NovelToon NovelToon
Gadis Malang Masuk Ketubuh Antagonis

Gadis Malang Masuk Ketubuh Antagonis

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Sistem / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Sandri Ratuloly

Seharusnya Aluna tahu kalau semesta tak akan sudi membiarkan kebahagiaan singgah bahkan jika kebahagiaan terakhirnya adalah m*ti di bawah derasnya air hujan. la malah diberikan kesempatan untuk hidup kembali sebagai seorang gadis bangsawan yang akan di pe*ggal kep*lanya esok hari.
Sungguh lelucon konyol yang sangat ia benci.
Aluna sudah terbiasa dibenci. Sudah kesehariannya dimaki-maki. la sudah terlanjur m*ti rasa. Tapi, jika dipermainkan seperti ini untuk kesekian kali, memang manusia mana yang akan tahan?!
Lepaskan kemanusiaan dan akal sehat yang tersisa. Ini saatnya kita hancurkan para manusia kurang ajar dan takdir memuakkan yang tertoreh untuknya. Sudikah kamu mengikuti kisahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandri Ratuloly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15

"Aku tidak pernah menyalahkan mu, Eugene." Pemuda itu masih menunduk. Tidak berani menatap wajah Aluna. Rasa bersalah menyelimuti dirinya. Ketika mendengar berita kalau gadis itu hampir mengalami kejadian buruk karena ulahnya, Eugene sulit memaafkan dirinya sendiri.

Jika dia tidak membiarkan Aluna pulang sendirian, jebakan untuk Adara tidak akan berfungsi. Gadis itu tidak perlu terluka dan mengalami mimpi buruk.

Bodoh Eugene. Terlalu disengaja bagi para bangsawan menahannya pulang. Bagaimana bisa dia tidak curiga sedikitpun?

"Kalau aku tidak membiarkanmu pulang sendirian pasti semua ini tidak akan terjadi padamu, Aluna."

"Orang yang ingin menjebak diriku pasti memperhitungkan keberadaanmu, Eugene. Jika kemarin kau tidak memiliki urusan di istana, dia pasti akan membuat rencana lain."

Orang itu pasti berhasil merencanakan kejutan yang lain untuk Aluna. Sebagai pemimpin dari fraksi bangsawan, dia memiliki kekuatan untuk melakukan segalanya. Bahkan jika itu melukai seorang Saintess baru dari kuil suci.

Tangan Aluna tanpa sadar mengepal dengan erat.

Tidak bisa ia bayangkan pelaku penyerangan yang terjadi padanya adalah orang itu. Seseorang yang mampu tersenyum setiap kali bersitatap dengannya di pesta. Bukan orang lain yang terang-terangan memperlihatkan ketidaksukaan.

Duke Blanche. Aluna tidak akan memaafkan pria tua itu atas apa yang sudah dia lakukan.

Sungguh ayah yang baik. Hadiah pertemuan untuk putrinya malah seorang ksatria yang pantas ma-ti.

"Biarkan aku menebus kesalahanku. Akan aku lakukan apa saja agar pria tua itu mendapatkan hukuman yang setimpal." Eugene memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya. Sinar di matanya lebih dingin seolah mampu membekukan siapa saja.

Di balik sifat hangat yang ia gunakan sebagai topeng, Eugene telah melihat betapa gelapnya dunia ini. Dia tahu bersikap seperti malaikat tidak bisa dilakukan untuk menghadapi sebagian orang seperti Duke Blanche. Orang sepertinya akan bertindak semakin menjadi jika tidak dibiarkan jatuh ke tanah secara langsung.

Tapi, meski begitu mereka paham. Kekuatan Duke Blanche yang telah menjadi pemimpin fraksi bangsawan selama bertahun-tahun bukan sesuatu yang dapat mereka sentuh sembarangan.

"Tapi, terlalu sulit untuk melawannya sekarang, Eugene. Kekuatan pria tua itu tidak mudah dirusak oleh kita yang hanya memiliki dukungan rakyat." Keberadaan kuil suci diperhitungkan karena memiliki status tinggi di hati rakyat. Apakah Raja mendukung keberadaan kuil suci?

Jawabannya mudah. Ya dan tidak. Ya, karena pendeta kuil suci bisa menstabilkan perasaan rakyat biasa dengan menjadi penengah. Tidak, karena kepercayaan kepada istana akan semakin menipis semakin lama.

"Itulah kekuatan yang dapat kita gunakan untuk menjatuhkan Duke Blanche, Aluna. Jangan lupa kalau bangsawan ada karena rakyat. Tanpa dukungan rakyat, mereka tidak memiliki status apapun."

Jemari Eugene merapikan anakan rambut Aluna yang berantakan. Dia dengan telaten mengaturnya ke belakang telinga.

"Kejahatan macam apa yang dapat menjatuhkan pamornya di mata rakyat, aku yakin tidak ada seorangpun yang lebih tahu kecuali dirimu. Apa aku benar, Aluna?"

"Tentu saja," kata Aluna. Senyumnya terukir indah. Hal paling mengerikan yang dilakukan Duke Blanche. Aluna mungkin tidak tahu, tapi Agatha sangat mengetahuinya. "Yang perlu kita cari hanyalah bukti. Sebuah bukti yang tidak akan bisa disangkal bahkan oleh pemimpin fraksi bangsawan sekalipun."

