Istri Palsu

Pagi ini Zhefinca bangun dengan tubuh yang sedikit lemas, karena saat ia tidur ia tengah sakit namun Zhefinca enggan untuk pergi ke apotek membeli obat. Dia kembali merapikan barang-barangnya, kemudian bersiap untuk pulang.

Sampai dirumahnya, tidak ada yang berbeda sejak kepergiannya keluar kota, ia masuk ke dalam rumah kemudian meletakkan pakaian kotor dan mengembalikan koper pada tempatnya, setelah itu Zhefinca kembali beristirahat.

Sementara di kantor, Arka sudah menunjukan beberapa bukti pencariannya yang menunjukan jika Zhefinca dan Ariel adalah orang yang sama.

Arka merasa lega, setidaknya setelah ini Giovano tidak akan merendahkan Zhefinca seperti biasanya. Namun raut wajah Giovano tidak menunjukan senang, justru terlihat seperti sedang marah.

“Datang ke kantorku, sekarang” – Gio

“Dimana kantor kamu?” – Zhefinca

Giovano segera mengirim titik lokasi kantornya, agar Zhefinca bisa segera datang untuk menjelaskan semua fakta yang ada.

Tidak perlu menunggu lama, Zhefinca telah memarkirkan mobilnya di basement, kemudian ia segera menuju lift untuk naik menuju lantai dimana kantor Giovano berada.

Ting! Pintu lift terbuka.

Zhefinca keluar dari lift, kemudian menuju meja yang terlihat seperti meja resepsionis.

“Pagi, Pak Giovano ada?” Tanya Zhefinca

“Sudah ada janji, Bu?”

“Sudah”

“Dengan Ibu siapa?”

“Zhefinca”

“Zhefinca!” panggil Giovano.

Zhefinca menoleh kearah sumber suara, kemudian ia menghampiri pria yang memanggilnya tersebut.

Tidak ada yang diucapkan oleh Giovano, ia berjalan menuju ruangannya. Sementara Zhefinca hanya mengikuti dari belakang.

Ini adalah kali pertama Zhefinca masuk ke dalam kantor Giovano setelah menjadi istrinya dua tahun.

“Jelaskan ini semua”

DEG!

Rahasia yang Zhefinca sembunyikan selama ini terbongkar. Beberapa foto saat ia mengisi acara, tanda tangan yang sama, dan juga beberapa kali ia terlihat melepas masker ketika selesai mengisi acara.

“Bukannya kamu sudah melihat, apa lagi yang harus aku jelaskan?” tanya Zhefinca bingung.

“Aku meminta kamu untuk dirumah saja Zhefinca, kamu justru menjadi penulis mengikuti acara-acara gak jelas begini”

“Aku sudah melakukan diam-diam selama ini, kamu sendiri yang meminta orang untuk memata-matai aku, terus sekarang kamu marah? Kamu marah karena ulah kamu sendiri”

“Zhefinca!”

Suara bentakan Giovano bahkan sampai terdengar dari luar ruangannya. Arka merasa jika dengan membuka fakta ini ternyata tidak bisa berakhir dengan baik.

“Kita menikah, hanya ada orangtuaku, orangtua kamu, dan Pak Arka. Tidak ada yang mengetahui pernikahan kita, bahkan aku tidak pernah mengatakan jika aku sudah menikah. Lalu kesalahanku dimana?” tanya Zhefinca dengan suara rendah.

“Berhenti menjadi penulis!”

“Kita akan bercerai 10 bulan lagi, kenapa aku harus berhenti?”

“Aku akan berikan kamu kompensasi”

Zhefinca tersenyum, seperti ada yang lucu ketika ia mendengar kata kompensasi keluar dari mulut suaminya, yang membuat Giovano merasa semakin kesal.

“Kompensasi? Kamu hanya memberiku 5juta setiap bulan, dengan semua kebutuhanku yang tinggal di ibukota ini saja tidak cukup. Aku bekerja tanpa ada yang mengetahui siapa aku, untuk diriku sendiri dan masa depanku nanti. Ini kartu kamu, selama dua tahun menikah aku belum menggunakan sama sekali” ucap Zhefinca dengan meletakkan kartu tersebut.

Giovano begitu tersinggung, harga dirinya sebagai laki-laki merasa diinjak-injak oleh Zhefinca.

“Kembalikan mobil yang aku berikan” ucap Gio datar.

“Kalau begitu, kembalikan mobil lama ku”

“Sudah aku jual, uang penjualannya akan segera transfer Arka”

“Hmm”

Zhefinca beranjak pergi dari kantor Giovano, dan sebelum sampai diambang pintu.

“Keluar dari rumah itu” ucap Giovano yang diangguki oleh Zhefinca.

