NovelToon NovelToon
Ketika Suamiku Pergi

Ketika Suamiku Pergi

Status: tamat
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:16.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ni R

Ditinggal saat sedang hamil, Elma terpaksa bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhannya seorang diri. Yang lebih menyakitkan daripada sekedar ditinggal, ternyata suami Elma yang bernama Dion secara diam-diam menceraikan Elma. Dan dibalik pernikahan tersebut, ada kebenaran yang jauh lebih menyakitkan lagi bagi Elma. Penasaran? Yuk baca ceritanya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengintai

Malam itu udara terasa dingin menusuk tulang. Jam dinding di ruang tamu menunjukkan hampir pukul sepuluh malam. Amar berdiri di depan pintu rumah kontrakan Elma, memastikan segala sesuatu dalam keadaan aman sebelum ia pulang. Lampu teras masih menyala redup, menerangi wajahnya yang tampak sedikit cemas.

“Elma,” ucap Amar dengan nada tegas namun penuh perhatian, “setelah aku pergi, pastikan semua pintu dan jendela terkunci rapat. Malam ini udara dingin sekali, dan keadaan sekitar sepi. Jangan sampai ada celah yang bisa membahayakanmu.”

Elma, yang berdiri di dekatnya, mengangguk pelan. “Baiklah, aku mengerti.” Ia terdiam sejenak, lalu menambahkan dengan suara lirih, “Terima kasih banyak. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana jadinya jika kau tidak ada.”

Amar menatapnya lembut, lalu tersenyum tipis. “Tidak perlu berterima kasih. Aku hanya ingin memastikan kau dan bayi dalam kandunganmu selamat. Itu sudah lebih dari cukup.”

Elma menunduk, menahan air mata yang hampir jatuh. Perhatian Amar membuat hatinya tersentuh, terlebih setelah ia mengalami berbagai pengkhianatan dari Doni dan keluarganya. “Semoga Tuhan membalas semua kebaikanmu, Amar. Aku benar-benar tidak memiliki apa-apa untuk membalas kebaikanmu."

"Kebaikanmu yang dulu telah cukup bagiku. Tidak apa-apa, jangan dipikirkan. Yang penting sekarang kau merasa nyaman."

"Terima kasih, Amar. hati-hati di jalan," ucap Elma dengan senyum lebarnya.

Amar hanya mengangguk, kemudian melangkah pergi. Suara langkah kakinya perlahan menjauh, meninggalkan Elma yang sekarang berdiri sendiri di balik pintu rumah kontrakan. Ia lalu menutup pintu rapat-rapat dan mengunci semua kunci seperti yang Amar pesankan. Setelah merasa aman, Elma masuk ke kamar dan mencoba beristirahat, meski pikirannya masih penuh dengan rasa khawatir dan luka batin yang belum sembuh.

Namun, baik Amar maupun Elma tidak mengetahui bahwa pada saat bersamaan, dua sosok asing tengah mengintai dari kejauhan. Mereka adalah preman suruhan Diana. Kedua pria itu berdiri tidak jauh dari rumah Amar, bersembunyi di balik pepohonan besar di seberang jalan.

“Ini rumahnya,” bisik salah satu preman yang bertubuh kekar, sambil menunjuk ke arah rumah pribadi Amar. “Perempuan itu memang tidak ada di sini, tapi kita bisa menunggu.”

Preman satunya, yang berambut gondrong dengan wajah penuh bekas luka, menyalakan rokok lalu menghisapnya dalam-dalam. “Benar. Kita belum tahu di mana tepatnya perempuan itu tinggal. Tetapi, kalau kita mengintai rumah lelaki itu, cepat atau lambat kita akan mengetahuinya. Besok, saat dia keluar, kita ikuti ke mana pun dia pergi. Aku yakin kalau dia akan menemui perempuan itu besok."

Keduanya terdiam sejenak, hanya terdengar suara hembusan angin malam dan nyanyian serangga. Rumah Amar terlihat tenang, lampu teras padam beberapa menit setelah Amar masuk. Kedua preman itu pun semakin yakin bahwa malam ini Amar tidak akan kembali lagi ke luar.

“Bos kita benar-benar serius,” ujar Sandi dengan nada rendah. “Kita diperintahkan untuk memastikan perempuan itu tidak sempat melahirkan anaknya. Katanya, kalau anak itu lahir, nama baik keluarga mereka bisa semakin hancur.”

Gugun mengangguk. “Aku tidak peduli dengan alasan mereka. Yang penting, kita dibayar. Lagi pula, lebih mudah menyingkirkan perempuan yang sedang hamil. Dia pasti lemah, siapa nama perempuan itu?"

"Namanya Elma, dan yang laki-laki namanya Amar."

Gugun menanggapi dengan anggukan, mereka berdua lalu kembali bersembunyi, menunggu dengan sabar hingga besok pagi.

Sementara itu, Amar yang dalam perjalanan pulang tidak bisa benar-benar merasa tenang. Hatinya diliputi rasa khawatir yang tidak jelas. Ia memang sudah memperingatkan Elma untuk berhati-hati, tetapi nalurinya mengatakan bahwa sesuatu yang buruk bisa saja terjadi kapan saja.

Ia menghela napas panjang sambil menatap jalanan yang sepi. “Semoga malam ini semuanya baik-baik saja,” gumamnya dalam hati. Namun rasa waswas itu tetap menghantui. Amar bahkan sempat menoleh ke belakang beberapa kali, seakan merasa ada yang sedang mengikutinya. Tetapi ia tidak melihat siapa pun, hanya bayangan pepohonan dan jalanan lengang.

