Li Fengran tidak pernah menyangka jika setelah mati, dirinya akan pergi ke dunia lain dan menjadi peserta kompetisi pemilihan ratu. Untuk melarikan diri, dia mencoba yang terbaik untuk gagal, namun perbuatannya justru menarik perhatian Raja dan Ratu Donghao dan membuatnya terlempar ke sisi Raja Donghao.
Hidup sebagai pendamping di sisi Raja, Li Fengran berhadapan dengan tiga siluman rubah yang terus mengganggunya dan menghadapi konflik istana serta Empat Wilayah.
Akankah Li Fengran mampu bertahan di istana dan membuang niatnya untuk melarikan diri? Akankah ia mengabaikan kasih sayang Raja dan memilih mengamankan dirinya sendiri?
*Cover by Pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhuzhu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCQ 15: Permintaan Ratu
Wajah Ling Sui tampak pucat. Bibirnya yang sedikit tipis berwarna hampir kehitaman. Meskipun sudah memakai pewarna bibir, tapi warna aslinya tidak dapat disamarkan dengan sempurna.
Dia mengenakan sebuah mantel bulu rubah berwarna putih. Mahkota di kepalanya tampak indah, tapi itu sangat kontras dengan rona wajahnya saat ini.
Ling Sui tampak lebih sakit dari sebelumnya.
“Yang Mulia, kamu…”
Saat matanya melihat Li Fengran, dia tersenyum. “Kemarilah.”
Ling Sui mengisyaratkan agar Li Fengran duduk di sampingnya. Meskipun ragu, Li Fengran berjalan mendekat.
Ada banyak pertanyaan berkumpul di dalam otaknya. Penampilan Ling Sui, Ratu Donghao saat ini, tampak sangat mengkhawatirkan.
Sebelumnya Li Fengran tidak pernah memperhatikan penampilannya dengan baik, sehingga ia sangat terkejut saat melihatnya kembali. Ling Sui jauh lebih sakit dari yang ia kira.
“Yang Mulia, kamu sudah tahu aku akan datang?” tanya Li Fengran. Ling Sui hanya tersenyum.
“Raja memintaku membawa dokumen ini kepadamu. Tapi, aku dihadang oleh para penjaga hingga menunda waktu.”
“Chu Ming, ambilkan segelku,” ucap Ling Sui. Chu Ming mengangguk dan mengambil segel giok Ratu Donghao, kemudian membubuhkan capnya di atas dokumen yang dibawa Li Fengran.
“Mereka mempersulitmu, ya? Aku akan memberimu keadilan untuk kejadian hari ini,” ujar Ling Sui usai dokumennya diserahkan kepada Li Fengran.
“Yang Mulia, yang harus diberikan pelajaran adalah orang yang menyuap mereka,” ucap Li Fengran.
“Mereka hanya selir. Hanya karena iri, mereka bahkan berani menghalangi penyampaian perintah Raja.”
Tapi, lagi-lagi Ling Sui hanya tersenyum seolah-olah kejadian hari ini adalah hal yang sangat biasa. Li Fengran dapat mengerti, tetapi jika mereka terus dibiarkan, maka akan terjadi yang kedua, ketiga, dan seterusnya.
Ling Sui tampaknya tidak berniat melakukan apapun atau menghukum mereka, dan itu membuat Li Fengran menyadari mengapa posisinya melemah setelah sekian tahun.
Hati Ling Sui mungkin terlalu lembut sampai tidak tega menghukum selir-selir baru suaminya. Namun, berbeda dengan Li Fengran.
Dia bukan selir, dia bukan anggota harem. Dia mendapat mandat langsung dari Raja, dan dia berhak melakukan sesuatu jika seseorang menyinggungnya dengan cara yang tidak masuk akal.
“Jika Yang Mulia tidak ingin menghukumnya, maka biarkan aku yang melakukannya. Raja mungkin tidak akan mempedulikan mereka, tapi aku tidak pernah membiarkan orang yang menyinggungku dibiarkan begitu saja.”
“Nona Li, kamu adalah orang yang sangat jujur dan terbuka. Kamu juga sangat terus terang. Aku senang ada orang sepertimu di samping Yang Mulia Raja,” ucap Ling Sui.
Meskipun baru bertemu beberapa kali dan belum akrab, Li Fengran merasa bahwa Ling Sui tidak jahat. Hatinya lapang, ia bisa menoleransi banyak hal dalam hidupnya.
Sejak pertama kali berjumpa dengannya di Aula Linglong, selalu ada ketertarikan yang mengikat Li Fengran padanya. Li Fengran berpura-pura tidak peduli, tapi sebetulnya ia sangat penasaran dengan sosok Ling Sui ini.
