Siapa sangka seorang dokter cantik nan muda bisa menarik perhatian bos gangster dalam pandangan pertama hingga membawanya ke dalam cinta segitiga antara sang dokter, bos gangster dan seorang polisi yang merupakan calon suami dari dokter cantik tersebut.
Di sisi lainnya, sebuah pembunuhan brutal terjadi di kalangan konglomerat hingga menggemparkan berita orang-orang kaya. Tidak diketahui motif sang pembunuh, namun hanya ada satu kemungkinan yaitu balas dendam.
Semua yang terjadi rupanya terhubung satu sama lain. Cinta, pembunuhan, kebohongan dan balas dendam.
(Cerita season 2 dari season 1 berjudul Only 200 Days Mr. Mafia) jika belum membacanya, silahkan baca dulu jika berkenan ^^
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DOAM — BAB 15
LUCA SI PRIA MENYEBALKAN
Mayat Andirano masih dalam posisi yang sama, Grey dan Zoe yang sudah berada di luar, keduanya saling menatap sembari Grey memakai kembali tudung jaketnya. Tangan yang saling bergandengan itu meremas satu sama lain hingga mereka tak lama berpisah untuk sejenak. Itulah rencananya.
...***...
Sarah menggeliat dalam pelukan Tobias. Ketika dirasa hari sudah pagi wanita itu segera membuka matanya dengan senyuman kecil Sarah menyadari bahwa semalam dia tidur bersama Tobias di apartemen tanpa melakukan hubungan intim.
Sarah mulai menindihi tubuh Tobias dan memandanginya lekat seraya memainkan jari telunjuknya menyentuh wajah pria tampan itu dengan senyuman jahil. Meski begitu, Tobias terlalu nyenyak hingga dia tak sadar dengan sentuhan Sarah.
Wanita cantik itu menggigit bibir bawahnya sambil tersenyum lebar dia mulai mendekat dan hendak berbisik namun Deg! Sarah terpaku melihat seorang pria lainnya duduk di kursi riasnya yang menghadap ke arahnya tepat.
“Ka— ” Sarah melotot dan langsung turun dari ranjangnya secara perlahan agar Tobias tidak bangun. Oh yang benar saja, bagaimana Luca bisa masuk ke apartemen nya di saat dia ingin bermesraan dengan kekasihnya di pagi hari.
Wanita itu segera memakai jaket putih terawangan karena memang dia hanya memakai tank top putih dengan celana pendek putih. Rambutnya yang berantakan nan indah itu menghampiri Luca dan meraih tangan pria itu.
“Ikut aku dan pergi.” Paksa Sarah terlihat sangat panik dan takut Tobias terbangun hingga salah paham nantinya.
Luca yang terlihat santai malah menarik balik tangan Sarah dan membawanya duduk ke pangkuannya, merangkul pinggang wanita itu dengan erat tanpa rasa takut bila kekasih dari sang wanita terbangun.
“Apa yang kau lakukan, lepaskan aku...” Sarah mencoba melepaskan dirinya dan terus menoleh ke belakang untuk memeriksa Tobias.
“Menyusup seperti biasa untuk menggoda mu di pagi hari!” jawab jujur Luca tanpa ragu.
Terlihat sekali wajah Sarah mulai berkeringat hingga napasnya mulai tak karuan.
“Kau pria gila. Aku akan melaporkanmu ke polisi.” Geram Sarah ingin sekali memukul wajah Luca sekeras mungkin.
Pria tampan bermata cokelat itu menoleh menatap ke arah Tobias yang masih terpulas dalam mimpinya tersendiri. “Apa maksud mu polisi itu??” ejek gangster tersebut sama sekali tak gentar dengan ancaman Sarah yang terus diulang-ulang.
Dengan kerutan di kedua alisnya, Sarah tak berhenti menatap tajam dan marahnya.
“Aku akan membantumu! POLIS— ”
“Hentikan!!” refleks, Sarah membungkam mulut Luca yang hampir saja berteriak memanggil Tobias. Dengan kedua tangannya, Sarah menutup mulut pria itu sementara tangan kanannya menekan belakang kepala Luca sambil menggeleng penuh permohonan.
“Aku mohon jangan...” Lanjutnya sekali lagi dengan wajah memelas. Luca mengangguk satu kali hingga Sarah mulai melepaskannya dan pria itu tersenyum puas karena dia memegang kendali saat ini.
“Aku tidak akan berteriak asal kau... Memberiku ciuman selamat datang!”
Sarah tak habis pikir dengan permintaan pria sialan itu. Mereka bahkan belum mengenal lebih baik dan pria itu saat ini malah meminta yang aneh-aneh.
“Kau gila. Aku mohon pergilah dan lepaskan aku, please.” Sarah mencoba melepaskan dirinya namun gagal ketika kedua tangan Luca begitu erat mencengkram pinggulnya.
“Turuti aku atau aku berteriak kepada polisi itu, Dokter.”
Sarah ingin menangis, dia tidak mungkin melakukannya— itu sama saja seperti berselingkuh di belakang Tobias, dia tidak mau. Kedua orang tadi saling beradu pandang dalam ekspresi yang berbeda.
Luca masih menunggu jawaban Sarah yang terlihat kebingungan. Tiba-tiba pergerakan dari arah ranjang terdengar saat Tobias memposisikan tubuhnya miring ke arah dua orang yang masih dalam posisi yang sama.
Kepanikan bertambah di dalam diri Sarah saat melihat Tobias mengarah ke arahnya.
“Aku mohon, aku mohon, aku mohon... Mengertilah...” kedua matanya mulai berkaca-kaca dan bibirnya gemetar. Luca masih tak peduli dan masih terlihat tenang saja.
