Cerita ini sepenuhnya adalah fiksi ilmiah berdasarkan serial anime dan game Azur Lane dengan sedikit taburan sejarah sesuai yang kita semua ketahui.
Semua yang terkandung didalam cerita ini sepenuhnya hasil karya imajinasi saya pribadi. Jadi, selamat menikmati dunia imajinasi saya😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirpitz von Eugene, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Sudah bukan menjadi rahasia umum bahwa ketika dua armada yang bersekutu bertemu dalam suatu operasi, keduanya akan mengadakan pelayaran bersama dalam satu formasi besar. Begitupula yang terjadi setelah pertempuran laut koral kali ini.
Seluruh kapal dari dua armada itu saling melakukan kontak visual, bahkan beberapa gadis dari Emerald Equatoria sengaja mendekati konvoi armada Eagle Union. Reuni antara gadis-gadis dengan kelas kapal mereka sebelum berpindah menjadi anggota faksi Emerald Equatoria pun terjadi.
Gadis-gadis kapal perusak dari kelas Radja dengan bahagianya bertemu dengan kakak yang lebih tua mereka, yakni USS Fletcher dan yang lainnya. Mereka saling berpelukan dan melepas rindu meskipun mereka masih dalam mode tempur nya, sesekali canda tawa diantara mereka terdengar, membuat suasana reuni itu menjadi lebih hangat dari sinar matahari pagi.
"Sepertinya kakak-kakak ku tidak ikut dalam pertempuran," eluh Buleleng menatap reuni antara gadis-gadis. Dia adalah kapal tempur dari kelas kerajaan tiga, sebelumnya ia adalah kapal terakhir yang dibangun dalam kelas Colorado, namun akhirnya faksi Emerald Equatoria membelinya untuk menjadi kapal tempur faksi ini.
"Apa kamu serius?" tanya seorang gadis yang sedang berdiri di belakangnya.
Buleleng menoleh dan terkejut ketika ia mendapati ketiga kakaknya berdiri tepat di belakangnya. "Nee-san!!!" seru gadis itu lalu memeluk Colorado, air matanya tak kuasa terbendung lagi dan segera membanjiri pipinya.
"Hiks, ku kira onee-san tidak akan ikut," ujarnya sambil menyeka airmata nya, "shikikan-san mengabari ku bahwa onee-san sedang dalam perbaikan setelah mati-matian mempertahankan pesisir Seattle."
West Virginia dan Maryland segera membentangkan kedua tangan mereka dan memeluk kakak serta adik bungsunya.
"Ah berita dari Eugene-san bukanlah berita bohong semata," jelas Colorado, "tapi aku sangat beruntung para mekanik bekerja begitu tangkas dan cepat dalam melakukan perbaikan."
...****************...
"Apa yang sebetulnya terjadi?" tanya Tirpitz lalu menyalakan sebatang rokok, "bukankah hanya kalian yang ku bangkitkan?"
Singosari nampak kebingungan dengan apa yang terjadi di depan matanya. Ia tak menyangka bahwa kapal-kapal faksi lain juga terkena dampak dari penghidupan kembali yang dilakukan oleh Tirpitz.
"Sepertinya ada hal yang belum ku ketahui dari kubus pengetahuan," jawabnya kikuk, "aku hanya tahu bahwa kubus pengetahuan hanya akan membangkitkan kapal yang di kehendaki."
Sang laksamana yang tak tahu apa-apa, hanya bisa menyimak obrolan mereka berdua sambil berdiri terpaku memegangi pagar bagian luar anjungan.
"Sepertinya aku harus bertanya kepada doktor Jansen mengenai hal ini."
"Doktor Jansen?" tanya Singosari makin kebingungan.
"Ya, dia adalah ilmuwan yang memberitahukan bahwa kubus itu memiliki kekuatan yang luar biasa, bahkan sanggup mengalahkan kekuatan alam semesta."
"Mungkin maksudmu orang tua berkacamata yang pernah mampir ke rumah itu?"
"Tepat!" sambung Farel yang entah sejak kapan sudah berada di samping Singosari.
"Dia lah yang memberi tahuku apa itu kubus pengetahuan dan Seiren. Berkat penelitian yang ia lakukan selama beberapa tahun, ia berhasil memecahkan problem yang ada."
Sejurus kemudian Pasopati muncul dari bawah air, tepat beberapa meter di samping lambung kapal Madjapahit. Ia memanggil -manggil Tirpitz dan mengabari bahwa salah satu Seiren yang tertinggal berhasil di tawan oleh skuadron nya.