Di rumah kontrakannya, Elma berusaha memejamkan mata. Ia memeluk perutnya dengan kedua tangan, seolah memberi perlindungan pada bayi yang sedang bertumbuh di rahimnya. Kenangan pahit bersama Dion kembali muncul, membuat matanya kembali basah. Tetapi setiap kali ia teringat wajah Amar, hatinya sedikit tenang.

“Aku harus kuat,” bisiknya kepada diri sendiri. “Kau harus lahir dengan selamat. Tidak peduli seberapa besar kebencian mereka pada Mama, kau harus tetap ada di dunia ini.”

Perlahan, rasa lelah membuat Elma terlelap, meski tidurnya tidak sepenuhnya nyenyak. Ia sering terbangun mendengar suara-suara kecil dari luar rumah, entah itu angin, dedaunan bergesekan, atau hewan malam yang lewat.

Sementara itu, di tempat persembunyian mereka, kedua preman itu masih setia menunggu. Sesekali mereka saling berbicara untuk mengusir rasa bosan.

“Kita harus benar-benar berhati-hati,” kata Gugun. “Kalau sampai Amar tahu kita mengintai rumahnya, bisa kacau rencana ini.”

“Tenang saja,” jawab Sandi sambil menghembuskan asap rokok. “Aku sudah sering melakukan pekerjaan semacam ini. Besok pagi, kita ikuti dia dengan hati-hati. Begitu kita tahu di mana perempuan itu tinggal, barulah kita bertindak.”

Kedua pria itu kemudian tertawa kecil, seakan membayangkan betapa mudahnya menyingkirkan seorang perempuan hamil. Mereka tidak sadar bahwa tindakan mereka akan menyeret lebih banyak masalah dan membuka tabir kebusukan keluarga Doni di kemudian hari.

Malam semakin larut. Pikiran Amar tetap pada Elma. Ia sempat memandangi ponselnya, berniat untuk menghubungi Elma sekali lagi untuk memastikan perempuan itu baik-baik saja. Namun ia urungkan niatnya, khawatir Elma sudah tertidur dan terganggu. Ia pun hanya menaruh ponselnya di meja, bersiap untuk beristirahat.

Di sisi lain, Elma masih terlelap dalam tidurnya yang gelisah. Ia tidak tahu bahwa keesokan hari, ancaman besar sedang menantinya. Ancaman yang tidak hanya menguji keberaniannya sebagai seorang ibu, tetapi juga menguji ketulusan Amar yang kini menjadi satu-satunya orang yang benar-benar peduli padanya.

Dan di luar sana, dua pasang mata penuh niat jahat masih menatap rumah Amar dengan sabar. Mereka yakin, besok akan menjadi hari yang menentukan. Hari di mana mereka akan berhasil menemukan tempat tinggal Elma, lalu melaksanakan perintah kejam yang diberikan oleh Diana.

Malam itu pun berlalu dalam ketegangan yang tak terlihat. Elma tidur dengan pelukan penuh cinta pada kandungannya, Amar mencoba memejamkan mata dengan doa agar semuanya aman, sementara dua preman kejam menyusun rencana busuk dari kegelapan malam.

"Seharusnya aku merebutmu dari Dion sejak dulu, dan tidak akan kau menderita seperti ini," ucap Amar yang merasa menyesal tidak menyatakan cintanya sejak dulu.

1
Arin
/Heart/
Nie_Ayu
👏
Nie_Ayu
👏👏👏
Dewi Ajah
biar mengalir aja el
Dewi Ajah
keren lah elma.. bisa berkata tegas sama dion n mak nya.. biar makin gila mereka🤭
Sunaryati
Lanjuut
Arin
Biar mereka yang jahat mendapatkan apa yang mereka lakukan Elma.
Sekarang tinggal dirimu menyongsong bahagia tanpa ada bayang masa lalu yang menyakitkan
Lisa Yacoub
ceritanya bagus, thor.
Lisa Yacoub
tadi Amar naik motor, kok sekarang naik mobil, thor?
Sunaryati
Kok yang pergi Yardan, apa mereka tinggal di rumah Diana? Kehancuran kamu perlahan namu pasti sudah berjalan Diana, Dion dan Fira juga sudah , nikmati saja
Sunaryati
Karma itu datang pada orang yang mengabaikan pepatah yang kita tanam nanti kita tuai jugs
Sunaryati
Mana sikap percaya diri dan kesombongan kamu Diana?
Dwi Agustina
Karma dibayar satu persatu👍
Sunaryati
Itulah jika hidup bergantung pada orang-lain walaupun itu suami atau istri, apalagi perangai kalian sebelumnya buruk, maka tidak ada yang percaya. Nikmatilah buah perilakumu pada Elma dan orang- orang yang pernah kau kecewakan Ratna Dion, dan Diana
Sunaryati
Mantaaap lanjutkan Amar hentian Dion melalui istrinya Fera dan jangan lupa Diana yang menyiksa Elma sampai keguguran, yo tak tunggu aksimu
Sunaryati
Dion dan Disna tidak akan mendapatkan apapun dari Elma
R Ni: mereka akan mendapatkan kehancuran
total 1 replies
Sunaryati
Aku juga menantikan momen itu Amar. Mertua kejam dan angkuh ternyata melakukan pembunuhan di mass lalu. Setelah itu bisnis ilegal Fera dibongkar. Makin seru.
R Ni: setelah ini akan ketahuan
total 1 replies
Sunaryati
Amat pinter membuat lawan ketakutan, bener makin lama Ratna aka depresi berat dan gila. Membuat Repot anak- anaknya.
R Ni: dan anaknya akan penasaran 👍🏻
total 1 replies
Dwi Agustina
Amar mmg lawan yg sepadan biar g berasa aling diatas sj👍
R Ni: iya kakak🤭🤭
total 1 replies
Sunaryati
Semakin seru lanjut
R Ni: iya kakak🌹🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!