Hingga wanita yang duduk di pangkuan nya mulai menunduk pasrah, “Okay! Hffuuu.... ” Sarah kembali menatap Luca seraya mengigit bibir bawahnya di dalam. “Akan aku lakukan, tapi... Kau harus berjanji akan pergi setelah itu.”
Luca hanya membalasnya dengan senyuman miringnya. Bukan karena bodoh Sarah memilih hal itu ketimbang berteriak meminta tolong Tobias. Selama 2 tahun menjalin hubungan dengan Tobias, dia sudah tahu bagaimana watak pria itu.
Jika Tobias melihatnya, maka semuanya akan kacau, Sarah ingin segera menikah dan membangun rumah tangganya sendiri tanpa gangguan. Dan Tobias adalah pria yang sudah tepat untuknya.
“Ayo lakukan, aku menunggumu!”
Dalam hati, Sarah benar-benar mengutuk pria di depannya saat ini. Sungguh, dia tak ingin berurusan dengannya. Kedua tangan Sarah mulai diletakkan ke kedua pundak Luca, sambil beradu pandang, Sarah langsung bergerak hendak mencium pipi Luca namun tanpa diduga.
Cup! Luca lebih cepat meremas rambut belakang Sarah dan langsung menepatkan bibir mereka agar saling bertemu. Pria itu menekan tengkuk leher Sarah, melumat bibirnya yang masih enggan membuka. Sarah mulai memukul dada bidang Luca, meminta untuk dilepaskan karena khawatir dengan keberadaan Tobias.
Seolah mengabaikan ronta Sarah, pria itu akhirnya melepaskannya setelah dia merasa puas. Plakk!! “Keterlaluan.” Tampar Sarah ke pipi Luca, lalu memaksa berdiri dengan amarah.
Tidak ada rasa sakit sedikitpun, malahan Luca tersenyum senang melihat kemarahan wanita yang dia incar dan menerima tamparan dengan senang hati.
“Kau sudah mendapatkan nya, sekarang pergilah dari rumahku.” Tegas Sarah menunjuk ke arah pintu keluar dengan napas ngos-ngosan.
Luca yang sudah berdiri, memasukkan kedua tangannya di saku celana.
“Jika aku tidak mau.”
Sungguh, pria itu membuat darah tinggi Sarah naik. Tak tahu lagi harus berbuat apa, Sarah benar-benar ingin lepas kendali dan mencabik-cabik nya. Namun kembali lagi ke Tobias, hingga ia akhirnya menarik napas dalam-dalam dan mencoba tenang.
“Aku mohon pergilah.... Tolong jangan menggangguku, kau pasti bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dariku, please!!” lirih Sarah benar-benar meminta kepada Luca agar cepat pergi. Namun pria itu masih saja berdiam diri dan terus memandangi nya tanpa henti.
Lenguhan mulai terdengar dari arah ranjang, Sarah berbalik dan melihat Tobias terduduk seraya membuka matanya perlahan layaknya seseorang yang benar-benar bangun dari tidurnya. “To-Tobias... Kau sudah.” Sarah menelan saliva nya, tubuhnya menegang ketika pria itu menatap ke arahnya.
“Kenapa kau berdiri?” tanya Tobias kepada Sarah. Wanita itu langsung menoleh ke belakang dan tidak lagi melihat keberadaan Luca.
Pria itu seperti hantu yang mudah sekali datang dan pergi.
“Apa yang kau cari?” tanya Tobias lagi. Sarah tersenyum peluh dan bingung namun juga bersyukur karena pria itu sudah pergi. Wanita itu menggeleng kecil lalu berjalan menuju ke Tobias dan memeluknya hingga mereka berciuman seperti sapaan selamat pagi.
Tobias yang masih duduk di pinggir ranjang sementara Sarah berdiri di depannya, memegang kedua bahu pria yang kini juga memegang pinggangnya. “Kau terlihat tegang Sarah!” entah ini perasaan Tobias saja atau memang wajah Sarah memperlihatkan nya begitu jelas.
“Mungkin efek bangun tidur!” elak wanita itu sebisa mungkin.
Derttt! Derttt!! Keduanya sama-sama menoleh ke arah meja, dimana ponsel Tobias berdering sekali lagi. Pria itu segera mengambilnya dan terkejut ketika mengetahui ada banyak pesan dan panggilan masuk yang tak terbalas.
[“Maaf aku ketiduran. Apa ada sesuatu?”] tanya Tobias nampak serius. Sarah masih berdiri di depannya dan selalu setia menunggunya.
[“Ada pembunuhan yang sama lagi Pak, kali ini korbannya adalah Andriano Benito. Dia meninggal di tempat ibadahnya. ”] Mendengar kabar seperti itu tentu saja Tobias langsung berdiri kaget. Tanpa banyak bicara lagi, Tobias langsung memakai kembali kaos serta jaketnya.
“Ada apa Tobias?” tanya Sarah nampak ikut kebingungan.
“Ada pembunuhan semalam, aku sangat ceroboh sekali. Maaf Sarah aku tidak bisa mengantarmu ke rumah sakit.” Sesalnya namun Sarah langsung menghentikannya.
“Apa yang kau bicarakan, kau harus pergi karena itu tugasmu. Aku baik-baik saja! Kau harus menangkap pelakunya.” Tegas Sarah seraya memegang kedua pipi Tobias dan memberinya sedikit semangat.
Pria itu tersenyum tipis, mengusap balik tangan Sarah yang berada di pipinya. “Go!” kata Sarah dengan senyumannya.