NovelToon NovelToon
Endless Journey: Emperors Of All Time

Endless Journey: Emperors Of All Time

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Misteri / Fantasi
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Slycle024

Ketika perang abadi Alam atas dan Alam bawah merembes ke dunia fana, keseimbangan runtuh. Dari kekacauan itu lahir energi misterius yang mengubah setiap kehidupan mampu melampaui batas dan mencapai trensedensi sejati.

Hao, seseorang manusia biasa tanpa latar belakang, tanpa keistimewaan, tanpa ingatan masa lalu, dan tumbuh dibawah konsep bertahan hidup sebagai prioritas utama.

Namun usahanya untuk bertahan hidup justru membawanya terjerat dalam konflik tanpa akhirnya. Akankah dia bertahan dan menjadi transeden—sebagai sosok yang melampaui batas penciptaan dan kehancuran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Slycle024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kebetulan atau takdir

Di atas bangunan terbuka yang mengapung di atas danau dan dua gadis duduk bersebelahan di sebuah meja bundar. Mereka adalah Mu Jingyan dan Mu Lanxing, putri-putri Mu Tian.

Mu Jingyan, putri sulung, baru berusia sekitar tiga belas tahun. Ia memiliki kegemaran yang unik: mengoleksi senjata dengan bentuk aneh yang kerap digunakannya untuk melampiaskan amarah.

Sementara itu, Mu Lanxing tampak tenang dan matanya meneliti segala perubahan di sekitarnya. Bola api kecil berputar di tangan kanannya, sementara tangan kiri menahan bola es. Dalam sekejap, bola-bola itu berubah bentuk dan menari di udara sebelum menghilang.

Tak lama kemudian, rombongan Mu Tian tiba di tepi danau. Mereka berjalan mendekati meja bundar dengan langkah mantap. Beberapa pelayan segera memberi hormat, namun rombongan itu terus melangkah tanpa henti.

Paa! —Tangan Mu Tian menampar bahu Mu Jingyan dengan lembut. “Kamu sangat tidak sopan! Cepat sapa mereka!”

Mu Jingyan yang kesenangannya terganggu menatap ayahnya dengan mata yang membara dan matanya beralih ke adiknya yang berjalan mendekati Zhang Mei.

“Kamu pasti adik Zhang Mei, kan? Mari duduk" anaknya Mu Lanxing dengan suara lembut dan senyum hangat.

Mu Tian kembali menatap Jingyan, seolah berkata, lihat adikmu, kau ini kakak tertua

Mu Jingyan mengeluh, nada suaranya campur kesal dan malas. “Orang tua, kamu terlalu banyak mengeluh. Aku akan memberitahu ibu kalau kemarin kamu pergi ke rumah bordil.”

Kaget mendengar itu, Mu Tian hanya bisa duduk pasrah dan menahan amarah.

Akhirnya, semuanya duduk. Lalu para pelayan segera berdatangan membawa hidangan ringan dan berbagai minuman.

Mu Jingyan, Mu Lanxing, Zhang Mei, dan Hao makan perlahan, masing-masing tenggelam dalam pikiran sendiri.

Hingga suara lembut dan tenang Mu Lanxing memecah keheningan.

“Apakah ayah sudah mengusir mereka?” tanya Mu Lanxing menatap Mu Tian.

Mu Jingyan menoleh ragu. “Lanxing… maksudmu apa?”

Namun Lanxing hanya diam dan matanya tetap terpaku pada Mu Tian seolah menunggu jawaban. Mu Tian menarik napas panjang sebelum akhirnya mengangguk.

“Dengan kecerdasanmu, pasti kamu sudah menebaknya, kan?” ujar Mu Tian.

“Keluarga-keluarga itu memang merepotkan” kata Mu Lanxing dengan suara tenang dan bertanya, "bagaimana dengan utusan?”

“Menjadi murid” jawab Mu Tian singkat.

“Jadi seperti itu, kapan aku harus berangkat ke sana?” tanya Lanxing dengan sedikit penasaran. dia tidak ingin terlibat dalam hirarki keluarga utama yang selalu datang dengan tujuan pertunangan.

“Setengah tahun”

Mu Lanxing mengangguk dengan wajah tenang tapi penuh pengertian.

Di sisi lain, Zhang Feng dan Fei Yin menatap Mu Lanxing dengan rasa akrab yang hangat dan menoleh ke arah Hao. Sekejap, tatapan mereka saling bertemu dan keduanya tersenyum kecil seolah memikirkan hal yang sama.