Cerita di dalam komik mengatakan segala sesuatu tentang Ratu Donghao adalah hal baik. Tapi sebetulnya, sosok aslinya sangat menyedihkan.
Sepanjang hidupnya hanya bisa menatap orang di sisinya tanpa bisa menggapainya dan menggengamnya lebih erat. Ia masih harus merelakannya ke pelukan wanita lain dan melepaskan perasaannya sebagai seorang wanita, bersikap sebagai seorang Ratu yang bijak di penghujung hidupnya yang singkat.
Li Fengran benar-benar tidak mengerti akan jalan pikiran wanita ini dan cara dunia memandangnya. Ia pikir tidak ada wanita yang benar-benar memiliki hati selapang itu. Ling Sui bahkan mencarikan sendiri calon penggantinya, walau dirinya jelas masih hidup.
“Jika peraturannya tidak diubah, dua wanita itu tidak akan menjadi rubah betina pengganggu. Aku juga tidak akan terjebak di sini,” ujar Li Fengran.
Ling Sui tertawa kecil. Sudah ia duga, gadis dari Dongchuan memang berbeda. Sejak awal, ia tahu akan terjadi perubahan besar di Donghao setelah ia melihat cara Nangong Zirui memandang Li Fengran saat pertama kali bertemu di hari kompetisi.
“Nona Li, kamu tidak ingin menetap di istana?” tanya Ling Sui.
“Seperti yang Yang Mulia tahu, aku hanyalah putri angkat Tuan Besar Dongchuan yang diutus kemari. Awalnya aku pikir bisa pulang, tapi tiba-tiba saja peraturannya berubah,” jawab Li Fengran. Nada bicaranya mulai terdengar santai dan akrab.
“Kamu tidak ingin menjadi Ratu?” Ling Sui bertanya lagi. “Semua wanita menginginkannya. Di ibukota ini, ribuan gadis bangsawan menimbun mimpi mereka dan melakukan usaha terbaik untuk masuk ke istana. Itu belum termasuk gadis-gadis di empat prefektur lainnya.”
Li Fengran menatap Ling Sui dalam-dalam, mencari arti kesungguhan kata-kata yang keluar dari mulut kecil itu.
“Tapi, kemakmuran dan kemuliaan itu, bukankah terasa sangat dingin?”
Ling Sui tertegun beberapa saat. Tangannya yang tengah memegang cangkir teh tergantung di udara. Benar, kemakmuran dan kemuliaan yang didambakan para wanita itu, memang terasa sangat dingin dan menusuk.
Walau Nangong Zirui tidak membencinya, namun sejak menikah, interaksi mereka tak lebih dari teman biasa. Kursi Ratu Donghao yang didudukinya saat ini, seperti sebuah bongkahan es yang perlahan membekukan seluruh tubuhnya.
“Ah, maaf, Yang Mulia. Aku bukan orang yang pandai menjaga kata-kataku. Karena peraturannya sudah berubah, aku tidak mungkin terus menerus melawan. Yang Mulia, aku akan membawa dokumen ini kembali kepada Raja,” ucap Li Fengran setelah ia tahu situasi menjadi canggung. Ia meyusupkan dokumen tersebut ke dalam jubah bajunya dan bersiap untuk pergi.
"Aku yang memintanya untuk mengangkat mereka sebagai selir," nada suara Ling Sui begitu rendah, tapi masih dapat didengar olehnya.
Li Fengran terkejut dan seketika mengurungkan niatnya untuk pergi. Ketidakmengertiannya terhadap cara kerja dunia ini membuatnya seperti orang bodoh.
Ia yang sejak awal tidak memahami apapun, semakin tidak mengerti. Orang-orang di sini sangat sulit dipahami, dan Li Fengran sama sekali tidak memahami Ling Sui.
"Hubungan empat wilayah sedang merenggang. Jika bisa menyatukan mereka melalui pernikahan, Raja bisa menanganinya dengan mudah."
Ling Sui menatap sebentar pada Li Fengran yang belum memahami perkataannya, kemudian tersenyum. "Jika ada ikatan yang bisa disatukan, segalanya mungkin bisa lebih mudah."
"Pernikahan aliansi?" tanya Li Fengran.
"Ya."
"Kompetisi pemilihan ratu, hanyalah sebuah cara?"
Ling Sui tersenyum tanpa menjawab.
Lagi-lagi pernikahan politik! Li Fengran paling membenci seseorang yang menggunakan pernikahan sebagai alat untuk mengeruk keuntungan.
Pernikahan ini bisa menghancurkan hidup seseorang. Inilah yang paling tidak diinginkan olehnya: pernikahan kerajaan atau pernikahan perusahaan di masa depan!
