NovelToon NovelToon
Bound To The CEO

Bound To The CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Playboy / Diam-Diam Cinta / Kaya Raya / Romansa
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Priska

⚠️Mature Content (Harap bijak memilih bacaan)

“Dia hanya bosku… sampai aku terbangun di pelukannya."

Aku mencintainya apapun yang mereka katakan, seburuk apapun masa lalunya. Bahkan saat dia mengatakan tidak menginginkan ku lagi, aku masih percaya bahwa dia mencintaiku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Priska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lose Control

Udara malam terasa menusuk kulit, namun Anna seperti melupakan itu semua. Anna turun dari mobil di depan gedung apartemen mewah Jonathan. Lampu lobi memantulkan cahaya ke marmer, membuat tempat itu tampak semakin dingin sekaligus elegan. Dua bodyguard Jonathan sudah berdiri menunggu di depan pintu.

“Nona Anna?” Bodyguard itu langsung mengenali Anna.

Anna mengangguk. “Ya.”

“Silakan ikut kami.”

Mereka mengantarnya naik lift pribadi hingga ke lantai paling atas. Di depan pintu apartemen, salah satu bodyguard mempersilakan Anna masuk. Namun begitu pintu tertutup, ia menyadari… tidak ada satu pun penjaga di dalam. Apartemen itu hening, hanya terdengar dengung lembut pendingin udara.

“Mr. Jonathan?” panggil Anna, melangkah pelan di lantai. Tidak ada jawaban.

Ia menapaki ruang tamu luas dengan dinding kaca yang memperlihatkan panorama Amsterdam malam hari. Lampu kota berkelip di kejauhan, tapi apartemen tetap sunyi. Anna menghela napas, hendak memanggil lagi, ketika suara langkah berat terdengar dari arah tangga.

Seorang pria turun dengan rambut sedikit berantakan, hanya mengenakan celana panjang hitam dan bertelanjang dada. Garis ototnya tercetak jelas di bawah cahaya lampu gantung.

Jonathan keluar melihat Anna, dengan tatap heran sekaligus kaget.

Anna terdiam, matanya secara refleks menelusuri sosoknya, memastikan ia memang baik-baik saja. “Saya kira… ada yang terjadi,” ucapnya pelan, namun nadanya terdengar seperti kalut oleh suatu hal.

Jonathan berjalan mendekat, langkahnya tenang namun mantap. “Dan kau datang untuk memeriksanya sendiri?”

Anna menelan ludah pelan.

mencoba mempertahankan ekspresi profesionalnya. “Saya… hanya ingin memastikan.”

Jonathan berhenti di hadapannya, jarak mereka kini hanya beberapa langkah. Senyum tipis tercetak di sudut bibirnya. “Kau benar-benar meninggalkan rumah di tengah malam, hanya untuk melihat apakah aku baik-baik saja? Itu… manis sekali, Nona Anna.”

Anna mengalihkan pandangan, merasa pipinya memanas. “Saya hanya tidak ingin menerima telepon seperti itu dan mengabaikannya.”

Jonathan menyandarkan satu tangannya di sandaran sofa, sedikit menunduk sehingga wajahnya sejajar dengan Anna. “Sekarang kau sudah melihat. Apakah kau puas?”

Anna mendongak, matanya menatap langsung ke matanya. “Ya. Anda baik-baik saja.”

Senyum Jonathan semakin dalam, matanya memancarkan tatapan yang sulit dibaca—antara menggoda dan menguji. “Sayang sekali… kalau hanya itu yang kau lakukan setelah datang jauh-jauh ke sini.”

Anna menahan napas, menyadari betul bahwa malam itu, suasana di antara mereka telah bergeser—dari kecemasan menjadi sesuatu yang jauh lebih berbahaya… dan mengundang.

"Tolong jangan sedekat ini." Tolak Anna, agak Jonathan tidak terlalu menghimpit dan membuatnya terpojok.

"Kau hanya melihat, tapi kau juga harus memastikannya sendiri." Jonathan menarik tangan Anna, menyentuh wajahnya, kemudian menuntuk tangan Anna meraba dada bidangnya, hingga keperut sixpack nya.

"Kau bisa merasakannya." Tanya Jonathan berbisik pada Anna, membuat seketika bulu kuduk Anna berdiri.

Tanpa aba-aba Jonathan merangkul pinggan Anna, membuat Anna mematung seketika.

"Kau selalu menguji ku. Aku sudah menahan, tapi kau datang !." Seru Jonathan

"Aku...Aku... hanya bermimpi sesuatu yang buruk tentangmu." Jelas Anna terbata-bata. Karena Jonathan semakin melekatkan tubuh mereka, seakan tidak ada jarak lagi.

Tidak ada kata kata untuk menjawab.

Jonathan secara spontan melumat bibir Anna.

"Mmmmmh.," Anna mengendus saat bibir mereka bertemu.Tapi itu tidak lama-- Sampai Anna hanya bisa menerima semuanya. Dan memejamkan matanya menikmati sentuhan itu.

Bibir Jonathan masih menempel di bibir Anna, hangat dan menuntut. Anna hampir tidak sempat menarik napas ketika ia merasakan tubuhnya terangkat.

“Jonathan—” suaranya tertahan, namun pria itu hanya menatapnya dengan sorot mata yang dalam, seolah mengunci semua alasan untuk pergi.

Pelahan Jonathan dengan langkah mantap mengangkat tubuh Anna kamar di lantai atas. Lampu ruang tamu meredup di belakang mereka, digantikan cahaya lembut dari koridor yang panjang.

Saat pintu kamar terbuka, Jonathan langsung merebahkan tubuh Anna di atas ranjang luas itu, dengan tetap menahan pinggang Anna dalam genggaman nya. Bibir mereka masih terus bertaut. Tangan Jonathan meraba tubuh Anna perlahan, meremas lembut gundukan milik Anna yang masih terbungkus pakaian yang menempel di tubuhnya.

"Anna...." Ucap Jonathan melepas ciuman mereka. Ia menatap wanita itu dalam.

"Mr.Jonathan. " Panggil Anna. Menatap lembut.

"Kau...kau yang datang kesini untuk ku." Ucap Jonathan. Ia tidak tahu--ia sudah mencoba menahan dirinya tapi sangat sulit untuk menghentikannya sekarang.

Jonathan kembali mencium bibir Anna, kali ini ia sudah tidak tahu lagi. Ia mengangkat baju Anna ke atas meskipun tidak benar-benar melepaskan, tapi sudah cukup memperlihatkan kulit putih dan mulus, serta belahan dada Anna yang hanya tertutup bra berwarna gelap.

"Aaaahh..." Desah Anna ketika bibir Jonathan menyentuh kulitnya.

Suasana di dalam kamar begitu panas, dan detak jantung yang terasa memecah keheningan. Jonathan menyentuh wajah Anna, ibu jarinya mengusap lembut tulang pipinya.

Anna menatapnya, napasnya tidak beraturan. Hanya mata mereka yang seakan sedang berkata. Seolah memberi isyarat untuk tidak berhenti.

Malam itu, batas antara kekhawatiran dan ketertarikan memudar. Semua yang ingin mereka tahan selama ini runtuh dalam satu malam yang larut, menjadi sebuah momen yang akan mereka ingat… bukan karena kata-kata yang terucap, melainkan karena perasaan yang terlalu kuat untuk diingkari.

...****************...

1
HAI ❤️
Hai para readers jangan lupa like dan bintang ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!