Cerita tentang gadis desa bernama Juliet Harvey yang harus berjuang untuk mengatasi masalah keluarga sang nenek yang hampir bangkrut.
Namun siapa sangka, niatnya untuk meminta bantuan kepada sang ayah yang sudah lama tidak bertemu malah membuatnya ikut terseret masalah dengan CEO tampan penuh dengan masalah, Owen Walter.
Bagaimana kisah Juliet dan Owen? Apa Juliet bisa mengatasi masalah keluarga neneknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khintannia Viny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MPC BAB 5
Owen memijat pelipisnya setelah mendengar ocehan sang adik, entah berapa kali dia mendapatkan bujukan untuk rujuk dengan Rebecca, kepada Owen sampai pusing mendengar nama mantan istrinya itu.
Owen pun memutuskan untuk pergi ke balkon saat melihat teman-temannya sedang asik berbincang sambil meminum wine.
“Hai Owen!” sapa Blake, salah satu teman Owen saat melihat kedatangannya.
“Hai Blake.” Balas Owen dengan malas.
“Ada apa dengan wajahmu yang lesu itu Owen?” tanya Mike yang melihat wajah temannya yang kesal.
“Aku kesal, sejak tadi aku tidak luput dari bujukan orang-orang yang menyuruhku untuk rujuk dengan Rebecca, arrgghh..” ucap Owen frustasi.
“Tentu saja mereka membujukmu, kalian berdua adalah pasangan yang fenomenal, bahkan sampai saat ini aku juga bingung bagaimana bisa kamu mencampakkan Rebecca yang sempurna itu.” Balas Mike.
“Sempurna palamu!” gumam Owen yang tidak terdengar oleh temannya.
Owen mengendus malas lalu dia melirik satu temannya yang lain sedang duduk dengan wajah lesu.
“Terus, dia kenapa?” tanya Owen sambil menunjuk ke arah Mike, temannya.
“Ah, ada beberapa pengusaha yang tertipu investasi bodong, dia adalah salah satunya.” Balas Blake.
“Investasi bodong?” tanya Owen.
“Yah, investasi yang waktu itu aku mintai pendapat, dan kau sama sekali tidak tertarik dengan investasi itu membuat aku kesal.” Jelas Blake.
“Ohh investasi yang itu.” Gumam Owen sambil menganggukkan kepalanya.
“Yah, walaupun waktu itu aku kesal sekali padamu, tapi sekarang aku berterimakasih padamu karena kamu aku jadi tidak termasuk ke jajaran pengusaha yang tertipu hahaha.” Blake dengan bangganya.
“Tidak perlu berterimakasih, karena itu juga adalah bakatmu... bakat memaksa!” ketus Owen.
“Hahaha, aku anggap itu adalah pujian untukku Owen.” Balas Blake.
“Kau benar-benar pintar dalam mengatur uangmu, apa kamu tidak muak dengan uangmu itu?” tanya Blake.
“Justru aku harus mengumpulkan uang lebih banyak lagi, karena aku sudah bukan pewaris kekayaan keluargaku lagi bukan?” balas Owen sambil tersenyum miring.
“Yah kau benar juga sih, itulah kenapa kau harus kembali kepada Rebecca agar nenekmu mengembalikkan hak waris mu.” Ucap Blake tanpa sadar kalau Owen sangat tidak menyukai ucapannya itu.
“Hentikan! Kalian berdua ini sangat tidak peka ya!” ucap Mike yang akhirnya buka suara.
“Korbannya bukan hanya aku, ada banyak pejabat dan pengusaha yang menjadi korban! Gimana pun caranya, kamu harus menangkap penipu itu Owen!” ucap Mike.
“Kenapa harus aku?” tanya Owen.
“Karena kau memiliki banyak koneksi dan kau selalu hebat dalam menangkap penjahat.” Jawab Mike.
“Ah iya, pejabat yang bernama Tomi Harvey juga ikut berinvestasi, bahkan dia hampir saja kehilangan seluruh hartanya sampai katanya dia berniat untuk bvnuh diri.” Sahut Blake.
“Hah! Ternyata ada juga ya pejabat yang bodoh seperti itu.” Gumam Owen sambil meneguk wine yang ada di tangannya.
Owen yang sedang melamun seketika mengingat wanita yang dia temui di stasiun tadi siang, wanita yang terlihat norak karena berpakaian tertutup dengan motif bunga di pakaiannya, rambut yang di kuncir dua membuat penampilannya benar-benar udik.
***
Di sisi lain, setelah berjalan berjam-jam, akhirnya Juliet berhasil menemukan alamat rumah sang ayah.
“Akhirnya aku berada di depan rumah ayah, tidak apa-apa, aku pasti bisa, ini kan rumah ayah.” Ucap Juliet meyakinkan dirinya sendiri.
