"Jika kamu tidak mau menikah dengan Louis secara suka rela, anggap saja ini sebagai tanda balas budimu karena aku telah membiayai seluruh pengobatan ibumu."
Perkataan Fradella membuat dunia Irene runtuh. Baru saja dia bahagia melihat ibunya bisa berjalan kembali, tapi kini Irene harus ditimpa cobaan lagi.
Menikah bukanlah sesuatu yang mudah. Menyatukan dua insan yang berbeda, dua kepribadian menjadi satu dan saling melengkapi kekurangan masing-masing itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Bagaimana dengan nasib Irene setelah pernikahannya dengan Louis. Pernikahan antara pelayan dan sang presdir, akankah berjalan layaknya pernikahan pada umumnya?
Lalu akankah Louis membukakan hatinya untuk Irene setelah mereka menikah? Ikuti kisah Irene dan Louis disini ya🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risna afrianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HUT CHEN COMPANY
“Ingat jangan membuat malu.” Pesan Louis sebelum turun dari mobil. Irene hanya diam dan mengangguk tanda bahwa dia mengerti apa yang dikatakan Louis.
Hotel yang dijadikan tempat perayaan HUT Chen Company sudah terlihat ramai. Banyak rekan bisnis dan para karyawan yang sudah hadir disana. Irene terlihat sedang mencari – cari seseorang, pandangan matanya menyusuri kerumunan orang.
“Siapa yang kau cari?” tanya Louis yang sadar akan sikap Irene.
“Aku mencari Momy.” Irene masih melayangkan pandangan ke penjuru ruangan.
“Momy masih dalam perjalanan, sebentar lagi dia akan datang,’ jawab Louis dengan nada yang masih saja dingin.
“Tetaplah bersamaku, jangan berkeliaran.” Tiba – tiba tangan Louis meraih tangan Irene, membuat wanita itu kaget bukan main.
“Jangan berburuk sangka dulu, aku hanya tidak ingin semua orang tau yang terjadi sebenarnya dengan pernikahan kita. Bersikaplah layaknya pasangan yang harmonis.” Bisik Louis yang seakan tau bahwa Irene terkejut.
“Selamat malam Tuan Louis.” Sapa seorang lelaki yang terlihat lebih tua dari Louis.
“Selamat malam Tuan Alex.” Louis membalas jabatan tangan dari Alex.
“Loh siapa wanita cantik ini?” tanya Alex menunjuk Irene yang berada tepat disamping Louis.
“Perkenalkan dia istriku, namanya Irene.” Louis memperkenalkan irene kepada Alex. Laki – laki itu terlihat mengamati Irene dengan sangat teliti. Karena penampilan Irene malam ini memanglah sangat sempurna, polesan wajah Irene membuat dirinya sudah terlihat seperti kaum kelas atas.
“Alex.” Alex menjulurkan tangannya.
“Irene.” Irene meraih tanganAlex dan menjabatnya sebentar.
Louis berbincang banyak hal dengan Alex, tapi mata Alex tetap saja memperhatikan wajah cantik Irene tanpa henti.
“Lo.. Em Sayang, Momy sudah datang. Aku mau menyapa momy dulu ya.” Irene berhasil membuat tenggorokan Louis terasa kering. Panggilan yang baru saja Irene katakan kepadanya terasa menusuk ke dalam hatinya.
“Em iya, jangan lama – lama ya.” Louis membelai punggung Irene lembut sebelum wanita itu meningglkannya. Dalam hati Irene ada desiran rasa yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Sikap manis Louis membuat hati Irene tersentuh, meskipun itu hanyalah akting belaka untuk menutupi sandiwara pernikahan mereka.
“Dima kamu menemukan wanita secantik itu?” pertanyaan itu Alex berikan setelah Irene benar – benar sudah menjauh dari mereka.
“Dia bukan dari kalangan atas, hanya wanita biasa,” jawab Louis dingin.
“Tapi aura dia sangat kuat, dia bisa saja memikat hati seluruh tamu pesta.” Entah mengapa saat mendengar perkataan Alex ada sedikit rasa marah dalam hati Louis. Dia merasa tidak terima jika Irene benar – benar akan menjadi pusat sorotan semua tamu undangan.
“Maaf Tuan Alex saya tinggal dulu.” Tak ingin berlama – lama lagi mendengar kata – kata Alex, Louis memilih untuk pergi dan menemui tamu yang lain.
“Aku tau kalian hanya bersandiwara, tidak mungkin wajah dinginmu itu bisa meluluhkan hati wanita secantik Irene,” ucap Alex setelah Louis meninggalkannya.
“Mom,” sapa Irene sebelum mencium tangan Fradella.
“Kau benar – benar cantik malam ini Irene.” Pujian Fradella memuat wajah Irene merona karena malu, tapi membuat wajah Else merah padam karena kesal.
“Mom juga sangat cantik malam ini.” Irene membalas pujian Fradella.
“Dimana Louis?” tanya Fradella karena tidak melihat putra bungsunya itu.
“Dia sedang menemui para tamu undangan Mom,” jawa Irene.
“Kamu ngak ikut?” tanya Else dengan nada yang tidak enak didengar di telinga.
“Tadi aku minta izin buat nyapa Momy dulu, Kak.” Irene menjawab meskipun dia sangat malas.
“Hay Irene. Wah aku sampai pangling lihat kamu,” ucap Antoni yang baru saja tiba setelah memarkirkan mobil.
