kenyataan yang menyakitkan, bahwa ia bukanlah putra kandung jendral?. Diberikan kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran yang terjadi, dan tentunya akan melakukannya dengan hati-hati. Apakah Lingyun Kai berhasil menyelamatkan keluarga istana?. Temukan jawabannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIAPA DIA?
...***...
Wu Xian masih merintih kesakitan, ia berusaha mempertahankan kesadarannya.
"Rasanya penampilannya itu tidak asing." Dalam hati Pangeran Chaoxiang ingat dengan seseorang yang telah menolongnya saat itu.
"Wu xian!." Raja Ruo Xuan mengusap kening Wu Xian yang keringatan, wajahnya tampak pucat, bibirnya terlihat memerah karena digigit dengan kuat.
"Tolong ajak saya bicara, jangan biarkan saya tidur." Wu Xian merintih kesakitan, bahkan sesekali ia mencakar tangannya agar tidak tidur. Wu Xian menangis kuat menahan kantuk yang terus memaksanya untuk tidur, bahkan ia berguling-guling di tempat tidur, membenturkan kepalanya di sandaran tempat tidur.
"Wu xian! Tenanglah wu xian!." Raja Ruo Xuan panik melihat apa yang dilakukan Wu Xian. "Dengarkan aku wu xian!." Raja Ruo Xuan memeluk erat tubuh Wu Xian agar tidak melukai tubuhnya.
"Sakit! Tidak! Jangan tidur!." Wu Xian menangis kuat, matanya benar-benar terasa berat.
"Dia ini." Dalam hati Pangeran Chaoxiang tidak tega melihat keadaan Wu Xian yang seperti itu.
Saat itu juga pangeran Shoi-ming membawa seorang tabib untuk memeriksa keadaan Wu Xian.
"Gusti Raja." Ia memberi hormat.
Raja Ruo Xuan terpaksa melepaskan Wu Xian agar segera diperiksa, meskipun hatinya tidak tega melihat Wu Xian berusaha sekuat tenaga agar tetap menjaga kesadarannya.
"Paman Raja."
Pangeran Shoi-ming dan Pangeran Chaoxiang memberi hormat.
"Maaf paman Raja." Ucap Pangeran Shoi-ming. "Apakah paman Raja kenal dengan pemuda ini?." Matanya memperhatikan tabib mengobati Wu Xian.
"Paman Raja memanggilnya dengan nama wu xian? Artinya paman Raja memang kenal dengannya?." Pangeran Chaoxiang juga penasaran.
"Sebelum memasuki perbatasan kota istana, aku diserang oleh beberapa orang yang tidak dikenal." Raja Ruo Xuan menjelaskan kejadiannya. "Saat itu wu xian yang membantuku." Raja Ruo Xuan menghela nafas dengan pelan. "Jika saja ia tidak datang membantuku? Mungkin saja racun yang ada di dalam tubuhku semakin kuat."
Deg!.
Pangeran Shoi-ming dan Pangeran Chaoxiang terkejut mendengar ucapan itu.
"Ah! Sepertinya saya ingat sesuatu." Pangeran Chaoxiang menepuk pelan tangannya. "Waktu saya dan kakak pertama pergi ke bukit mawar berdarah, seseorang menyelamatkan saya dari serangan panah beracun." Ucapnya dengan sangat yakin. "Ciri-cirinya sama persis dengan wu xian."
"Serangan panah beracun? Kalian diserang?."
Raja Ruo Xuan dan Pangeran Shoi-ming bersamaan bertanya seperti itu.
"Mereka bukan hanya menyerang kami, tapi juga mengincar seruling keabadian." Pangeran Chaoxiang masih ingat dengan penjelasan dari gurunya.
"Maaf Gusti Raja." Ia memberi hormat. "Tuan prajurit telah melewati masa krisis, untung saat ini bisa tidur dengan tenang." Ia melihat ke arah Wu Xian yang sudah tenang, nafasnya mulai teratur, matanya terpejam dengan kondisi normal.
"Bagaimana selanjutnya? Apakah kau bisa menyembuhkan racun mimpi buruk?." Raja Ruo Xuan juga memperhatikan keadaan Wu Xian.
"Obat penawarnya agak sulit untuk di dapatkan, tapi hamba akan berusaha mencarinya." Ia kembali memberi hormat. "Beri hamba waktu untuk meraciknya."
"Baiklah, kabari secepatnya jika telah selesai." Respon Raja Ruo Xuan.
"Kalau begitu hamba pamit."
Tabib itu segera meninggalkan tempat, melakukan tugasnya dengan benar.
"Wu xian." Raja Ruo Xuan duduk di samping Wu Xian, memperbaiki selimut pemuda itu.
"Sebenarnya dia ini siapa paman Raja?." Ucap Pangeran Shoi-ming heran. "Kenapa ia melindungi keluarga istana?." Ia maju beberapa langkah untuk mendekati Wu Xian.
"Jangan dibuka topengnya." Raja Ruo Xuan menahan tangan Pangeran Shoi-ming.
