NovelToon NovelToon
Bisikan Hati

Bisikan Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Matabatin / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:652
Nilai: 5
Nama Author: DessertChocoRi

Terkadang orang tidak paham dengan perbedaan anugerah dan kutukan. Sebuah kutukan yang nyatanya anugerah itu membuat seorang Mauryn menjalani masa kecil yang kelam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DessertChocoRi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab- 15 Tepi yang Sunyi

Air sungai menghantam tubuh mereka dengan kekuatan yang nyaris menghancurkan. Mauryn merasa seperti boneka kain, terombang-ambing tanpa kendali. Dingin merayap ke tulang, napasnya tersendat, namun genggaman Revan di tangannya tak pernah terlepas.

“Revan!” teriaknya di antara batukan dan sesak.

“Aku di sini! Bertahan!” jawab Revan, suaranya nyaris tenggelam oleh deru arus.

Mereka berdua terbawa jauh hingga arus melambat di sebuah tikungan. Revan menendang kuat, lalu menarik Mauryn ke tepian yang dipenuhi batu-batu licin. Dengan sekuat tenaga ia mendorong tubuh mereka keluar dari air.

Mauryn terbaring di tanah berumput, tubuhnya menggigil hebat. Napasnya putus-putus, dada naik-turun cepat. Rambut panjangnya menempel kusut di wajah.

“Re… Revan…” suaranya serak.

Revan sendiri jatuh berlutut di sampingnya, tubuhnya sama basah dan dingin.

“Kamu masih bernapas. Itu yang penting.”

Ia meraih wajah Mauryn, menyibakkan rambut dari matanya.

“Kamu baik-baik saja?”

Air mata bercampur dengan air sungai di pipi Mauryn.

“Aku… aku kira kita mati.”

Revan menunduk, keningnya menempel di kening Mauryn.

“Aku janji… tidak akan biarkan itu terjadi.”

Untuk sesaat, dunia terasa hening. Hanya suara air sungai yang menjauh dan desah napas mereka yang masih terengah.

Tiba-tiba suara gaduh membuat mereka menoleh. Ardan terseret ke tepian lain, hanya beberapa meter dari mereka. Ia merangkak, batuk hebat, wajahnya pucat pasi.

“Astaga… astaga… aku kira… aku tenggelam…”

Revan berdiri cepat, menolongnya setengah hati.

“Bangun. Kita tidak bisa lama di sini.”

Ardan terhuyung, tapi berhasil berdiri.

“Kamu gila, Revan. Itu hampir bunuh kita semua.”

Revan menoleh tajam.

“Kalau bukan aku, kamu sudah mati tadi. Jadi tutup mulutmu sebelum aku benar-benar membiarkan kau tenggelam.”

Mauryn bangkit pelan, masih gemetar. Ia menatap keduanya, lalu berkata lirih.

“Mereka tidak akan menyerah. Mereka tahu aku masih hidup.”

Ardan mengusap wajahnya, basah kuyup.

“Ya… mereka tidak akan berhenti sampai dapat kamu.”

Revan menoleh pada Mauryn.

“Kamu yakin mereka memang hanya ingin kau?”

Mauryn terdiam. Dalam hatinya, ia mendengar gema samar dari suara yang dulu sering berputar di masa kecilnya bisikan ayahnya, Darian. Kata-kata itu masih tersimpan

“Jangan pernah biarkan mereka menemukanmu, Mauryn. Darahmu bukan hanya darahmu sendiri.”

Ia menunduk, menggigit bibir.

“Aku tidak tahu pasti… tapi aku rasa… ada lebih dari sekadar diriku.”

Revan menatapnya lekat, tapi tidak menekan.

“Kita akan cari tahu. Tapi untuk sekarang… kita harus sembunyi.”

Ardan mendesah, duduk di tanah.

“Aku tahu satu tempat. Sebuah pondok kosong, tidak jauh dari sini. Dulu aku gunakan sebagai tempat singgah.”

Revan menajamkan mata.

