NovelToon NovelToon
Senandung Hening Di Lembah Bintang

Senandung Hening Di Lembah Bintang

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Romansa Fantasi
Popularitas:321
Nilai: 5
Nama Author:

Berada di titik jenuh nya dalam pekerjaan Kania memutuskan resign dari pekerjaan dan menetap ke sebuah desa. Di mana di desa tersebut ada rumah peninggalan sang Kakek yang sudah lama Kania tinggalkan. Di desa tersebutlah Kania merasakan kedamaian dan ketenangan hati. Dan di desa itu jugalah, Kania bertemu dengan seorang, Bara.

11

Pagi hari di kedai kopi ‘’Senja Ranu’’ Bara telah menyiapkan segala sesuatunya. Ia menanti Kania. Ia mengharapkan Kania datang dengan membawa kegalauan atau mungkin kesedihan, tetapi ia menyiapkan diri untuk mendukung Kania apa pun pilihannya.

Kania tiba di kedai. Ia sudah berolahraga, tetapi kali ini, ia tidak terlihat lelah. Ia memancarkan energi yang tenang. Ia membawa cangkirnya, dan juga membawa sebuah laptop dan tablet digital.

Bara memberikan teh hangat. ‘’Pagi. Aku tahu kamu pasti butuh ini. Kamu baik baik saja, kan?”

‘’Aku baik baik saja, mas Bara. Terima kasih untuk bunga dan kopinya semalam.’’

Kania duduk, bukan untuk beristirahat, tetapi untuk bekerja. Ia meletakkan laptop dan tabletnya di atas meja.

‘’Mbak Laras benar. Aku tidak bisa mencampurkan liburan dengan hidupmu. Aku tidak bisa hanya menjadi seseorang yang datang ke sini untuk disembuhkan. Aku harus menjadi seseorang yang berkontribusi.’’

Kania memutar tablet-nya, menunjukkan layar itu pada Bara. ‘’Aku sudah memutuskan. Aku tidak akan kembali ke Jakarta, setidaknya untuk saat ini. Dan aku akan menciptakan pekerjaanku di sini. Aku akan menggunakan keahlianku yang paling aku benci dulu—design and branding.’’

Di layar tablet Kania terdapat rancangan yang menakjubkan. Sebuah logo sederhana dan elegan untuk Kedai Kopi ‘’Senja Ranu’’, yang menampilkan siluet pohon kopi dan barisan bukit di bawah bintang. Kemasan kopi yang profesional dengan cerita yang di tulis Kania tentang filosofi ‘’Kopi Jujur’’ Bara—tentang kesabaran, tanah, dan keheningan. Skema sederhana untuk memasarkan kopi mereka secara daring kepada pelanggan di kota, yang menghargai cerita dan ketenangan di balik setiap biji kopi.

Dengan penuh keyakinan Kania berkata. ‘’Kita tidak harus mengubah kedai ini, mas Bara. Kita hanya harus memperluas ceritanya. Kita akan jual ‘keheningan’ dan ‘kesabaran’ yang kamu tanam. Aku bisa membantu desain kemasan, mengurus pemasaran digital, dan bercerita. Itu adalah caraku menanam akar di sini. Dengan keahlian yang kumiliki.’’

Bara mendengarkan dengan seksama. Ia melihat bukan hanya desain yang indah, tetapi komitmen Kania—ia melepaskan masa lalu kota untuk masa depan yang tidak pasti di desa, demi dirinya.

Bara tidak langsung melihat ke arah tablet. Ia menatap Kania. ‘’Kania—kamu serius? Kamu meninggalkan semuanya di sana untuk ini?”

‘’Aku tidak meninggalkan apapun, mas Bara. Aku hanya memilih apa yang paling nyata. Aku memilih ketenangan. Dan aku memilih kamu.’’

Bara berjalan kearah Kania. Tanpa kata kata, ia meraih tablet itu, mematikannya, dan meletakkannya dengan lembut. Ia kemudian menggenggam kedua tangan Kania di atas meja kayu.

Dengan senyum terbaiknya Bara berkata. ‘’Aku tidak butuh desainnya. Kania. Aku hanya butuh kamu. Tapi kalau kamu mau menggunakan desain itu untuk membuat cerita kita didengar, aku akan selalu membantumu. Selamat datang di rumah, Kania.’’