“Saudara Mu, putri-putrimu sangat menarik” ujar Zhang Feng dengan nada ringan namun penuh penghormatan.

Mu Tian menghela napas panjang dan wajahnya tampak sedikit lelah.

“Mau bagaimana lagi, putra sulungku terus berkeliaran kemana-mana, putri tertua tidak bisa diandalkan, dan sekarang” gerutunya dengan kesal.

Zhang Feng terkekeh dan matanya menyorot tajam. “Saudara Mu, lebih baik selesaikan sampai tuntas. Masalah kecil kadang bisa menjadi sangat merepotkan"

Mu Tian menarik napas panjang sekali lagi dan menenangkan pikirannya.

“Kamu benar, Saudara Feng. Lanxing, apakah kamu punya solusi untuk mengurangi masalah ayah?” tanyanya, menatap putri keduanya dengan penuh harap.

Mu Lanxing hanya berpikir sejenak dan menjawab singkat dengan nada tegas, “Langsung potong dari akarnya"

Mu Tian mengerutkan kening, ragu-ragu dan berkata. “Maksudmu itu? Satu orang lagi, siapa?”

Seketika, tatapan Lanxing mengarah pada satu-satunya anak laki-laki yang seumuran dengan Mu Lanxing.

Mu Tian mengamati tatapan putrinya sejenak, kemudian tersenyum tipis seolah semua sudah jelas di benaknya.

Setelah itu Mu Tian mengobrol dengan Zhang Feng seolah mengalihkan pembicaraan, suasana di meja bundar mulai mencair.

Mu Lanxing berjalan mendekati Hao dan matanya bersinar lembut dan penuh kekaguman.

“Nama kamu Zhang Hao? tolong temani aku sebentar menikmati alam” ujarnya seperti seorang adik yang meminta dibelikan permen.

Hao tersenyum tipis dan bertanya. “Pergi kemana?”

Mu Lanxing : “Jalan-jalan di sekitar danau, membeli beberapa camilan, dan menikmati pemandangan, bisakan temani aku"

Sebelum sempat menjawab, Mu Lanxing sudah menariknya meninggalkan tempat tersebut. Mereka berdua berjalan perlahan, disambut desiran air dan angin sepoi. Pohon-pohon tinggi memantulkan bayangan panjang di permukaan danau. Saat ini, keduanya seperti dua kekasih masa kecil.

Setengah jam kemudian, Mu Lanxing dan Zhang Hao Kembali ke meja bundar tersebut. Namun, ada sedikit bekas memar di wajah Sen Lin dan ekspresi juga tampak sedih, seolah menanggung beban berat.

Di sisi lain, Fei Yin menatap Hao dengan rasa penasaran dan berkata: “Kamu hanya pergi selama setengah jam. Apa yang terjadi?”

Zhang Hao menundukkan kepala dengan suara pelan terbata-bata. “Ibu…aku…ingin menikah dengannya” ujarnya pelan dan hampir tidak terdengar.

Tatapan Mu Lanxing tipis dan tajam.

Mu Lanxing bertanya dengan lembut : “Saudara Hao, kami tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang kamu katakan"

Zhang Hao berdiri gemetar dan keringat dingin menetes dari wajahnya, namun Ia tetap tegas berkata: “Aku ingin menikah dengan Mu Lanxing!”

Seketika, suasana menjadi hening. Semua orang saling bertatapan, kebingungan, kecuali Mu Lanxing yang tetap tenang.

Fei Yin akhirnya angkat suara, suaranya tercampur terkejut dan khawatir. “Nak, apa yang kamu katakan? Ini bukan seperti kamu”

“Aku benar-benar ingin menikah dengannya,” jawab Zhang Hao dengan ketegasan yang tak tergoyahkan.

Suasana kembali hening. Mu Lanxing perlahan berdiri dan melangkah mendekati Zhang Hao.

“Menikah denganku? Lihatlah usiamu,” tanyanya dengan suara lembut namun nada bercampur canda disertai senyum tipis tersungging di bibirnya. Lalu, matanya menoleh ke Mu Tian : “Ayah, bagaimana menurutmu?”

“Terserah kamu” jawab Mu Tian singkat, tanpa ragu.

Zhang Feng dan Fei Yin saling menatap dan seakan memahami situasi yang sedang terjadi, lalu berkata: “Nak, aku tidak ikut campur. Semuanya pilihan dirimu. Tapi ingat setiap pilihan pasti ada sebab dan akibat."