“Dan kenapa aku harus percaya padamu?”

Mauryn maju selangkah.

“Karena aku bisa mendengar isi hatinya.” Ia menoleh pada Ardan.

“Dia takut, iya. Tapi dia ingin selamat sama seperti kita. Dia tidak berbohong soal pondok itu.”

Revan menarik napas panjang, lalu mengangguk.

“Baik. Kamu pimpin jalan.”

Perjalanan itu melelahkan. Baju basah menempel, membuat udara malam terasa menusuk. Mauryn hampir tak mampu menahan dingin, tubuhnya gemetar tanpa henti.

Revan akhirnya melepaskan jaketnya meski sama-sama basah dan menyampirkannya ke bahu Mauryn.

“Revan…” suara Mauryn lirih.

“Kamu akan kedinginan.”

Revan menoleh sebentar, senyum tipis muncul meski wajahnya tegang.

“Aku bisa tahan. Kamu yang tidak boleh jatuh sakit.”

Mauryn menunduk, rasa hangat merambat di dada meski tubuhnya dingin. Ia menggenggam erat jaket itu, seperti menggenggam secercah perlindungan.

Ardan yang berjalan di depan hanya melirik sekilas, lalu mendesis pelan.

“Manis sekali, ya. Bahkan di tengah pelarian.”

Revan langsung melontarkan tatapan dingin.

“Kamu masih bisa bercanda? Bagus sekali. Itu berarti tenagamu masih cukup kalau nanti aku perlu menjadikanmu umpan.”

Ardan langsung menutup mulut.

Akhirnya mereka tiba di sebuah pondok reyot di pinggir hutan. Bangunannya kecil, dindingnya miring, tapi atapnya masih cukup menahan hujan.

Mereka masuk. Bau debu dan kayu lembap menyambut.

Mauryn duduk di sudut, memeluk kakinya. Matanya terasa berat, tubuhnya nyaris menyerah pada lelah. Revan duduk di dekatnya, sementara Ardan sibuk mencari kayu kering.

“Revan…” Mauryn berbisik.

“Hm?”

“Kamu tidak perlu melakukan semua ini. Kamu bisa meninggalkanku, dan hidupmu mungkin jauh lebih aman.”

Revan menoleh cepat, menatapnya lama.

“Kamu pikir aku akan melakukan itu?”

Mauryn menunduk, bahunya bergetar.

“Aku tidak ingin menyeretmu dalam semua ini…”

Revan menghela napas panjang, lalu meraih tangannya.

“Mauryn. Aku sudah memilih. Aku tahu risikonya, tapi aku tidak akan pergi. Kau mengerti?”

Matanya panas, air mata jatuh tanpa bisa ditahan.

“Kenapa?”

Revan mendekat, suaranya serak.

“Karena entah bagaimana… di antara semua kegelapan ini, hanya bersamamu aku merasa hidup.”

Mauryn terpaku, dada sesak. Ia ingin menjawab, tapi kata-kata hilang di tenggorokan. Hening menyelimuti, hanya retakan kayu saat Ardan akhirnya menyalakan api kecil di sudut ruangan.

“Kalau kalian mau saling tatap lebih lama, silakan. Tapi aku butuh istirahat,” gumam Ardan, berbaring sembarangan.

Mauryn mengusap air matanya, menatap Revan sekali lagi. Ia tidak mengatakan apa pun, tapi genggamannya pada tangan Revan menjadi jawabannya.

Di luar, suara hutan tetap mencekam. Musuh masih ada, perburuan belum selesai. Namun untuk satu malam itu, di pondok reyot penuh bayangan, mereka punya sedikit ruang untuk bernapas. Sedikit ruang untuk merasa… manusia.

Bersambung..

Jangan lupa like, komen dan Vote yah teman-teman 🥰

1
Anonymous
Semangat thor
Syalala💋 ig: @DessertChocoRi: Hai hai.. terimakasih sudah mampir, tunggu update selanjutnya ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!