NovelToon NovelToon
Return After 100.000 Years In The Abyss

Return After 100.000 Years In The Abyss

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Kelahiran kembali menjadi kuat / Action / Spiritual / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: SuciptaYasha

Lin Zhiyuan, adalah pemuda lemah yang tertindas. Ia menyelam ke kedalaman Abyss, jurang raksasa yang tercipta dari tabrakan dunia manusia dan Dewa, hanya untuk mendapatkan kekuatan yang melampaui takdir. Setelah berjuang selama 100.000 tahun lamanya di dalam Abyss, ia akhirnya keluar. Namun, ternyata hanya 10 tahun terlalui di dunia manusia. Dan saat ia kembali, ia menemukan keluarganya telah dihancurkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10 Kemunafikan warga kota Wangzen

Jinzu membeku.

“Jadi apa salahnya menikmati sedikit rasa… nostalgia?” lanjut Zhiyuan dengan santai.

Tiba-tiba, terdengar suara penjaga yang berteriak.

“Periksa semua orang! Siapapun yang memakai kerudung—buka!!”

Jinzu menggenggam kerudungnya semakin erat. “Tuan muda, kita harus pergi! Kalau mereka melihat—”

“Sepertinya mereka benar-benar tidak sabar," ucap Zhiyuan dengan nada tenang, santai, bahkan hampir manis.

Ia menoleh sedikit, melihat barisan penjaga menuju arah mereka.

“Padahal kalian hanya perlu duduk manis dan menunggu.”

Jinzu nyaris berteriak, “Lari—!”

Namun ucapan itu terlambat.

Seorang kapten penjaga berdiri tepat di hadapan mereka, pedangnya bersilang di depan tubuhnya.

“Kalian berdua.” Suaranya keras, meski sedikit bergetar. “Lepaskan kerudung kalian. Sekarang.”

Tangannya menempel pada gagang pedang seolah bersiap menghadapi iblis.

Zhiyuan menoleh perlahan, lalu membuka kerudungnya dengan gerakan santai.

Cahaya sore jatuh ke wajah pucatnya. Kulit seperti porselen, mata merah seperti batu rubi yang lahir di kegelapan jurang—indah sekaligus mengerikan. Aura dingin menyebar, begitu tenang… namun menekan seperti langit runtuh.

Kapten penjaga membuka mulut untuk bicara—

Lalu membeku.

Ia hanya menatap mata itu sebentar, namun dingin kematian menggigit tulangnya.

Kapten itu kaku, napasnya tersengal seperti baru diseret dari tepi neraka. Zhiyuan memiringkan kepala, seperti sedang mengamati anak kecil yang lupa sopan santun.

“Kenapa kau hanya diam? Bukankah kau ingin menangkap kami?”

Mata sang kapten membelalak, kesadarannya seperti tersentak kembali. Dan di detik yang sama, Zhiyuan mengangkat kedua tangannya—menyerah, tanpa drama, seperti penjahat yang menyerahkan diri dengan baik.

Sang kapten merinding dari kepala hingga tumit kaki. Semua nalurinya, sebagai kultivator, dan sebagai manusia berteriak untuk melarikan diri, bersembunyi, berpura-pura buta, apapun… asalkan tidak perlu menyentuh makhluk ini.

Namun rasa takutnya justru bergerak menjadi kepatuhan.

Dengan jari-jari yang gemetar parah, ia mengeluarkan borgol spiritual berukiran rune penyegel. Rantai itu berkedip samar—kekuatan yang bisa meredam bahkan kultivator ranah Raja Alam.

Klik.

Borgol mengunci tangan Zhiyuan.

Klik.

Jinzu—pucat, cemas, tapi tanpa pilihan—menyerahkan tangannya juga.

Saat pengunciannya selesai, sang kapten menghirup udara tajam, seperti terbangun dari mimpi buruk. Lalu ia berteriak dengan suara yang setengah pecah:

“Pelakunya telah tertangkap!”