"Bawa dia naik," seru Tirpitz sambil melemparkan sebuah bola coklat yang terbungkus kertas dari atas anjungan.
Tak butuh waktu lama gadis itu sudah kembali bersama seorang anak perempuan berambut putih dan berkulit pucat. Keduanya segera naik ke atas geladak sisi kiri kapal Madjapahit.
Seiren yang saat ini sedang berdiri di hadapannya terlihat seperti anak kecil, kemungkinan umurnya baru sepantaran anak sebelas tahun. Tapi tentu saja umur sebenarnya gadis itu lebih tua dari itu, bahkan mungkin lebih tua dari laksamana sendiri.
Gadis itu memiliki kulit pucat seperti rambut serta alis dan bulu matanya, bahkan bibirnya saja sepucat bibir mayat! Pupil matanya yang berwarna biru safir memberikan kesan angker bagi setiap orang yang melihatnya. Pakaian yang dikenakan oleh gadis itu berupa sebuah terusan gaun putih tanpa lengan, dengan hiasan berupa tiruan bunga mawar putih yang tersemat di atas kantong di dada kirinya. Tatapan gadis itu terlihat penuh ketakutan dan trauma, seolah ia sangat ketakutan melihat wajah Tirpitz yang penuh bekas luka.
"Gadis itu boleh juga," bisik Farel di telinga Tirpitz.
Tirpitz segera menoleh menatap wajah Farel lalu mengirimkan sebuah jurus andalannya. Secepat kilat ia menusuk mata kiri Farel dengan telunjuknya, membuat pemuda itu kesakitan.
"Sialan, sakit bego!"
"Lain kali jaga tingkah laku mu di hadapan anak kecil," ujar Tirpitz dingin, "bisa saja aku melaporkan ucapanmu ke polisi militer, dan menyeretmu ke pengadilan militer atas dasar pencabulan anak di bawah umur."
Takumi tak mau kalah, ia segera mencubit pinggul kanan Farel dengan cubitan kecil namun sangat menyakitkan hingga Farel menjerit keras.
"Itulah yang kamu dapatkan jika berani mengusik kaum wanita!"
...****************...
Tirpitz dan yang lainnya sudah berada di anjungan. Gadis Seiren yang tadi dibawa oleh Pasopati di biarkan duduk di kursi yang sebelumnya di gunakan laksamana, sedang Pasopati sendiri kembali ke kapalnya.
Gadis itu menatap orang-orang di sekelilingnya dengan tatapan takut. Sepertinya di mata gadis itu, Tirpitz dan yang lainnya adalah orang cabul yang suka memangsa anak kecil sepertinya. Tirpitz mendekat lalu berlutut di depan gadis itu, yang seketika membuat gadis itu reflek merapatkan kedua kakinya sambil menarik gaun nya ke bawah.
"Tenanglah," ujar Tirpitz setengah berbisik, "aku bukan orang jahat."
Singosari membisiki telinga Tirpitz. Ia memberitahukan bahwa mental gadis itu terlalu buruk sehingga rasa takutnya bisa membuatnya memberontak kapan saja.
Mendengar hal itu membuat Tirpitz sadar akan situasinya. Dengan cepat tangannya merogoh kantong kemejanya laku mengeluarkan dua bola coklat dan meletakkannya di atas tangan kanannya.
"Hei, lihatlah," ujarnya sambil menyodorkan kedua bola coklat itu, "ini adalah manisan kesukaanku. Sangat membantu mengurangi rasa stress saat kau memakannya."
Dengan cepat tangan yang satunya membuka salah satu kertas pembungkus lalu memperlihatkan gumpalan lembek berwarna coklat gelap itu. Ia memasukkan bola coklat itu ke mulutnya lalu menunjukkan ekspresi bahagia.
Gadis itu terus menatapnya lalu dengan takut-takut ia meraih bola coklat yang tersisa. Di bukanya kertas pembungkus bola coklat itu seperti yang Tirpitz lakukan, lalu di masukannya gumpalan lembek di balik kertas ke dalam mulutnya. Tatapannya yang semula takut seketika berubah menjadi sedikit ceria, lebih baik dari sebelumnya.
"Tingkat stress nya menurun signifikan, shikikan-san," bisik Singosari.
"Tenang saja, kami akan menjagamu selagi kau tidak melakukan hal-hal yang membahayakan."