“Enggak Kak, biasa aja.” Irene tidak ingin Else semakin membencinya.
“Tidak Irene, kamu benar – benar berbeda malam ini. Kamu terlihat seperti bintang yang sangat bersinar.” Pujian yang Antoni lontarkan benar – benar membuat wajah Else merah padam karena emosinya yang membuncah.
“Sudah – sudah kenapa jadi mempermasalahkan penampilan Irene,” ucap Else dengan kesal.
“Irene, temani Momy menemui tamu undangan ya.” Fradella mengajak Irene, karena dia tahu Else tidak pernah menyukai Irene.
“Iya Mom.” Irene mengiyakan ajakan Fradella.
Pandangan Antoni tidak berpaling sedikitpun dari Irene. Melihat Irene dengan pakaian biasa saat menjadi pelayan saja sudah membuat Antoni menggilai wanita ini, apa lagi sekarang dia melihat Irene dengan balutan gaun yang indah dan wajah yang dirias tipis namun trlihat elegant.
Bukan hanya Antoni yang terkesima dengan penampilan Irene malam ini, para tamu undangan juga memperhatikan Irene. Pandangan mata mereka mengikuti setiap langakah Irene yang berjalan berdampingan dengan Fradella.
“Selamat malam Nyonya.” Sapa seorang laki – laki paruh baya.
“Selamat malam tuan Tore.” Fradella membalas sapaan tuan Tore.
“Siapa gadis cantik yang ada disebelah anda ini?” tanya Tuan Tore yang masih mengamati Irene dengan seksama.
“Perkenalkan Tuan Tore. Dia Irene, menantuku.” Fradella memperkenalkan Irene dengan bangga.
“Menantu anda?” Tore terlihat kaget dengan jawaban yang diberikan Fradella, hingga dia mengulang kata – kata Fradella.
“Iya benar Tuan Tore, dia istri sah Louis.” Lagi – lagi dengan bangga Fradella mengatakannya.
“Sejak kapan Louis menikah?” pertanyaan itu diajukan kembali oleh Tore.
“Sekitar tiga bulan yang lalu, kami memang tidak menggelar pesta pernikahan. Karena ini permintaan dari kedua mempelai.” Jelas Fradella kepada Tore.
Mereka berbincang – bincang mengenai mendiang Tuan Chen. Karena memang Tore adalah teman lama mendiang Tuan Chen. Mereka bekerja sama hingga masing – masing dari mereka bisa mendirikan perusahaan yang akhirnya bekerja sama dalam satu bidang.
“Mari Tuan Tore, saya tinggal dulu. Ayo Irene,” ucap Fradella setelah kurang lebih lima belas menit berbincang dengan Tore.
“Iya Mom,” jawab Irene.
Di tempat Louis berdiri, teman – temannya memperhatikan Irene dari kejauhan. Kecantikan Irene malam ini sudah menyita perhatian, ditambah dengan Nyonya Fradella selaku pemilik acara yang berjalan bergandengan dengan Irene membuat mereka semakin memperhatikan Irene.
“Siapa wanita cantik itu?” tanya salah satu teman Louis yang berdiri bersamanya.
“Iya siapa dia Bro, kenapa bersama Momymu.” Ucap temannya yang lain.
“Dia sangat cantik.” Kata – kata itu membuat Louis mengalihkan pandangannya ke arah Irene berjalan dengan Momynya.
Dia memang sangat cantik malam ini, kenapa aku tidak pernah menyadari ini sebelumnya. Apa yang aku pikirkan? Aku tidak mungkin menyukai wanita kampungan itu. Batin Louis
“Louis,” panggil Scarlet tapi tidak mendapat jawaban.
“Hey Louis,” panggilnya lagi.
“Oh iya, ada apa?” ucap Louis setelah tersadar Scarlet memanggilnya.
“Apa yang kamu pikirkan sampai tidak mendengar panggilanku?” Scarlet mendengus kesal.
“Tidak, tidak ada yang aku pikirkan.” Louis masih saja memandangi Irene dari kejauhan. Scarlet yang menyadari pandangan Louis ke tempat lain membuat wanita ini penasaran. Saat Scarlet mengikuti pandangan Louis, ternyata ada Irene disana. Wanita kampungan yang sekarang terlihat sangat menawan itu yang menyita pandangan Louis.
“Temani aku makan yuk.” Scarlet mengajak Louis agar laki – laki itu tidak terus memperhatikan Irene.
Untuk sejenak Louis hanya diam tak bergeming, ada sedikit rasa yang entah tidak bisa ia definisikan dari dalam hatinya saat melihat Irene tertawa bersama rekan kerjanya. Wanita itu terlihat tertawa lepas bersama Fradella dan tamu laki – laki lainnya.
Kenapa dia tidak pernah tertawa selepas itu saat bersmaku? Kenapa dia tidak pernah memberikan senyum semanis itu kepadaku? Kenapa dia tidak pernah terlihat sebahagia itu ketika bersamaku? Dia memang cantik, sangat cantik. Ya Tuhan apa yang sedang aku pikirkan? Tidak mungkin aku mulai menyukai wanita itu, tidak mungkin. Aku tidak mungkin menyukainya, dia bukan wanita idamanku. Louis bertanya – tanya dalam hatinya.
suka dg kisahnya yg tdk memperdulikan kasta