"Tidak mudah bagi Raja untuk duduk di takhtanya sampai sekarang. Sebelum dia naik takhta, adik-adik dan saudaranya memandang singgasana dengan tatapan lapar. Ketika akhirnya takhta itu menjadi miliknya, empat wilayah mulai menunjukkan pemberontakan. Nona Li, kamu tidak boleh menyalahkannya."
Li Fengran mengira, hidup Nangong Zirui begitu mudah. Siapa sangka, sendok emas yang dimilikinya hampir masuk ke mulut orang lain. Li Fengran hanya melihat sosoknya yang gagah tapi pemarah, tanpa tahu apa yang sudah ia jalani dalam hidupnya sebelum Li Fengran datang.
"Apakah Raja mengetahui niatmu?" tanya Li Fengran lagi.
"Dengan kualifikasinya sebagai Raja, dia pasti sudah tahu."
"Lalu, mengapa dia menyetujuinya dan membiarkanmu?"
"Menjadi Raja tidak serta merta harus sesuai keinginannya. Raja tidak bisa mementingkan dirinya sendiri, dan aku yakin itu juga sangat sulit baginya."
"Bahkan jika itu menyakitimu dan tidak membuatnya senang?"
Ling Sui mengangguk lagi.
"Lalu, mengapa Raja bersedia menikah denganmu saat itu? Raja kelihatannya tidak membencimu."
"Di masa ini, menjadi sejajar dengan pria sangat tidak mudah. Aku mengambil jalan ini dengan harapan dapat sejajar dengannya dalam urusan kenegaraan. Tapi, aku baru sadar jika aku telah terperangkap dalam delusi yang sangat panjang."
Li Fengran tertegun. Ada sisi lain yang baru ia ketahui, ada rahasia yang ia tahu ketika orang lain tidak mengetahuinya.
Ling Sui, mungkin memang terlahir dengan sendok perak di mulutnya dan orang memandangnya sebagai wanita tercantik paling berbakat dan mulia di Donghao.
Tetapi, tidak ada orang yang betul-betul memahami niat hatinya perihal keputusannya memasuki istana dan menjadi Ratu Donghao. Nangong Zirui mungkin tahu, tapi ia memilih berpura-pura tidak tahu.
Apakah orang di zaman seperti ini memang begitu pemalu untuk mengungkapkan isi hatinya pada seseorang?
"Yang Mulia, kamu benar-benar seorang Ratu."
"Sayangnya, Raja lebih menyukai wanita yang berpikiran terbuka dan sederhana sepertimu. Ketika aku memintanya menjadikan kalian sebagai selir, dia menolak mengangkat semuanya. Dia bilang, dia hanya bisa mengangkat dua selir, dan dia sudah punya rencana lain untukmu. Siapa sangka, rencananya ialah menjadikanmu sebagai Pemangku Pedangnya."
"Dia mengangkatku hanya untuk membalas dendam karena aku memukul wajahnya," Li Fengran mendengus. Ling Sui tertawa lepas. Orang pilihan Nangong Zirui memang tidak pernah mengecewakan.
"Kamu akan memahaminya suatu saat. Nona Li, di penghujung hidupku ini, aku hanya punya sedikit keinginan yang kedengarannya serakah. Aku ingin melihat Raja menemukan kebahagiaannya sendiri dan melihat Donghao damai. Nona Li, maukah kamu membantu Raja mewujudkannya?"
Li Fengran tidak tahu jawaban apa yang harus ia berikan. Saat ini, hidupnya di istana juga belum tentu terjamin.
Ia baru datang kemari dan masih sangat asing dengan dunia ini. Dia tiba-tiba saja terlibat dengan banyak orang. Walau ia diangkat sebagai Pemangku Pedang, tapi berada di sisi seorang Raja juga bukanlah tempat yang aman.
Ling Sui meminta Chu Ming memberikan sebuah saputangan dan menutup mulutnya karena tenggorokannya gatal. Setelah batuk, saputangan berwarna biru muda itu berubah warna akibat darah yang keluar sebagai dahak. Chu Ming panik, seketika ia merebut saputangan itu dan menyembunyikannya.
“Yang Mulia, sebenarnya penyakit apa yang kamu derita?” tanya Li Fengran. Komik itu tidak pernah memberitahu persis penyakit apa yang diderita Ratu Donghao sampai harus mencarikan pengganti. Li Fengran ingin mengetahuinya secara langsung dari sosok nyatanya.
Tapi, Ling Sui justru menggelengkan kepalanya.
“Aku juga tidak tahu,” jawabnya dengan nada suara yang sangat lemah.
***
Haloo pembaca kesayangan Otor! Kali ini Otor hadir lagi dengan cerita baru. Gimana, sudah mulai menikmati ceritanya? Jangan lupa kritik saran di kolom komentar, jangan lupa apresiasinya juga yak! Sampai jumpa di episode berikutnya!