[BIJAK LAH DALAM MEMBACA] yang menceritakan tentang Jian yu seorang pekerja biasa Dengan gaji yang pas-pasan , dan saat dia pulang dia malah dihadang oleh sekelompok preman yg mabuk dan membentak nya untuk menyerahkan uang nya ,Jian yu yang tidak bisa melawan pun lari bukan Karena takut tapi Karena di sendirian dan mereka bertiga, mau tidak mau tidak ia harus melarikan diri tapi, pelarian nya itu sia sia Karena salah satu preman berhasil memukul nya dan membuat nya jatuh dan setelah itu dia di buang oleh Meraka , dan saat Jian yu membuka matanya kembali dia sudah tidak berada di bumi kagak melainkan berada di dunia yg tidak dia kenal dan mendapatkan sistem terkuat yg akan merubah hidup nya kedepan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAUZAL LAZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 32
Dari kejauhan, Jian Yu berdiri di atas dahan pohon besar yang rimbun, tubuhnya tersembunyi di balik dedaunan lebat agar tidak menarik perhatian. Matanya menatap tajam ke arah sebuah bangunan megah yang dijaga ketat oleh puluhan pengawal keluarga Bai. Di dada para penjaga itu terukir simbol ular putih yang meliuk, lambang kebanggaan keluarga tersebut.
Ling Dong dan saudara-saudaranya yang lain juga bersembunyi tak jauh darinya, menunggu instruksi. Jian Yu menoleh pada mereka, suaranya rendah namun penuh wibawa.
“Jadi inilah target kita malam ini. Kediaman keluarga Bai. Kita akan menghancurkan tempat ini, sekaligus memusnahkan semua pil iblis yang mereka simpan.”
Belum berhenti di situ, Jian Yu melanjutkan dengan tatapan dingin, “Nanti biar aku yang masuk lebih dulu. Kalian cari gudang tempat penyimpanan pil iblis. Hancurkan semua. Dan apa pun harta berharga yang kalian temukan, ambil saja semuanya.”
Ucapan terakhir itu membuat para bawahan hampir saja jatuh pingsan. Ling Tong mengeluh lirih, wajahnya masam.
“Tuan… bagaimana kami bisa menjarah semuanya? Lihatlah bangunannya, begitu besar! Jumlah kita pun tak seberapa, belum lagi harus menghadapi para penjaga.”
Ling Dong menimpali dengan nada khawatir, “Benar, Tuan. Lagipula, meski kami berhasil mengambil semua, cincin penyimpanan kami tidak akan cukup menampungnya.”
Mendengar itu, Jian Yu mengangguk pelan. “Kalau begitu, ambil saja yang menurut kalian penting. Itu sudah cukup.” Ucapannya sederhana, tapi penuh ketegasan.
Tanpa ragu, tubuhnya langsung melesat keluar dari hutan, menembus langit malam. Ia berdiri tegak di udara, aura dinginnya menyebar luas. Dengan satu gerakan tangan, Jian Yu membentuk ribuan tombak es yang berkilauan di bawah cahaya bulan. Tombak-tombak itu bergetar pelan sebelum ditembakkan lurus ke arah barisan pengawal.
Seorang penjaga yang melihat sosok Jian Yu di udara langsung menyenggol rekannya.
“Hei… kau lihat itu? Ada seseorang di atas sana!” Ia menyipitkan mata, mencoba memastikan. Namun sebelum sempat menelan ludah, sebuah tombak kecil melesat dengan kecepatan mengerikan, menembus kepalanya. Tubuhnya ambruk seketika, tak bernyawa.
Rekannya yang tadi disenggol langsung panik dan berteriak keras.
“Penyusup! Penyusup! Kita diserang!”
Sayang, teriakannya sudah terlambat. Ribuan tombak es menghujani lapangan dalam sekejap, menembus kepala, dada, bahkan organ vital para penjaga. Jeritan kesakitan pecah di udara, darah berceceran di tanah. Dalam hitungan napas, ratusan pengawal keluarga Bai tewas, tubuh mereka membeku kaku dengan ekspresi ketakutan terakhir.
Seorang penjaga yang masih selamat berlari tergopoh-gopoh masuk ke dalam kediaman keluarga Bai. Napasnya memburu saat ia menerobos ruang utama.
“Tuan Bai! Tuan Bai Mo! Terjadi penyerangan di luar! Ratusan prajurit… semuanya mati! Mereka dihujani tombak kristal es….”
Bai Mo, kepala keluarga Bai, berdiri terdiam sesaat, wajahnya menegang. Di sampingnya ada putranya, Bai Liang, dan istrinya, Bai Yunxi. Ketiganya saling berpandangan, lalu Bai Mo menggeram, “Sialan! Siapa berani-beraninya menyerang keluarga Bai?! Akan kubunuh dia!”
Mereka bertiga segera melesat keluar, namun begitu tiba di halaman, pemandangan yang mereka lihat membuat wajah mereka berubah pucat. Ratusan prajurit mereka tergeletak tak bernyawa, tubuh-tubuh mereka ditusuk, dibekukan, bahkan ada yang hancur tak berbentuk.