Para penjaga lain terperanjat.

"Apa? Secepat ini?"

"Aneh, tidak ada perlawanan?"

Ini adalah pertama kalinya mereka menangkap penjahat tanpa perlawanan sama sekali, biasanya penjahat yang ingin ditangkap akan melawan dan membunuh mereka dengan sekuat tenaga.

Hal itu begitu janggal, namun perintah tetaplah perintah. Mereka langsung membawa Zhiyuan dan Jinzu yang diborgol menuju kediaman Keluarga Wang.

Di jalan utama Kota Wangzen Zhiyuan dan Jinzu diseret seperti kriminal besar. Rantai berderak. Jalanan riuh oleh suara orang-orang yang akhirnya melihat “monster” yang bertanggung jawab atas kekeringan spiritual mereka.

“Dasar bajingan!”

“Aku kehilangan ladangku karena kau!!!”

“Lihat matanya! Iblis!”

Anak-anak melemparkan batu kecil. Seorang bocah bahkan meludah tepat di tanah di depan kaki Zhiyuan sambil berteriak:

“Ayahku bilang kau sampah tak berguna! Sekarang kau cuma iblis pengecut!”

Jinzu menunduk, wajahnya membeku di antara marah dan takut. Sementara Zhiyuan—Tersenyum.

Tidak marah, tidak kesal. Justru… tampak menikmati momen itu.

Seolah penghinaan adalah lagu pelipur lara.

“…Lihat mereka,” gumamnya lirih, nyaris geli. “Mereka berani berteriak karena mereka pikir mereka akan selamanya aman.”

Ia memandang sekitar. Pedagang, ibu-ibu yang merangkul anak, petani yang kehilangan panen, kultivator-kultivator kecil yang tak mampu apa-apa.

Para warga itu menatapnya dengan moralitas palsu, seperti hakim agung dunia.

Seolah mereka suci. Seolah mereka tidak pernah bersorak ketika keluarga Lin diratakan dengan tanah. Seolah mereka tidak pernah menikmati bantuan, makanan, dan perlindungan keluarga Lin. Mereka melupakan semuanya dalam satu malam, lalu memilih ikut menjarah reruntuhannya.

Di mata mereka, sekarang Zhiyuan adalah iblis. Dan mereka? Korban yang benar.

Senyum Zhiyuan mengembang sedikit.

“Menggelikan…” bisiknya pelan, suaranya laksana kabut dingin. “Mereka menari di atas kuburan keluargaku… lalu berani menyebutku monster.”

Ia tertawa kecil—dingin, indah, pecah seperti kaca.

“Manusia memang makhluk yang mahir berpura-pura mulia.”

Jinzu mencengkeram borgolnya, matanya merah. “T–Tuan muda…”

Zhiyuan hanya menggeleng santai. “Tenanglah, Jinzu... mereka hanya belum melihat apa yang sebenarnya mereka sembah.”

Tatapannya menyapu kerumunan, dan sesaat—sekilas—mata merahnya berpendar seperti bintang neraka.

Keramaian terus menghina tanpa sadar bahwa badai sedang berjalan lewat tengah mereka—dan badai itu tersenyum, menunggu waktu untuk merobek langit dan dunia mereka.

....

Di Aula Agung Keluarga Wang, langkah kaki penjaga terdengar bersamaan dengan denting rantai ketika mereka membawa para tersangka pengeringan sumur memasuki ruangan.

CLANK… CLANK…

Para penjaga langsung menunduk hormat.

“Patriark Wang—kami telah membawa tersangka!”

Jinzu menunduk dalam, tubuhnya tampak kecil di bawah tatapan puluhan kultivator tinggi. Sementara Zhiyuan… berjalan dengan santai, seolah datang sebagai tamu undangan, bukan tersangka kriminal.

Di atas singgasana batu hitam, Patriark Wang duduk. Jubah raja sektenya menyelimuti tubuh tegapnya, aura Alam Raja tingkat 9 bergetar pelan seperti macan yang tertidur.

