Suaminya ketahuan selingkuh dan anak yang dikandungnya meninggal adalah petaka yang paling menyedihkan sepanjang hidup Belcia. Namun, di saat yang bersamaan ada seorang bayi perempuan yang mengira dia adalah ibunya, karena mereka memiliki bentuk rambut yang sama.
Perjalanan hidup Belcia yang penuh ketegangan pun dimulai, di mana ia menjadi sasaran kebencian. Namun, Belcia tak memutuskan tekadnya, menjadi ibu susu bagi bayi perempuan yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Penasaran dengan kisah Belcia? Ayo kita ikuti di novel ini🤗
Jangan lupa follow author💝
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
TT @Ratu Anu👑
Salam Anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Keteguhan Belcia
Setelah mengganti pakaiannya, Belcia duduk di sofa yang ada di kamar Leticia. Berulang kali air matanya luruh, bukan karena sedih atas perlakuan Jasper, tapi karena emosi yang tiba-tiba meledak di dadanya.
"Tenangkan dirimu, Cia," gumamnya sambil mengatur nafas.
Dia tidak akan marah, dia juga tidak akan bertanya apa salahnya. Hari ini dia hanya akan berusaha untuk memberi pemakluman atas kehilangan yang dirasakan Jasper, karena sampai sekarang dia sendiri belum ikhlas Tuhan mengambil putrinya.
"Aku di sini hanya untuk Leticia dan Maureen. Hanya untuk mereka!" ucap Belcia dengan penuh keteguhan. Sampai akhirnya Lidya masuk dan mereka saling tatap, Belcia langsung mengelap sisa air matanya dan berusaha tersenyum.
Lidya duduk di sampingnya, lalu meraih tangan Belcia untuk digenggam.
"Maafkan Jasper, Bel. Tolong maafkan putraku," ujarnya dengan mata berkaca-kaca. Sama seperti Belcia, selama ini Lidya juga selalu berusaha memahami perasaan pria itu yang sudah ditinggal ibunya. Sampai dia tidak mempermasalahkan panggilan 'Tante' yang Jasper sematkan selama bertahun-tahun.
"Nyonya tidak perlu minta maaf untuknya. Aku mengerti, lain kali aku akan lebih berhati-hati lagi," balas Belcia. Dia sadar bahwa tidak mudah berhadapan dengan orang seperti Jasper, tapi bukan berarti tidak bisa.
Lidya tersenyum getir, dia benar-benar terharu sekaligus kagum karena Belcia sebaik ini kepada keluarganya.
"Aku tidak tahu harus mengungkapkan rasa terima kasihku seperti apa padamu, Belcia. Kamu wanita yang sangat baik, Tuhan pasti akan membalasmu dengan kebahagiaan yang berlipat ganda," ujar Lidya sambil terisak, untuk itu Belcia yang akhirnya memeluk lebih dulu.
"Itu juga yang akan aku katakan padamu, Nyonya. Seharusnya Tuan Jasper beruntung punya ibu sambung sepertimu," puji Belcia yang mulai memahami situasi di keluarga Smith.
Setelah beberapa saat berlalu, Lidya melepaskan pelukannya. Dia ingin melontarkan sebuah permintaan pada Belcia.
"Bel, mulai hari ini apakah aku boleh menganggapmu sebagai anakku? Sudah setua ini, aku belum punya anak kandung. Sampai aku terus berharap Jasper bisa menerimaku dengan cepat, tapi ternyata belum bisa juga. Aku punya sebuah permintaan, aku ingin mendengarnya sebelum Tuhan menjemputku ...."
"Nyonya," panggil Belcia menyela, tak tega saat melihat Lidya malah menangis tersedu-sedu dan bicara seperti itu. "Katakan apa yang Anda inginkan?"
"Panggil aku Mama," lirih Lidya dengan ludah yang tercekat di tenggorokan, rasanya sakit tapi dia ingin mendengarnya.
Belcia tersenyum kecil, ternyata keinginan sesederhana itu mampu membuat orang merasa bahagia.
"Mama," ucap Belcia yang langsung membuat Lidya mengangkat kepala, bibirnya melengkung sempurna. Mata yang berkaca-kaca itu tiba-tiba berbinar senang. "Mulai sekarang, aku akan memanggil Nyonya dengan panggilan Mama." lanjut Belcia mengabulkan keinginan yang selama ini Lidya pendam.
Sementara itu di kamar sebelah Jasper belum juga membersihkan tubuhnya. Dia juga belum makan malam. Dia masih mengurus Leticia yang merengek dan meminta keluar.
"Maria, antarkan susu ke kamarku!" ucap Jasper, memutuskan untuk menelpon sang pengasuh. Berharap sambil menyusu Leticia bisa segera tidur.
Tak berapa lama kemudian Maria mengetuk kamar utama. Dia masuk dan melihat Jasper yang sedang menimang-nimang putrinya.
"Aaaa ... ndahhh!" oceh Leticia sambil meronta-ronta. Maria segera menyerahkan botol susu kepada Jasper, dan pria itu berusaha memberikannya pada sang anak.
"Sayang, ayo minum susunya. Kita istirahat ya," ujar Jasper seraya melangkah ke arah ranjang. Dia merebahkan tubuh Leticia, tapi bayi itu malah bangun dan merangkak sambil menunjuk pintu.