Zhefinca tidak mengerti apa yang membuat Giovano marah hanya karena ia bekerja, karena selama ini tidak ada yang mengetahui jika ia adalah istri Giovano.

Begitu keluar, mata Zhefinca menatap kearah meja Arka. Bibirnya tersungging senyum yang begitu manis, namun berbeda dengan Zhefinca, Arka hanya menatapnya dengan nanar.

“Mari Pak Arka” sapa Zhefinca dengan tetap menjaga keceriaannya.

Zhefinca menuju ke pintu lift, dia menekan tombol basement, namun seketika ia menekan tombol lobby. Ia hanya bersandar di dalam lift, bukan karena sedih atas perilaku Giovano, ia hanya sedang menahan sakit karena demamnya hari ini cukup tinggi.

Sampai dibawah, Zhefinca menunggu taksi onlinenya di lobby. Kemudian setelah taksi itu datang, ia segera meninggalkan kantor Giovano.

Sementara di ruangannya, Giovano masih memandangi pemandangan kota dari jendela ruangannya. Tatapannya tajam dan tidak bergeming.

Giovano merasa marah, karena saat dia memberikan tanggung jawab kepada Zhefinca dengan minim, bukannya meminta bantuannya, Zhefinca justru mencari solusinya sendiri. Giovano adalah tipe laki-laki dominan, ia ingin siappaun bergantung dengannya tidak peduli meski hanya istri palsu.

Dan dengan sikap arogannya ini, Giovano berharap Zhefinca akan memohon kepadanya untuk kembali kerumah dan menjadi istrinya, lalu mengikuti semua permintaan Giovano.

Dirumah, Zhefinca mengambil dua koper miliknya yang ia bawa dari rumah lamanya ketika ia pertama kali pindah. Dia mengemasi barang-barangnya, kemudian segera bersiap untuk meninggalkan rumah tersebut.

Tidak banyak barang milik Zhefinca, hanya dua koper berukuran besar sudah bisa mengangkut semua barangnya. Dan tidak lama ponselnya berdering, ia menatap layar jika ada notifikasi uang masuk ke rekeningnya.

Zhefinca masih duduk di lantai, di tangannya ia menggenggam botol minum dan obat. Setelah meminum obat itu, dia membawa koper tersebut dan berhenti diruang tamu.

“Bu Sanaya sudah kembali keluar negeri, aku harus minta tolong siapa?” batinnya.

Zhefinca menyalakan ponselnya, dia menghubungi Kevin untuk meminta pertolongan, dan dengan mudahnya Kevin menyetujuinya.

“Zhe, aku di depan” – Kevin

Setelah membaca pesan kevin, ia segera keluar dengan membawa dua koper besarnya. Kevin segera turun dari mobil lalu membantu Zhefinca.

“Kamu ngontrak disini?” tanya Kevin.

“Iya Pak, tiba-tiba pemiliknya mau menjual rumah ini”

“Ya sudah, kamu tinggal di apartemen saya saja”

“Berapa harga sewanya Pak? Jangan terlalu mahal nanti uang saya habis”

“HAHAHAHA” Kevin tergelak.

Keduanya telah masuk ke dalam mobil, kemudian Zhefinca bernafas lega. Kevin menatap Zhefinca yang terlihat pucat.

“Kamu sakit Zhe?”

“Sedikit Pak, sepertinya terlalu padat jadwalku”

“Iya, kalah aktris Zhe”

“Hahahaha”

Kevin mengemudikan mobilnya membelah jalanan Ibukota, menuju ke daerah yang tidak begitu jauh dari kantor Kevin. Mobil tersebut masuk kedalam apartemen mewah, kemudian Kevin segera memarkirkan mobilnya.

“Pak Kevin kenapa gak di tempati apartemen ini?” tanya Zhefinca

“Dulu saya tempati, tapi setelah saya pikir-pikir. Saya lebih nyaman dirumah”

“Hmm begitu”

“Kita masuk Zhe”

“Baik Pak”

Zhefinca keluar dari mobil Kevin dengan menari satu koper, dan koper satunya ada di tangan kevin.

Sampai di depan unitnya, Kevin membuka pintu dan mempersilahkan Zhefinca masuk. Kesan pertama masuk kedalam unit tersebut, Zhefinca sampai tak berkedip karena apartemen milik Kevin begitu mewah.

“Pak, tapi saya tadi bilang ke Bu Sanaya, kalau saya meminta pertolongan pak Kevin. Karena saya tidak mau ada salah paham”

“Dia jawab apa?”

Zhefinca menyodorkan ponselnya, dan Kevin membaca pesan Sanaya yang meminta Zhefinca untuk tinggal di apartemen milik Kevin.

“Sanaya tidak akan curiga sama kamu Zhe”