Juliet berjalan mendekat ke arah gerbang rumah tersebut dan langsung di sambut oleh satpam yang menjaga rumah itu.
“Ada yang bisa saya bantu nona?” tanya satpam itu sambil menatap penampilan Juliet dari atas sampai bawah tanpa terlewat sedikitpun.
“Anu,, apa benar ini adalah rumah Tomi Harvey?” tanya Juliet.
“Nona siapa ya? Bagaimana bisa nona mengenal tuan rumah ini?” tanya satpam tersebut.
“Saya adalah putri Tomi Harvey.” Ucapnya.
“Apa!? Tidak, mana bisa! Tuan Harvey hanya memiliki seorang putra saja!” ucap satpam tersebut.
“Tapi memang benar, aku adalah putri Tomi Harvey, kamu bisa menanyakan kepadanya langsung.” Ucap Juliet dengan yakin.
Mendengar hal itu membuat satpam tersebut mempersilahkan Juliet masuk lebih dulu, lalu segera menghubungi pelayan rumah.
Pelayan yang mendapat kabar akan datangnya putri tuan Harvey membuatnya terkejut dan segera memberitahu sang majikan.
“Tuan, ada putri anda yang datang berkunjung.” Ucap pelayan tersebut.
“Putriku?” gumam Tomi sambil melangkah cepat menuju pintu utama.
“Omong kosong apa ini? Sejak kapan aku memiliki seorang putri? Penipu mana yang berani mengaku-ngaku seperti itu!” batin Tomi di sepanjang langkahnya.
Deg! Tomi berhenti seketika dia melihat siapa yang ada di depan pintu rumahnya saat ini, Juliet Harvey, anak yang sudah lama sekali dia tinggalkan.
“Ayah..” panggil Juliet sambil tersenyum manis.
“J-Julie?” ucap Tomi yang terkejut.
“Ayah, tolong lindungi rumah keluarga nenek yah.” Ucap Juliet dengan wajah memelas.
Barbara, istri kedua Tomi juga terkejut dengan kedatangan Juliet, dia tidak menyangka Juliet akan datang kemari untuk meminta bantuan suaminya, tentu saja Barbara tidak menyukai kedatangan Juliet saat itu.
“Sudahlah, ini sudah malam, masuk dan istirahatlah dulu Julie, besok kita akan bicara lagi.” Ucap Tomi.
“Tolong urus kamar untuknya.” Ucap Tomi kepada pelayan yang membukakan pintu.
“Baik tuan.” Balas pelayan itu.
Tomi pun langsung berjalan masuk ke dalam rumah meninggalkan Julie dan juga istrinya yang masih bingung dengan situasi itu.
Tidak lama kemudian, Barbara tersadar akan kebingungannya dan langsung menyusul sang suami.
Paginya..
“Lalu, apa yang akan kau lakukan dengan anak itu Tomi?!” ucap Barbara saat keduanya sedang berada di ruang keluarga.
“Jangan khawatir, aku akan segera menyuruhnya untuk pulang.” Ucap Tomi.
“Kau pikir dia akan pulang semudah itu? Dia sudah datang tengah malam dan meminta sesuatu yang tidak masuk akal!”
“Keluarga kita sedang di ambang kebangkrutan saat ini, kalau kau mau membantunya, beri saja dia uang agar kita bangkrut lebih cepat!” ucap Barbara.
“Kau tidak perlu khawatir seperti itu, aku akan segera mengirimnya ke rumah neneknya di desa.” Balas Tomi yang langsung berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju kamar Juliet di ikuti oleh Barbara.
Tomi benar-benar pusing dengan kondisi saat ini, dia tidak percaya Juliet datang untuk meminta uang setelah sekian lama tidak ada kabar sama sekali.
Brak!! Tomi membuka pintu kamar Juliet dengan keras lalu berteriak memanggil namanya.
“Julie!” teriak Tomi.
Juliet yang mendengar namanya di panggil langsung menoleh sambil tersenyum.
“Selamat pagi ayah.” Ucap Juliet dengan suara yang lembut.
Tomi terpaku melihat kecantikan Juliet, tubuh yang ramping dan wajah yang cantik mirip seperti ibunya, apa lagi kalau di dandani dia pasti akan semakin cantik, bahkan Juliet tidak akan kalah jika di bandingkan dengan Rebecca yang di gadang-gadang menjadi wanita sempurna itu.
Seketika Tomi merasa memiliki ide yang cemerlang saat itu dan langsung menyuruh sang istri untuk keluar.
“Julie, kamu harus sarapan lebih dulu, setelah sarapan baru kita akan bicara lagi.” Ucap Tomi dengan lembut lalu dia segera keluar dari kamar Juliet sambil menarik paksa sang istri.