Di kedua sisinya duduk para penatua; di belakangnya berdiri dua orang yang merupakan putra dan putrinya, Wang Liu dan Wang Feixuan, mereka menatap dengan rasa jijik dan puas.

Tatapan Zhiyuan dan Patriark Wang bertemu. Suara dunia seakan meredam.

“Kalian… yang menyebabkan kekeringan spiritual di Kota ini?” tanya Patriark Wang, setiap katanya menekan ruangan bak palu dewa.

Jinzu menggigit bibir, menahan gemetar.

Zhiyuan menatap Patriark Wang dengan mata setenang air malam.

“Benar.”

Tidak ada penjelasan. Tidak ada rasa bersalah.

Hening menyelimuti aula. Tatapan para penatua mengeras, para murid mencengkeram pedang. Jinzu menunduk lebih dalam, tubuhnya bergetar—bukan karena takut pada hukuman, tapi karena tekanan aura yang menekan paru-parunya.

Patriark Wang mengetukkan jarinya pada lengan singgasana, suara dingin menggema.

“Berani sekali kau melakukannya.”

Auranya membuncah—dan Jinzu tersentak, hampir jatuh kalau saja Zhiyuan tidak bergerak sedikit untuk menopangnya.

Namun sebelum Patriark Wang meledak—

Seorang penatua tua disisi kanan mencondongkan tubuh, mata berkerut menatap wajah pemuda itu.

“Patriark…”

Suaranya pelan namun menyayat ruang.

“Aku mungkin telah tua dan penglihatanku melemah… tetapi bukankah pemuda ini… Lin Zhiyuan?”

Sedetik.

Dua detik.

Aula membeku.

Patriark Wang menoleh pelan. Alisnya berkerut, matanya memperhatikan sosok di bawahnya dengan seksama—garis wajah, tatapan dingin, rambut hitam panjang yang tak lagi tampak kusut seperti dulu.

“Lin Zhiyuan...?”

1
Winer Win
zhiyuan cool sekali..like deh ..😍😍😍😍
Winer Win
sabar..setelah ini giliran anda tuan muda Wang...
Winer Win
aku kalo baca novel genre ini..lama adaptasinya..Sam halnya nnton film2 cina..soalnya namnya hmpir mirip2..haha
mlh kalo baru awal2..kek semua tokoh tu mukanya smaaaaaaa..🤣🤣
Rizky Fathur
cepat bantai semua keturunan keluarga Wang buat juga mcnya bantai keluarga mo yang berani ikut campur dengan kejam
Rizky Fathur
cepat bantai Patriak Wang dengan kejam Thor bikin di melihat kehancuran keluarganya cepat hancurkan kultivasinya Patriak Wang bikin mcnya bikin sayembara untuk membunuh Semua keturunan Klan Wang dengan imbalan sumber daya besar bikin Patriak Wang ketakutan meminta ampunan kepada mcnya tapi mcnya tidak peduli malah tertawa kejam hahaha
y@y@
💥🌟⭐🌟💥
Raylanvas
Menarik
y@y@
👍🏿⭐🌟⭐👍🏿
Rizky Fathur
lanjut Thor cepat bantai Patriak Wang dengan kejam biarkan Dia melihat sendiri keluarga hancur dan di bantai bikin semua jiwa keluarga Patriak Wang di hancurkan Agar tidak bisa bereinkarnasi hahaha bantai Patriak Wang dengan kejam panjang tubuhnya sebagai peringatan
Rizky Fathur
cepat bantai mereka dengan kejam hancurkan jiwanya Agar tidak bisa bereinkarnasi Thor
Arafami
lanjut...
Arafami
seru lanjutkan...
Tara
sedih nya...seluruh keluarga binasa😱😭😓
y@y@
👍🏼🌟⭐🌟👍🏼
Arafami
lanjut...
Arafami
hmm interesting..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!