Laras lagi. Sebelum masa idah habis, Aku benar-benar ingin bertemu dengannya, aku ingin kembali padanya. Aku mau tebus dosa-dosaku selama ini. Tak akan ku sakiti lagi hatinya, tak akan ku bohongi. Takkan ku remukkan lagi perasaannya, aku tidak bisa kehilangan Laras ya Allah."
Serangkaian kalimat dipanjatkan Hasbi kepada Tuhannya. Tak pernah se berharap ini ia dalam memohon, sampai bulir bening di ujung mata pun tak mampu ia tahan, mengalir melewati pipi. Tangis penyesalan seorang suami yang merindukan kekasih hati, membuncah tak terbendung lagi.
Hangat cahaya matahari menyapa lewat kisi-kisi jendela, Hasbi masih terlelap di atas ranjangnya dulu bersama Laras. Seolah ia sedang dipeluk oleh bayangan istrinya itu semalaman. Tidurnya begitu lelap, hingga ketukan pintu terdengar begitu ricuh, mengganggu keromantisan Hasbi yang sebelumnya larut dalam peluk kerinduan.
"Hasbi, buka pintunya... Ayah mertuamu datang!"
########
Pusing deh jadi Hasbi, kehilangan Laras seperti kehilangan separuh napasnya.
Mau kasian, tapi dia jahat bet...
huhuhu... Jangan lupa jejak cintanya...