Bara mencium tangan Kania. Ini adalah awal baru. Cerita mereka berlanjut, bukan di bawah tekanan romansa, tetapi di bawah semangat kerja sama dan komitmen.

Setelah Bara berkata ‘’Selamat datang di rumah, Kania’’ ia kembali ke area seduh, berbalik badan untuk menyembunyikan wajahnya yang merona. Kania duduk menatap tablet-nya dengan senyum lebar dan mata berkaca-kaca. Suasana dipenuhi kehangatan yang baru.

Tiba-tiba, pintu dapur belakang berderit terbuka. Ibu Wati dan Pak Jaya muncul. Mereka berdua telah berdiri dibalik pintu dapur yang sedikit terbuka.

Bara dan Kania sontak menoleh. Wajah Bara berubah panik—Kania juga langsung berdiri, wajahnya memerah karena gugup.

‘’Ibu! Bapak! Kapan kalian..’’ tanya Bara gugup.

Ibu Wati mengambil sapu tangan dari sakunya, mengusap matanya yang sedikit basah. ‘’Sejak Kania mulai membahas tentang logo dan lumpur.’’

Pak Jaya, yang dikenal pendiam dan tegas, adalah yang pertama berbicara. Suaranya serak, tetapi jelas menunjukkan kebanggaan. Menatap Kania, lalu ke Bara. ‘’Bara. Kau selalu bilang, ‘kopi yang jujur itu tidak butuh tambahan rasa, ia butuh kesabaran dan perawatan yang tulus’ Sekarang, Ibu dan Bapak sudah mendengar. Kami dengar kejujuran Kania, dan kami dengar ia mau tumbuh bersama apa yang kamu bangun.’’

Pak Jaya melangkah maju, mengulurkan tangannya ke Kania. ‘’Selamat datang di rumah, Nak. Kami senang kau memilih desa kami.’’

Kania meraih tangan Pak Jaya, air matanya tumpah karena kelegaan dan rasa haru. Penerimaan dari Pak Jaya adalah restu yang paling berharga.

Ibu Wati segera menghampiri Kania, memeluknya erat. ‘’Ibu senang kau memilih untuk berjuang di sini, bersama Bara. Kau sudah lihat, di sini kita tidak hanya menanam kopi, kita juga membuat keluarga.’’

Ibu Wati menatap Bara. ‘’Kau sudah dapat biji kopi terbaik, Bara. Jaga baik baik. Ibu sudah lapar, mari kita makan bersama!’’

Bara mendekat, memeluk Kania diantara kedua orang tuanya. Keempatnya berdiri di tengah kedai kopi ‘’Senja Ranu’’, dikelilingi oleh aroma tanah dan kopi.

Kemudian Laras kebetulan yang akan melewati kedai, melihat tepat saat Ibu Wati dan Pak Jaya melangkah menuju dapur ‘’Senja Ranu’’. Laras berdiri di luar, dekat dengan jendela yang terbuka sedikit. Ia terkejut dan terhenti di tempatnya. Ia melihat dan mendengar semuanya : pengakuan Bara, desain Kania, dan yang paling utama, pelukan tulus dari seluruh keluarga.

Laras melihat mata Bara penuh kelegaan dan cinta. Ia melihat Kania menangis karena haru. Dan ia melihat Pak Jaya, yang biasanya tidak berekspresi, mengangguk dan tersenyum—sebuah restu yang tidak pernah ia duga akan disaksikan secepat ini.

Laras mengambil langkah mundur perlahan. Ia berbalik dan berjalan menjauh, meninggalkan kebahagiaan itu di belakangnya.

Laras duduk di bangku kayu di bawah pohon besar di pinggir desa. Ia membiarkan air mata yang ia tahan sejak pagi mengalir pelan. Laras tidak menangis kencang, hanya air mata sedih karena harus melepaskan harapan.

‘’Dia bukan untukku. Tapi melihatnya bahagia dengan orang lain…itu sakit. Sakit karena aku tahu, aku tidak bisa memberinya keheningan yang ia temukan pada Kania.’’

Radit berjalan pulang dari pekerjaannya, ia melihat Laras yang sedang termenung. ‘’Laras? Hei, kenapa di sini? Aku kira kau sedang menyiapkan jadwal ujian. Kau…kau habis nangis?”

Dengan cepat Laras mengusap wajahnya. ‘’Tidak, dit. Mataku hanya kemasukan debu.’’

