NovelToon NovelToon
Mahar Pengganti Hati

Mahar Pengganti Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Pengganti / Bercocok tanam / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Ibu Pengganti
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Husna, putri bungsu kesayangan pasangan Kanada-Indonesia, dipaksa oleh orang tuanya untuk menerima permintaan sahabat ayahnya yang bernama Burak, agar menikah dengan putranya, Jovan. Jovan baru saja menduda setelah istrinya meninggal saat melahirkan. Husna terpaksa menyetujui pernikahan ini meskipun ia sudah memiliki kekasih bernama Arkan, yang ia rahasiakan karena orang tua Husan tidak menyukai Arkan yang hanya penyanyi jalanan.
Apakah pernikahan ini akan bertahan lama atau Husna akan kembali lagi kepada Arkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Ava sudah berhenti menangis dan ia masih berada di gendongan Arkan.

Jovan keluar dari ruang ICU dimana istrinya masih berada di sana.

"Bagaimana keadaan Husna, Van?" tanya Burak.

Jovan menggelengkan kepalanya saat mendengar perkataan dari ayahnya.

“Dia masih belum sadar sepenuhnya, Yah. Dokter mengatakan kalau luka bakarnya dalam sekali."

Jovan juga mengatakan kalau tadi Husna sempat kehilangan detak jantungnya.

Mama Riana langsung menutup mulutnya, menahan isak yang hampir pecah.

“Ya Allah, jangan ambil putriku." ucap Mama Riana sambil menangis sesenggukan.

Jovan menarik napas panjang, mencoba menahan air matanya yang kembali mendesak keluar.

“Tadi dia masih sempat bicara, Ma. Dia minta maaf karena katanya belum bisa jadi ibu yang baik untuk Ava dan istri yang baik untuk aku” ucap Jovan dengan suara bergetar sampai akhirnya ia menangis sesenggukan di pelukan ayahnya.

Burak menepuk bahu putranya pelan, mencoba menguatkannya meski matanya sendiri berkaca-kaca.

“Dia akan bertahan, Nak. Dia perempuan yang kuat. Ayah yakin itu." ucap Burak sambil menguatkan putranya.

Jovan menghapus air matanya dan berjalan menghampiri Ava yang sedang tertidur pulas di gendongan Arkan.

“T-terima kasih, sudah menolong Husna dan Ava.” ucap Jovan.

Arkan menatapnya lama sebelum menjawab pelan,

“Siapa pun pasti akan lakukan hal yang sama, Van. Husna, bukan perempuan biasa. Dia pantas diselamatkan.” ujar Arkan.

Arkan menatap wajah Jovan dan meminta ijin untuk melihat Husna.

Jovan menatap Arkan cukup lama sebelum akhirnya mengangguk pelan.

“Iya, silakan, tapi jangan lama-lama. Dia masih belum stabil,” ucap Jovan dengan suara serak.

Arkan menganggukkan kepalanya dan ia menuju ke ruangan untuk memakai pakaian khusus.

Setelah mengenakan pakaian khusus dan masker, ia berdiri di ambang pintu sambil menatap sosok yang terbaring lemah di ranjang putih, dikelilingi suara mesin medis yang berdetak pelan.

Tubuh Husna nyaris tak bergerak dan hanya dadanya yang naik-turun perlahan menandakan ia masih berjuang.

Perban membalut sebagian besar tubuhnya, wajahnya pucat, dan rambutnya berantakan.

"Husna.." panggil Arkan sambil menggenggam tangan Husna.

Arkan menahan air matanya agar tidak jatuh di tangan Husna.

"Tolong bertahanlah, Na. A-aku masih mencintaimu dan aku tidak bisa jika kamu meninggalkan aku seperti ini." ucap Arkan.

Husna membuka matanya dan melihat Arkan yang berbicara dengan dirinya.

"A-arkan, m-maafkan aku. A-aku sudah meninggalkan kamu." ucap Husna dengan suara terbata-bata.

Arkan langsung menggeleng cepat, menunduk hingga air matanya jatuh ke sprei putih di samping tangan Husna.

“Jangan minta maaf, Husna. Kamu nggak pernah salah. Aku yang salah, karena pernah memarahimu." ujar Arkan.

Seketika itu juga ruangan menjadi hening sejenak.

"A-arkan, a-apakah kamu mau menciptakan lagu untuk aku. A-aku takut kalau aku tidak bisa bertahan." ucap Husna sambil tersenyum tipis.

Begitu mendengar permintaan Husna, sesuatu di dalam dada Arkan seolah pecah.

Tangannya gemetar menggenggam tangan Husna yang terasa dingin.

Air matanya yang sejak tadi ia tahan akhirnya pecah juga.

"Jangan bicara seperti itu, Husna. Aku akan menciptakan lagu untuk kamu. Tapi kamu harus berjanji untuk tetap hidup. A-aku bisa gila, kalau kamu pergi." ucap Arkan sambil menangis sesenggukan.