Bai Mo menahan amarahnya dan menatap ke atas, ke arah sosok Jian Yu yang melayang gagah dengan pedang tergantung di pinggang. Ia menunduk sedikit, berusaha menjaga sikap.
“Senior… ada keperluan apa hingga harus membantai semua prajurit keluarga Bai?” suaranya terdengar sopan, tapi ketegangan jelas terasa.
Jian Yu perlahan turun, langkahnya tenang meski penuh tekanan. Tatapannya menusuk, dingin.
“Jangan berpura-pura lagi. Aku sudah mengetahui semua kejahatan kalian. Kalianlah yang memasok pil iblis ke kota Tianlong.”
Mendengar itu, Bai Mo, Bai Yunxi, dan Bai Liang terkejut. Wajah mereka berubah kaku. Bai Mo mencoba tersenyum tipis, meski suaranya terdengar getir.
“Senior, jangan asal menuduh. Tuduhan harus memiliki bukti yang kuat.”
Namun Bai Liang justru menatap Jian Yu lebih lama. Ada sesuatu dalam wajah itu yang terasa familiar. “Aku… aku seperti pernah melihatnya. Tapi di mana?” batinnya, mencoba mengingat.
Jian Yu mengangkat alis. “Kau minta bukti? Baiklah, akan kutunjukkan buktinya.” Ia langsung mengirimkan suara lewat telepati kepada Ling Dong dan yang lain.
“Kalian sudah menemukan pil iblisnya?”
Suara Ling Dong terdengar cepat dan penuh semangat. “Sudah, Tuan! Kami menemukan enam kotak besar pil iblis yang disimpan di ruang bawah tanah!”
“Bagus. Jangan dimusnahkan Bawa semuanya ke depan kediaman Bai, cepat.” perintah Jian Yu.
Tak lama kemudian, Ling Dong dan saudara-saudaranya melesat keluar, membawa kotak-kotak hitam besar yang berisi pil iblis. Mereka meletakkannya di hadapan semua orang. “Kami sudah membawa semua, Tuan.”
Wajah Bai Mo pucat. Jian Yu meliriknya sambil tersenyum tipis.
“Masih ingin menyangkal? Apakah ini bukan pil iblis?”
Bai Mo akhirnya kehilangan kesabaran. Ia berteriak dengan mata melotot.
“Bocah! Apa urusannya denganmu?! Ini bukan urusanmu, jadi minggir!”
Belum sempat Jian Yu menjawab, Bai Liang sudah meraung marah, matanya penuh kebencian. Ia melompat sambil mengangkat tombak panjangnya, mengarah lurus ke dada Jian Yu.
“Ayah! Dialah orangnya! Dia yang membunuh Bai Ren dan Bai Yong! Karena dialah mereka mati! Akan kubunuh dia sekarang juga!”
Tombak itu melesat cepat, udara bergetar. Namun Jian Yu tetap berdiri tenang, bibirnya melengkung sinis.
“Hooo… jadi kau masih mengingatku. Bagus. Aku juga tidak lupa, kaulah yang dulu berusaha membunuhku. Biar kupertegas lagi siapa yang sebenarnya harus mati di sini.”
“Tik!”
Dengan satu gerakan sederhana, Jian Yu menangkap mata tombak itu dengan dua jari. Seketika, matanya bersinar aneh, teknik mata ilusi dilepaskan.
Bai Liang mendadak terpaku. Dalam kesadarannya, ia melihat ribuan tombak menghujam tubuhnya sendiri, merobek kulit dan otot. Tubuhnya dipotong-potong oleh pedang tak terlihat, lalu seekor ular hitam raksasa muncul dari kegelapan, melilit tubuhnya, mencabik-cabik, sebelum menelannya hidup-hidup. Jeritannya hanya terdengar di dalam batin, sementara di dunia nyata matanya kosong, tubuhnya gemetar, lalu jatuh ke tanah tanpa nyawa.
Jian Yu menatap dingin pasangan suami istri yang masih tersisa. Ia mengangkat pedang penghancur langit, yg sudah ada ditangannya . Aura pedang itu langsung mengguncang membuat udara di sekitarnya bergetar.
“Anak kalian sudah mati. Kini tinggal kalian berdua.”
Bai Mo yang mendengar anaknya sudah mati langsung berteriak marah, begitu juga dengan istrinya. Mereka berdua menciptakan tombak dari tanah dan batu untuk menyerang Jian Yu. Namun, semua serangan itu dapat dihindari dengan Langkah Bayangan Petir miliknya.
Kemudian, dari samping kanannya, Bai Mo meraung marah sambil mengangkat pedang besarnya. Ia mengayunkan pedang tersebut dengan kekuatan penuh.
“Mati kau, keparat! Akan kucincang tubuhmu sampai menjadi serpihan kecil!”