Radit duduk disebelahnya. ‘’Debu dari mana? Aku tahu, Laras. Kau tadi melihatnya, kan?”

Radit tidak perlu mendengarkan cerita lengkap; ia sudah melihat Bara dan Laras tumbuh bersama. Ia tahu apa yang Laras rasakan.

‘’Kamu melihat Bara, Kania, Ibu Wati, dan Pak Jaya, kan? Aku tahu. Aku juga melihatnya.’’

Air mata Laras kembali mengalir. ‘’Dia terlihat bahagia, Dit. Aku takut Kania hanya singgah, dan Bara akan…’’

Radit memegang tangan Laras. ‘’Cukup, Laras.’’

Radit tahu Laras adalah wanita yang kuat dan pantas mendapatkan yang terbaik. ‘’Dengar aku, Laras. Bara memilih apa yang dia butuhkan, yaitu perubahan dan semangat baru. Kamu dan Bara masih tetap sahabat, dan itu tidak akan pernah putus. Cepat atau lambat, kau akan menemukan seseorang yang tidak takut dengan kecerdasanmu, tapi mencintaimu seutuhnya.’’

Laras mengangguk. Ia menghapus air matanya dan tersenyum tipis. ‘’Terima kasih, Radit.’’

Radit tersenyum lebar. ‘’Sudah, sana pulang. Dan jangan khawatir. Kalau aku menemukan laki laki yang bagus dan pantas mendapatkanmu, aku akan bawa dia ke sekolahmu.’’

Laras tertawa kecil. Ia berdiri, merasa lebih ringan. Persahabatannya dengan Radit yang ia butuhkan, kini Laras mencoba melanjutkan hidupnya sendiri.

Laras tiba di rumah. Ia adalah wanita yang teratur, dan rumahnya mencerminkan itu; segala sesuatu di tempatnya, bersih, dan damai. Namun, keheningan rumahnya terasa berbeda hari ini—terasa kosong dan dingin. Ini bukan keheningan damai yang ia cintai, tetapi keheningan yang seolah-olah menunggu sesuatu yang tidak akan pernah datang.

Laras meletakkan tasnya di meja, mengambil bingkai foto lama yang berisi fotonya bersama Bara saat mereka remaja, tersenyum lebar di depan gerbang sekolah. ‘’Kenapa? Kenapa bukan aku? Kami tumbuh bersama. Kami berbagi matahari terbit yang sama. Aku mengerti setiap diamnya, setiap helaan napasnya, setiap keputusan bisnisnya.’’

Kecemburuan Laras bukanlah pada Kania sebagai saingan, tetapi pada fakta bahwa Bara memilih Kania karena Kania ‘membutuhkan’ Bara.

Aku selalu datang ke Bara dengan membawa rencana, membawa solusi, membawa komitmen yang siap. Aku selalu kuat, mandiri, dan setara. Sementara Kania, dia datang dengan membawa kerapuhan, membawa kelelahan, dan Bara…Bara memilih untuk menjadi penyembuh.

Laras menyadari bahwa selama ini ia telah menjadi kekuatan Bara, bukan tempat berlindung-nya. Bara tidak membutuhkan kekuatannya, Bara membutuhkan seseorang yang memberinya izin untuk berhenti sejenak dan menjaga.

Laras menyusuri wajahnya di cermin. Ia adalah guru yang di hormati, wanita yang didambakan, dan masa depan yang cerah. Laras berpikir. ‘’Aku adalah pilihan yang masuk akal, pilihan yang akan membuat Bara maju tanpa hambatan. Kania adalah petualangan yang beresiko, tantangan yang mengganggu rutinitas. Tapi kenapa Bara memilih resiko itu?’’

Laras merasakan kepedihan karena cintanya tidak cukup kuat untuk bersaing dengan kebutuhan emosional Bara yang baru.

Akhirnya Laras meletakkan album foto itu kembali pada tempatnya. Ia tidak menghancurkannya, hanya menyimpannya sebagai kenangan. Laras menyalakan lampu di ruang tamu, memberikan cahaya pada rumahnya yang sunyi.

1
Yuri/Yuriko
Aku merasa terseret ke dalam cerita ini, tak bisa berhenti membaca.
My little Kibo: Terima kasih kak sudah menikmati cerita ini 🙏
total 1 replies
Starling04
Membuatku terhanyut.
My little Kibo: Terima kasih kak 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!