"Ia adalah prajurit bayangan, jangan sampai wajahnya dilihat oleh orang lain." Hanya itu yang dapat dijawab oleh Raja Ruo Xuan. "Prajurit bayangan memang bertugas menjaga keluarga istana, Apakah ayahanda kalian tidak memberitahukan masalah itu?."
Pangeran Shoi-ming dan Pangeran Chaoxiang saling bertatapan satu sama lain, karena mereka memang tidak mengetahui masalah itu.
"Kalian kembalilah ke tenda masing-masing, pasti kakak Kaisar sedang mencari kalian." Raja Ruo Xuan tersenyum kecil melihat kedua keponakannya. "Masalah wu xian, biar aku yang atasi."
"Kalau begitu kami pamit dulu paman Raja."
Pangeran Chaoxiang dan Pangeran Shoi-ming memberi hormat, setelah itu keduanya pergi meninggalkan tempat.
"Wu xian, jika kalian melihat wajahnya, kalian pasti akan terkejut." Dalam hati Raja Ruo Xuan merasakan kegelisahan yang luar biasa. "Bagi dunia ini wu xian telah tiada."
Raja Ruo Xuan membaluti tubuh wu xian dengan menggunakan selimut agar tidak kedinginan, setelah itu Raja Ruo Xuan menggendong Wu Xian menuju tenda pribadinya.
"Wu xian! Apapun yang akan terjadi aku pasti akan melindungimu." Dalam hati Raja Ruo Xuan telah bersumpah untuk melakukan itu.
...***...
Kamar nona muda Xin Qian.
Suasana hatinya sangat gelisah dan tidak tenang sama sekali, ia tidak bisa tidur dengan tenang.
"Lingyun kai." Dalam hatinya hanya menyebut nama pemuda itu, hatinya terasa sakit jika ingat apa saja yang telah ia lewati bersama Lingyun Kai. "Jika kau tidak kembali? Aku akan dijodohkan oleh ayahku dengan seseorang yang tidak pernah aku kenali sama sekali." Hatinya terasa semakin sakit.
Kembali ke hari itu.
Menteri Xin Taio memanggil nona muda Xin Qian agar datang ke ruangan kerjanya.
"Matamu terlihat sembab dan juga bengkak." Menteri Xin Taio memperhatikan penampilan anak tertuanya. "Kau menangisi kepergian lelaki gigolo itu?." Ia terlihat kesal. "Kau harus melupakannya."
Nona muda Xin Qian hanya diam saja, tidak membantah sama sekali.
"Dia mati mengenaskan karena perbuatannya!." Menteri Xin Taio meninggikan suaranya. "Kau tidak pantas bersanding dengannya, apalagi menaruh hati kepadanya!." Amarahnya keluar begitu saja. "Kau harus melupakannya!."
Tidak ada tanggapan dari nona muda Xin Qian, iya berusaha menahan diri dan memendam perasaan sakit hatinya.
"Setelah perburuan selesai aku akan memperkenalkan kau, dengan seorang laki-laki yang seumuran dengan kau." Sorot matanya tampak tajam. "Aku hanya berharap kau tidak mengecewakan aku nantinya."
"Baik ayah." Nona muda Xin Qian hanya nurut saja.
Kembali ke masa ini.
Pikirannya terasa kacau saat memikirkan apa yang telah dikatakan oleh ayahnya tentang perjodohan.
"Apa yang akan kau katakan? Jika aku dijodohkan dengan orang lain?." Ia mencoba menahan tangisnya. "Kau telah banyak berkorban demi melindungi keluargaku, tapi apa yang terjadi saat ini?."
Ingatannya tertuju pada hari di mana Lingyun Kai menyelamatkannya dari fitnah kejam. Setelah itu menolongnya dari tabrakan kereta kuda, menjauhi dirinya dari perselisihan dengan nona muda Mingmei. Selain itu Lingyun Kai rela terluka parah demi menyelamatkan ayahnya ketika menjemput dokumen perjanjian perdamaian dengan perbatasan negeri lain.
"Apalagi kekurangan yang kau miliki? Kau begitu baik kepadaku dan juga ayahku." Ia tak dapat lagi menahan air matanya. "Andai saja ayahku mengetahui betapa besar pengorbanan yang kau berikan kepada keluargaku?." Dadanya terasa sakit mengingat itu semua. "Aku sangat yakin ayahku pasti akan bersikap lunak padamu." Ia menangis sesegukan. "Aku sangat yakin ayah akan berpikir dua kali jika ingin merendahkan dirimu." Hatinya semakin sesak memikirkan semua itu, hatinya terasa hancur memikirkan kebaikan Lingyun Kai yang dibalas dengan pandangan hina oleh ayahnya.
Apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Apakah mereka mampu menyelesaikan masalah yang terjadi?. Temukan jawabannya.
...***...
Gimana ceritanya dah 'Naga merah' jadi 'Naga emas' jadi yang benar warnanya emas atau merah? 👀
Dan
"Menemuinya membawanya sarapan" juga tidak enak di dengar bukan?
harusnya "Menemuinya membawa sarapan" atau "Menemuinya membawa sarapannya"