"Aku bersedia membantumu mencarinya, Aluna. Tolong mintalah bantuanku." Jemarinya menggenggam erat tangan Aluna. Gadis itu segera melepaskan genggaman tangan Eugene. Sedikit menjauhkan tubuhnya dari pemuda itu.

"Itu hal yang tidak perlu kau minta, Eugene. Aku pasti akan meminta bantuanmu." Itu saja sudah cukup bagi Eugene. Pemuda itu menghilangkan wajah datarnya. Tersenyum ceria secerah matahari yang menyelusup ke dalam ruangan ini.

"Ngomong-ngomong, apa Duke Lucarion mengatakan sesuatu yang lain setelah menyebutkan pelaku yang memerintahkan kusir kereta itu?" Tanpa sadar, wajahnya memerah saat memikirkan Leander. Kenapa dia selalu bertingkah memalukan saat ada di dekat Leander? Aluna hanya bisa merutuki kebodohannya.

Senyum Eugene lantas pudar. Aluna tidak sadar, namun mana mungkin dia tidak sadar dengan rona merah di wajah gadis itu?

"Tidak, dia tidak mengatakan apapun." Eugene tersenyum seperti biasa. Aluna tentu percaya. Tidak ada alasan bagi Eugene untuk mengatakan kebohongan.

"Jangan ragu meminta bantuanku lain kali. Tolong sampaikan itu padanya, Eugene." Leander, kau menitipkan pesan ke orang yang salah.

•••

"Jadi, ksatria bawahanmu telah gagal?" Komandan di hadapan pria itu tidak bisa menahan diri untuk tidak gemetar ketakutan. Dia mengenal tuannya dengan baik. Tidak semudah itu mentolerir kesalahan bawahannya.

"Maafkan saya, Tuan. Saya siap menerima hukuman apapun atas ketidakmampuan bawahan saya."

Komandan itu berlutut. Siap menerima hukuman apapun yang ia harap bukan kematian.

Duke Blanche hanya memandang komandan ksatrianya dengan tenang. Tidak ada yang bisa menebak apa yang dia pikirkan sekarang. Sangat mudah menyembunyikan niat membu-nuh dan kekejamannya.

"Mana mungkin aku sekejam itu kepadamu. Bawahanmu bahkan ma-ti dan mengalami kegagalan dalam misinya secara bersamaan." Duke Blanche tersenyum ramah.

"Ah, sayang sekali aku tidak berhasil memberikan hadiahku dengan sempurna pada Agatha. Dia pasti kecewa." Duke Blanche berdecak pelan. Benar-benar menyesali hadiah kejutan untuk putrinya.

"Lady Agatha pasti akan memaafkan kesalahan anda, Tuan." Si Asisten menyampaikan pendapatnya. Duke Blanche tersenyum kecut seperti seorang ayah yang menyesal membuat putrinya marah.

Suasananya hening sejenak. Duke Blanche menyelami memori indahnya bersama Agatha. Gadis kecilnya pasti sangat sedih sekarang.

"Aku ayah yang buruk." Gumamnya.

"Anda sudah memberikan yang terbaik untuk Lady Agatha, Tuan." Duke Blanche tidak membalas asistennya. Dia kembali menatap komandan ksatria.

"Katakan padaku siapa yang membantunya lepas. Dengan menghilangnya belati ksatria itu, orang bodoh pun akan tau identitasnya."

Komandan ksatria memaki kebodohan bawahannya. Tidak akan menjadi masalah jika ksatria itu ma-ti dengan tenang atau mayatnya terbakar habis asal tidak meninggalkan bukti apapun. Sayangnya, ksatria bodoh itu justru membawa belati khusus pasukan Dukedom of Blanche.

"Kami belum menemukan pelaku yang membantu Lady Agatha, Tuan. Namun, dari bekas sayatan yang ada di leher ksatria itu, kami menyimpulkan jika pelakunya juga seorang ksatria." Terlalu rapi jika pelakunya bukan seorang ksatria. Tidak banyak pula ksatria yang berpeluang membantunya. Komandan itu tidak dapat menemukan satu nama pun yang berkemungkinan membantu Agatha.

"Aku tidak akan memberikan hukuman apapun padamu. Tapi, aku akan memberikan tugas penting." Duke Blanche menjeda ucapannya beberapa saat. "Temukan orang yang membantu Agatha apapun yang terjadi."

"Baik, Tuan!" Komandan ksatria lega bukan nyawanya yang menjadi hukuman.

"Pergilah." Komandan ksatria segera bangkit dan hendak keluar ruangan. Namun, begitu hendak melangkahkan kakinya keluar, tubuhnya membeku di tempat.

"Kegagalanmu berarti kema-tian. Apa kau paham?" Duke Blanche tidak pernah menjadi orang yang murah hati. Seharusnya dia mengerti sejak awal.

1
Putri Ana
lanjutannya thorrrr
Putri Ana
thor kok belum ada lanjutannya
Putri Ana: yaahhh usahakan yaah kak🤭
total 2 replies
Cindy
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Sandri Ratuloly
jangan lupa bintangnya~
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!