"Aku dibenci nggak mati, kamu gak suka aku juga nggak tutup usia, selagi rasa nggak suka dan bencimu tidak menutup pintu rezekiku, aku tidak perduli." celetuk Joanna Eden dengan tatapan santai seolah tanpa beban dosa.
Awal mulanya dia masuk kedalam dunia mafia hanya karena sebuah misi pertolongan dengan membantu kakaknya Jordan Eden yang berprofesi sebagai anggota Kepolisian untuk melakukan tipu daya agar bisa meringkus seorang Bos Mafia, tapi siapa sangka hal itu justru membuat Joanna terjerumus dalam gelombang asmara, lalu bagaimanakah kisah cinta Joanna? akankah dia bahagia atau nyawa yang akan jadi taruhannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iska w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15.Kiyowo?
Saat sudah hampir dipertengahan jalan, Anna mulai resah mengkhawatirkan nasip Abang dan rekan anggota polisi yang lainnya, selain itu dia juga tifak kungkin menyuruh anak buah Jay menantarkan dirinya pulang ke rumah, karena itu akan menjadi jejak bagi dirinya.
"Pak, aku harus pergi kesuatu tempat, jadi boleh turunkan aku dihalte depan sana saja?" Pinta Anna dengan wajah yang dia buat se natural mungkin.
"Maaf nona, saya tidak bisa melanggar perintah Bos kami." Pungkasnya dengan hanya melirik spion tengahnya saja, tanpa mau menoleh kearah belakang.
"Bukan melanggar, bapak sudah mengantar saya, hanya saja saya ingin pergi kesatu tempat lain."
"Kalau begitu saya antar saja sekalian."
"Tidak perlu pak, saya bisa pergi sendiri."
"Sekali lagi saya minta maaf nona, tolong jangan persulit hidup saya, karena saya masih sayang dengan nyawa dan pekerjaan saya."
Ada apa dengan pria ini?
"Dih, bapak ini lebay sekali, ini hanya masalah mengantar pulang saja, kenapa sampai bawa-bawa nyawa segala." Anna benar-benar heran, lagi pula tidak ada yang tahu dia diturunkan dimanapun itu, lagi pula Jay tidak ada disini.
"Karena memang itu resiko kerja saya nona." Sebelum mereka semua bekerja dibawah kekuasaan Jay, memang ada syarat-syarat tertentu yang harus mereka patuhi sebelumnya.
"Begini Pak, jika pekerjaan kita berbahaya atau keberadaan kita seolah tidak dihargai, jangan dipaksakan dong pak, ingat.. Ibu kita melahirkan kita kedunia ini juga taruhannya nyawa." Anna selalu berpikir bahwa hidup ini sangat berharga, kenapa nyawa harus jadi taruhan dalam hidup ini hanya karena harta semata.
"Tapi kalau nggak ada uang juga mau makan apa? Hidupku pun seolah tidak berarti bagi anak dan istri saya."
Iya juga, gaya hidup sekarang memang semua butuh harta, apalagi akhir tahun ini semua bahan pokok naik semua, jika pengganguran kasihan juga anak dan istrinya, apalagi jika hidup bertetangga dengan orang-orang yang nyinyir, terlihat susah sedikit saja, menghinanya sampai diujung komplek.
"Astaga, kalau begitu nanti aku akan bilang sama Mr.J saja, bahwa bapak sudah mengantarkan aku dengan selamat, okey."
"Tidak bisa nona." Ucap Pria separuh baya itu yang terus saja ngotot dengan keinginannya.
"Aku hanya pengen beli pembalut pak, stockku sudah habis, nanti kalau aku datang bulan nggak ada pembalut bapak mau tanggung jawab apa kalau darahnya tercecer dimana-mana?"
Datang bulan? PMS? Wah.. Ini akan sangat merepotkan sekali dan mengalah dengan seorang wanita adalah syarat utama demi kewarasan diri.
Cekit!
"Silahkan nona, didepan ada supermarket, saya akan menunggu anda disini, tolong kerjasamanya, atau keluarga saya akan menderita karena kehilangan saya." Diapun punya anak remaja, saat dia membayangkan betapa ngerinya kondisi emosial anaknya saat PMS, dia jadi berubah pikiran, karena nanti semua akan serba salah menurutnya, jadi dia memilih segera menepikan mobilnya saja.
"Yaelah, kenapa bapak takut sekali dengan Mr. J, dia itu wajahnya aja yang seperti kulkas dua pintu, tapi sebenarnya dia tidak semengerikan itu, malah kalau dilihat lebih lama, dia itu imut dan menggemaskan, bapak tahu artinya Kiyowo? Mr. J banget itu pokoknya." Dalam sejarah anak buah Jay, hanya Anna satu-satunya orang yang memuji Bosnya seperti itu.
Aku tidak perduli apa itu kiyowo dan sejenisnya, tapi yang pasti jika dia tahu aku membohongi dan mengkhianatinya, siksaan yang aku terima akan sangat kejam terasa.
"Eherm." Namun pria itu memilih berdehem saja, tanpa mau mengucapkan pembenaran menurut versinya.
"Pulanglah, nanti aku akan memberikan bintang lima dan ulasan terbaik mewakili anda untuk Bos kalian itu." Celoteh Anna yang akhirnya berhasil mengatasi satu rintangan untuknya.
Dia pikir aku sopir angkutan online apa?