Jian Yu mengangkat pedangnya dan menahan tebasan pedang besar Bai Mo. Percikan api keluar dari benturan senjata mereka, tetapi tubuh Jian Yu yang tak mampu menahan kekuatan ayunan itu terpental keras hingga menabrak batang pohon besar.
“Khukk… khukk…” Jian Yu memuntahkan darah, lalu berusaha bangkit kembali.
Bai Yunxi tidak tinggal diam. Ia memanfaatkan keadaan Jian Yu yang sedang lengah dan segera menembakkan batu runcing yang melesat tajam ke arahnya.
“Shoot… shoot…”
Melihat serangan Bai Yunxi semakin dekat, Jian Yu buru-buru membentuk perisai es. Batu-batu itu menghantam perisai es miliknya, lalu hancur berkeping-keping. Tanpa membuang waktu, Jian Yu langsung melesat cepat ke arah Bai Yunxi.
“Whusss!”
Pertarungan sengit pun kembali terjadi di antara mereka bertiga. Hantaman demi hantaman membuat beberapa pohon tumbang, tanah-tanah hancur, dan lubang-lubang besar terbentuk akibat dahsyatnya kekuatan mereka.
Bai Mo dan Bai Yunxi akhirnya mundur beberapa langkah. Bai Mo terengah, wajahnya pucat, lalu berseru, “Bagaimana mungkin kami tidak bisa mengalahkannya? Padahal dia hanya berada di ranah Prajurit Qi tingkat tiga. Aku, yang bahkan berada empat tingkat di atasnya, tetap tidak mampu menumbangkannya!” Ucapannya disertai tatapan terkejut, sambil menyeka darah di bibirnya.
Bai Yunxi menimpali, napasnya pun berat, “Benar-benar bocah yang menakutkan… dia bagaikan monster.”
Jian Yu yang berdiri agak jauh dari mereka menyeka keringat di dahinya. Ia tersenyum sinis, lalu mengejek, “Apakah cuma ini kekuatan kalian? Tidak terlalu terasa bagiku.”
Ia pun melanjutkan, suaranya dingin menusuk, “Inilah yang disebut kekuatan… DOMAIN ES ABADI! PASAK ES NERAKA!”
Sekeliling mereka seketika diliputi hawa dingin menusuk. Suhu menurun drastis, dan dalam sekejap tanah mulai membeku. Dari bawah, duri-duri es raksasa muncul dengan cepat, sulit diprediksi, dan langsung mengincar mereka berdua.
Bai Mo bergerak cepat, membentuk segel tangan. Ia menggigit jari tangannya, lalu meneteskan darah ke pedang besar miliknya. Aura biru tua yang sangat pekat pun keluar dari pedangnya.
“GUNTUR PENGHANCUR!”
Tanah bergetar hebat, petir-petir liar menyambar, menghantam pasak-pasak es yang muncul dari tanah, hingga mematahkan teknik Jian Yu.
Namun, berbeda dengan Bai Mo, Bai Yunxi sudah tak sanggup lagi. Energi Qi-nya menipis drastis. Pergerakannya melambat setelah beberapa pasak es menembus kakinya.
Jian Yu melihat kesempatan itu. Dengan cepat ia melesat menggunakan Langkah Bayangan Petir, lalu mengaktifkan Teknik Pedang Naga dan menebas Bai Yunxi.
“Bukkk!”
Kepala Bai Yunxi terpenggal, jatuh berputar di tanah, sementara tubuhnya ambruk. Darah mengucur deras dari tubuhnya yang terkapar tak bernyawa.
“Yunxi…!! Tidak!” Bai Mo meraung marah, matanya memerah. Ia melesat sangat cepat ke arah Jian Yu dengan amarah yang tak terkendali.
Begitu juga dengan Jian Yu. Ia menyambut serangan itu. Keduanya beradu pedang kembali, tebasan demi tebasan dilancarkan dengan teknik masing-masing. Percikan api, getaran tanah, dan suara ledakan qi terdengar di mana-mana.
Jian Yu kemudian mundur beberapa langkah. Dengan gerakan tangan, ia menciptakan tombak-tombak es dalam jumlah banyak, lalu menghempaskannya ke arah Bai Mo yang sudah sekarat.
Melihat hujan tombak es melesat ke arahnya, Bai Mo mengangkat pedang besar untuk menahan. Namun, di saat ia sibuk menangkis serangan itu, Jian Yu tiba-tiba melesat ke belakangnya.
“Temuilah istri dan anak-anakmu di neraka!” ucap Jian Yu dingin.
Dengan sekali tebasan cepat, pedangnya memenggal kepala Bai Mo.
“Bukkk… bukkk…”
Kepala itu jatuh ke tanah, menggelinding, sementara tubuh Bai Mo ambruk dengan mata yang masih terbuka, seakan ingin mengatakan sesuatu ,tetapi sudah terlambat.
Jian Yu mengayunkan tangannya. Api Surgawi muncul dari telapak tangannya, dan membakar semua mayat hingga menjadi abu. Debu itu pun tertiup oleh angin malam, lenyap tanpa jejak.