"Mah .... nyeh ... aaaaa!!!"
Jasper mendesahkan nafas kasar. Dia tersadar bahwa yang bisa menenangkan Leticia hanyalah Belcia, tapi dia malah memarahi wanita itu.
"Maaf, Tuan, jika saya lancang," ujar Maria yang membuat Jasper menoleh ke arahnya. Pria itu tidak menjawab, tapi tatapannya mempersilahkan Maria untuk melanjutkan kalimatnya.
"Soal tadi, saya yang memberikan baju itu kepada Nyonya Belcia, baju itu memang milik Nyonya Maureen, tapi Nyonya sudah memberikannya pada saya karena katanya terasa sempit," papar Maria, menunantaskan rasa bersalahnya pada Belcia yang dituduh macam-macam oleh Jasper.
Mendengar itu, Jasper kembali menarik nafas dalam-dalam dan memejamkan matanya, sementara tangannya memegangi Leticia yang tidak mau diam.
"Nyonya Belcia masih ada di kamar Nona Kecil, dia belum pulang," lanjut Maria memberi informasi, karena Jasper pasti berpikir bahwa wanita itu langsung pergi dari rumah ini.
Setelah mengatakan semuanya, Maria pamit keluar karena merasa tidak dibutuhkan. Sedangkan Jasper tampak merenung, sambil sesekali memandangi foto Maureen yang masih ada di mana-mana.
***
Menyerah, Jasper tak berhasil membuat sang anak tidur. Akhirnya dia menggendong Leticia untuk keluar dari kamar. Dia melangkah menuju kamar bayi itu, di mana ada Belcia, tapi Jasper tidak langsung masuk.
Pria itu hanya mematung di depan pintu, sementara anaknya berusaha membuka benda persegi panjang itu sambil berteriak-teriak.
"Aaa ... atcahh!!"
Dari dalam Belcia mendengar samar-samar suara Leticia. Dia mencoba fokus, dan suara itu semakin terdengar jelas. Sontak dia langsung bangkit dari sofa dan membuka pintu.
Tangan Jasper yang sudah terangkat akhirnya hanya membeku di udara. Mereka saling tatap sekilas, dan Belcia memutusnya dengan mengambil alih Leticia tanpa bicara sedikit pun.
"Papapapah," oceh Leticia sambil menoleh ke belakang. Namun, pintu langsung ditutup oleh Belcia, sehingga wajah pria itu tak terlihat lagi.
Jasper pun bergeming di tempatnya berdiri. Dia tidak langsung kembali ke kamarnya, entah karena apa. Hingga lima menit berlalu, tiba-tiba pintu itu terbuka lagi.
"Papap!" panggil Leticia dengan mata yang berbinar. Terlihat senang melihat keberadaan Jasper, tapi saat ingin digendong, Leticia langsung geleng-geleng dan memeluk Belcia.
"Leticia, sudah malam, kamu mau tidur dengan siapa?" bisik Belcia sambil menghindari tatapan Jasper. Mereka benar-benar seperti orang asing yang tidak saling mengenal.
"Tutup lagi saja pintunya, aku akan kembali ke kamar." Tiba-tiba Jasper bersuara dan membuat Leticia menoleh. Tanpa basa-basi Belcia menuruti apa kata pria itu. Tapi Leticia malah mencebikkan bibirnya.
"Papapapap ...."
Jasper sudah ingin melangkah, tapi benda persegi panjang itu lagi-lagi terbuka dan membuatnya urung. Dia melihat sang anak yang bersemangat dalam gendongan Belcia, seperti mengajak bermain. Sedangkan Belcia sendiri memasang wajah datar.
"Kamu mau ikut Papa atau?" Jasper bingung untuk memberikan panggilan kepada Belcia. Jadi akhirnya dia mengulurkan tangan, tapi Leticia geleng-geleng kepala. Dua orang dewasa itu dibuat bingung.
"Cia mau Papa juga masuk?" tanya Jasper yang membuat Belcia terhenyak. Mereka baru saja berdebat, dan sekarang harus satu ruangan?
Yap!
Karena ternyata itulah yang Leticia inginkan. Bayi itu tampak senang karena ada Belcia di sisinya, dan saat dia menyembulkan kepala dari balik badan Belcia, dia bisa melihat ayahnya yang duduk di sofa.
"Baaaahhh!" serunya, melakukan permainan ciluk ba, seperti yang diajarkan Maureen. Di ruangan itu, Leticia adalah satu-satunya yang tampak sumringah sementara Belcia dan Jasper sama-sama bungkam.
lagian kamu tuh kok kagak punya malu? kamu tuh tinggal di rumah siapa? meskipun kamu kakak dari almarhum maureen, bukankah maureen sudah tiada. terus kenapa kamu masih bertahan di rumah jasjus, dengan alasan ingin mengawasi leticia 😒 jelas2 leticia ogahh sama kamu? kok yaa masih betah bertahan di rumah iparr...memuakkan 😒
setelah dia tau kronologi kecelakaan itu.jaspeer jdi kerasukn jin baik/Facepalm/
kamu tembulu yaaaa....
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