"Tapi nona--"
"Aku mau me time pak, kalau anda masih menungguku, aku akan bilang sama Mr. J kalau bapak mencoba merayuku dan mengajak selingkuh denganku."
"Wah, ini lebih gawat, kalau begitu saya pamit nona, selamat berbelanja, permisi." Dan kembali tanpa diduga, pria itu langsung tunduk patuh dengan permintaan Anna.
Haha, boro-boro selingkuh, orang jadian aja belum kok, semoga nanti, eh.. Amit-amit jabang bayik, masak iya aku pacaran sama Bos Mafia, gimana mau masuk surga, ya kan?
Anna tidak menyangka jika ucapan dirinya, yang sebenarnya hanya asal bicara itu benar-benar membuat anak buah Jay itu ketakutan.
"Okey, hati-hati dijalan Pak."
Anna langsung berlari masuk kedalam supermarket untuk membeli pembalut, namun tujuan utamanya bukan itu sebenarnya.
"Mas, boleh pinjam ponselnya? Nanti uang kuotanya saya ganti." Ucap Anna sambil menyodorkan beberapa bungkus pembalut sesuai merk kesukaannya.
Kalau ponsel memang dia sengaja tidak membawanya, namun kalau uang cash, Jordan selalu menyelipkan beberapa lembar uang didalam tas yang sering dia pakai.
"Untuk apa mbak?"
"Ponsel saya ketinggalan dan saya ingin menghubungi Abang saya."
"Oh, ini pakai saja mbak nggak papa, asal telponnya disini." Dan kasir supermarket itu dengan senang hati meminjamkannya tanpa imbalan, asalkan Anna mempergunakannya ditempat tanpa membawanya pergi.
"Okey!"
"Hallo, siapa ini?" Sapa Jordan saat dirinya sedang mengawasi gerak-gerik rekannya dari layar monitor.
"Ini aku, Anna Bang!" Bisik Anna, dia tahu situasi ditempat Abangnya pasti sangat menegangkan saat ini.
"Anna, kamu dimana? Sabar ya Dek, Abang dan komandan akan segera menolongmu." Suara Jordan terdengar lesu, karena sepertinya kekhawatiran dirinya memang sangat berlebihan.
"Bubarkan pasukan kalian Bang, nanti Abang malah mengacaukan segalanya."
Jika tahu begini, Anna tidak akan mengajak Jay pergi dan memilih pulang kerumah saja, agar Abangnya tidak bertindak gegabah diluar rencana, namun semua terjadi begitu saja.
"Maksudnya? Apa kamu tidak ada didalam sana?" Jordan mulai menyesali tindakannya, karena sudah pasti wajahnya akan mudah diingat oleh para antek-antek dan anak buah Jay, karena yang memimpin operasi kali ini adalah Ghavin dan dirinya.
"Kita ketemu di Apartement mbak Cucun aja gimana?" Anna mengusulkan rumah sahabat karib Abangnya sejak jama SD dulu, karena tidak ada tempat lain yang mereka kenal dikota ini.
"Tidak bisa Dek, sekarang aku--"
Belum juga Jordan menyelesaikan ucapannya, namun ternyata Jay sudah tiba di Markas miliknya dengan suaranya yang sudah menggelegar bahkan smapai ditelinga Anna disebalik ponsel itu. Dan hal itu semakin memicu kekhawatiran Anna, sehingga dia bergegas pergi mencari Taksi untuk mendatangi Markas milik Jay, karena kebetulan jarak dari tempat itu cukup dekat dari sana.
"Hei, hei, hei? Ada apa ini? Apa ada sesuatu yang bisa saya bantu pak polisi?" Jay datang dengan langkah pelan tapi pasti, sambil menginjak putung rokok bekas miliknya dengan wajah yang sudah sulit digambarkan, namun yang pasti dia begitu kesal saat ini.
"Kami hanya sedang melakukan operasi gabungan rutin ketempat-tempat yang jarang terexpose saja, dan saya rasa sudah cukup, jadi kami permisi."
Saat Jordan sudah mengetahui kalau adiknya baik-baik saja, dia memilih akan pergi, tidak mau berurusan panjang dengan pria ini sebelum tiba masanya.
"Haha, kenapa harus terburu-buru? Apa tidak sebaiknya kita ngopi-ngopi dulu didalam?" Tapi sepertinya Jay tidak akan mudah melepas mereka begitu saja, walau mereka adalah anggota kepolisian sekalipun.
"Kami sedang bertugas, karena tidak ada hal yang kami cari disini, jadi kami harus pergi, permisi!" Ghavin pun berpemikiran yang sama, karena tidak ada gunanya juga berurusan dengan dia sebelum punya bukti yang jelas.
"Apa kalian pikir Markasku ini taman bermain? Setelah selesai bermain-main kalian bisa pulang sesuka hati, haha.. tidak semudah itu Bro?"
Sudah lama dia menjadi penghuni di Markas ini dan pihak keamanan manapun belum ada yang berhasil menangkap dirinya hanya karena dirinya menjabat sebagai Bos Mafia, karena dia selalu bermain bersih, bahkan Markas miliknya pun bersih, hanya seperti rumah pada umumnya, karena dia menyembunyikan semuanya disatu tempat yang aksesnya sangat sulit dijangkau orang luar.
To Be Continue...
semangat berkarya thor...
ditunggu karya selanjutnya
yaaaa aammpuunnnnn...
kocak abiz mereka itu...
btwxakhirnya up date...
mkasi byak ya aa kaakkkk
❤❤❤❤