Mu Lanxing menatap Hao yang berdiri mematung. Senyum tipis kembali muncul di wajahnya.

“Aku bersedia dan besok kita urus pernikahan secara tertulis terlebih dahulu,” katanya dengan nada tenang namun tegas, "Setelah umur kita cukup, kita akan mengadakan perayaan pernikahan kita"

Sebelum pergi, Mu Lanxing menatap Mu Tian sekali lagi.

“Ayah, tolong urus semuanya dan tidak perlu berterima kasih. Ini juga pilihan miliku”

Ia melangkah pergi dan menghilang dari pandangan mereka.

Mu Tian dan Zhang Feng berdiri dan menepuk pundak Zhang Hao dengan penuh pengertian dan mengajak semuanya kembali.

Zhang Hao tahu bahwa ini hanya sebuah pertukaran. Lagipula pria bisa memiliki banyak istri.

Keesokan harinya, Mu Tian dan Zhang Feng mengurus surat pernikahan dan siang hari keluarga Zhang Hao kembali ke rumah.

Di sisi lain, Mu Tian dan Mu Lanxing menatap kepergian keluarga itu. Mu Tian menghela napas panjang. “Lanxing, apa yang kamu lakukan terhadap anak itu?”

“Itu urusan anak-anak. Orang dewasa sebaiknya diam. Bukankah semuanya sudah selesai?” jawab Lanxing dengan tenang.

“Aihhh! Kalian benar-benar aneh,” keluh Mu Tian."Ini pilihan mu, secara tidak langsung aku tidak melanggar janjiku padanya"

****

Sebulan berlalu, di bawah pohon besar, Zhang Hao duduk bersandar dengan buku baru di tangannya. Ia membaca dengan tenang, seolah dunia di sekitarnya tidak pernah ada dalam hidupnya.

Perlahan-lahan, sinar matahari mulai digantikan oleh kegelapan. Ia berdiri dengan tenang dan merapikan barang-barang miliknya satu per satu. Setelah semuanya tertata, ia pun berbalik arah dan melangkah pulang.

Selama perjalanan, Zhang Hao melihat seorang lelaki tua berdebat dengan pemilik sebuah kedai kecil. Masalahnya, lelaki tua itu tidak memiliki uang untuk membayar makanannya.

Zhang Hao mendekat, suaranya polos tapi keras. “Orang tua, kenapa berdebat tentang hal sepele?”

Pemilik kedai dan lelaki tua itu terdiam, pemilik kedai akhirnya bersuara dingin, “Nak, jangan ikut campur. Di dunia ini tidak ada makanan gratis. Kami berdagang untuk mencari keuntungan.”

Zhang Hao menatap lelaki tua yang tak bisa membayar makanan. “Pak tua, bukankah kau bisa menghajar pemilik toko ini lalu pergi begitu saja?”

Lelaki tua terkejut dan mengamati Zhang Hao dari kepala hingga kaki. Sangat jarang seorang anak berusia sepuluh tahun bisa merasakan aura spiritual, apalagi didesa terpencil seperti ini.

“Uhuk… uhuk… Anak kecil, meski dunia ini kejam, bukan berarti semua bisa diselesaikan dengan kekerasan. Aku hanya punya batu spiritual, dan tidak tahu dunia fana ini pakai koin emas.”

Zhang Hao mengerti, lalu menyerahkan beberapa koin emas kepada pemilik kedai.

Pemilik kedai mengambilnya dan pergi, dengan kesal.

Zhang Hao hendak pergi tapi suara lelaki tua menahannya. “Nak, tunggu. Kamu belum pernah berkultivasi,kan?”

“Perkenalkan, aku Pang Xuan, perwakilan serta pengajar di akademi mortal. Apakah kamu mau bergabung?”

Zhang Hao tampak ragu. Meski pernah mendengar, ia sama sekali tidak tertarik. Tapi melihat semangat Pang Xuan, hatinya sedikit bimbang. Dia juga menyadari dirinya berbeda dengan orang lain.

“Aku perlu izin orang tuaku,”

Mata Pang Xuan berbinar. Ia mendesak Zhang Hao ke rumahnya. Sepuluh menit kemudian, mereka berdua tiba di sebuah rumah sederhana.

1
誠也
7-10?
Muhammad Fatih
Gokil!
Jenny Ruiz Pérez
Bagus banget alur ceritanya, tidak monoton dan bikin penasaran.
Rukawasfound
Lucu banget! 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!