Husna memejamkan matanya dan kembali tertidur.

Arkan bangkit dari duduknya dan langsung berlari keluar ruang ICU.

Ia melepaskan pakaiannya khususnya dan segera berlari ke kamar mandi.

"Husna, kenapa harus kamu yang terbakar? Kenapaa bukan aku?!"

Arkan memukul-mukul dadanya di depan kaca wastafel.

Ia menatap wajahnya sendiri di cermin — mata sembab, wajah kacau, dan senyum getir yang pecah bersama air mata.

“Lagu yang kamu minta, akan aku tulis malam ini, Na. Aku janji.” ucap Arkan.

Ia menutup matanya lama, menarik napas berat, lalu keluar dari kamar mandi.

Di luar, Jovan masih duduk di kursi panjang depan ruang ICU.

Kepalanya tertunduk dengan tangannya yang menutupi wajahnya.

Sementara Ava sudah tertidur di pangkuan Mama Riana.

Arkan duduk disamping Jovan sambil mengambil ponselnya.

“Dia tidur lagi, Van.Tapi dia sadar tadi dan dia bilang..."

Jovan menoleh ke arah Arkan yang menghentikan perkataannya

“Apa yang dia bilang?”

Arkan menatap wajah Jovan yang ingin tahu apa yang dikatakan oleh istrinya.

“Dia minta aku ciptakan lagu untuknya. Dia takut nggak bisa bertahan.” jawab Arkan.

Jovan yang mendengarnya langsung merasakan hatinya yang tercabik-cabik.

"Sepertinya dia masih mencintai kamu, Arkan." ucap Jovan dengan perasaan yang cemburu.

Arkan langsung menghentikan ketikannya saat mendengar perkataan dari Jovan.

"Andai saja waktu bisa diputar, Van. Aku pasti akan membawa kabur Husna."

Jova langsung melirik ke arah Arkan yang berani mengatakan hal tersebut.

"Tapi aku masih punya hati, Van. Aku tidak bisa memisahkan seorang ibu yang sangat sayang dengan Ava. Aku harap kamu tidak pernah menyakiti hati Husna atau aku akan membawanya pergi jauh." ucap Arkan yang kemudian kembali mengetik lirik lagu untuk Husna.

Mama Husna yang sedang menggendong Ava langsung menghela nafas panjang saat melihat Jovan yang cemburu dengan Arkan.

"Sudah cukup! Kalian ini dua laki-laki dewasa yang sama-sama mencintai Husna dengan caranya masing-masing.” ” ucap Mama Riana sambil menahan air matanya.

Jovan menundukkan kepalanya dengan tangannya yang masih mencengkeram erat.

"Yang dibutuhkan Husna sekarang bukan persaingan, tapi doa. Dia butuh tenang, bukan bayangan dua pria yang sama-sama mencintainya tapi justru membuat hatinya kacau.” ucap Mama Riana.

Jovan dan Arkan teridam dan mata mereka melihat pintu ruang ICU dimana Husna masih berjuang di dalam sana.

Disaat mama sedang menasehati mereka, tiba-tiba Ava kembali menangis.

Tangisan Ava memecah keheningan lorong rumah sakit.

Suara tangis itu pelan, tapi cukup untuk menusuk hati semua orang yang ada di sana.

Mama Riana berusaha menenangkannya, tapi Ava terus menggeliat, matanya terbuka setengah, mencari sesuatu.

Tatapannya tiba-tiba jatuh ke arah Arkan yang duduk tak jauh dari situ.

“Boleh aku gendong sebentar, Ma?” tanyanya pelan.

Mama Riana menatapnya sesaat, lalu mengangguk lemah.

“Hati-hati, Nak.”

Dengan penuh lembut, Arkan mengambil Ava dari pelukan Mama Riana.

Ava langsung bersandar di dadanya, memeluk bajunya dengan tangan mungil yang gemetar pelan.

"Ayo, kita jalan-jalan dulu. Om, tahu kalau Ava capek." ucap Arkan yang kemudian mengajak Ava jalan-jalan keliling rumah sakit.

Kemudian Arkan mengajak Ava ke kantin rumah sakit.

Arkan memesan kopi dan setelah itu ia duduk sambil menggendong Ava yang mulai tenang.

Melihat Ava yang sudah tenang, ia kembali mengambil ponsel untuk menulis lirik lagu yang diinginkan oleh Husna.

Jika malam ini kau tertidur dalam luka,

biar aku jadi lagu yang menjaga napasmu…

Walau tak bisa menyentuhmu lagi,

aku masih menunggu di balik doa yang tak henti

Bintang di langit jadi saksi bisu,

tentang cinta yang tak sempat berpamitan…

Jika esok aku tak lagi bisa menatapmu,

biar lagu ini yang terus memanggil namamu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!