NovelToon NovelToon
Sang Bunga Kekaisaran

Sang Bunga Kekaisaran

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Fantasi Wanita
Popularitas:33.2k
Nilai: 5
Nama Author: Celestyola

Lady Seraphine Valmont adalah gadis paling mempesona di Kekaisaran, tapi di kehidupan pertamanya, kecantikannya justru menjadi kutukan. Ia dijodohkan dengan Pangeran Pertama, hanya untuk dikhianati oleh orang terdekatnya, dituduh berkhianat pada Kekaisaran, keluarganya dihancurkan sampai ke akar, dan ia dieksekusi di hadapan seluruh rakyat.

Namun, ketika membuka mata, ia terbangun ke 5 tahun sebelum kematiannya, tepat sehari sebelum pesta debutnya sebagai bangsawan akan digelar. Saat dirinya diberikan kesempatan hidup kembali oleh Tuhan, mampukah Seraphine mengubah masa depannya yang kelam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Celestyola, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tonight with You

...**✿❀♛❀✿**...

Masih di malam yang sama, kediaman Valmont tampak tenang, berbanding terbalik dengan kejadian yang menggemparkan kediaman Marquis Renard.

Seraphine telah lama sampai ke kediamannya dengan selamat, tak ada kejadian aneh yang terjadi, kecuali sosok bayangan orang berkuda yang mengikuti mereka tadi. Tapi, setelah sampai ke kediaman Valmont, sosok itupun menghilang, seolah tak pernah ada.

Di dalam kamarnya, Seraphine tertidur pulas.

Kelelahan menyergapnya setelah seharian penuh menghadapi para bangsawan wanita dalam acara amal. Gaun yang tadi siang ia kenakan telah diganti menjadi gaun tidur sederhana berwarna putih lembut.

Rambut pirangnya terurai liar di atas bantal, menyatu dengan kulitnya yang pucat. Nafasnya teratur, naik-turun dengan ritme damai.

Di luar jendela, sebuah bayangan bergerak.

Seekor kuda hitam berhenti di pelataran sunyi, penunggangnya turun dengan gerakan sigap. Sosok itu melangkah cepat, nyaris tanpa suara, menapaki jalan kecil menuju balkon pribadi Seraphine.

Tap.

Sosok itu melompat ke atas balkon setelah memanjat pohon yang tumbuh di dekatnya, meski cukup tinggi, ia dapat mendarat dengan baik di atas balkon.

Dengan cekatan, ia membuka kunci pintu yang mudah dibobol dengan belati kecil. Pintu kaca itupun berderit samar. Sosok bayangan tersebut masuk ke dalam.

Kamar itu memiliki harum campuran mawar dan lavender, aroma feminin yang begitu lekat dengan sosok Seraphine. Sosok itu melangkah perlahan, menyelinap ke sisi ranjang.

Tampak Seraphine terbaring tenang. Cahaya bulan menyoroti wajahnya. Ada garis lelah di bawah mata, namun senyum samar masih terlukis di bibirnya seolah ia bermimpi indah.

Sosok itu berdiri kaku beberapa detik, hanya menatapnya.

Lalu, tanpa sadar, jemari tangannya yang besar terulur. Ia menyibakkan helaian rambut yang jatuh menutupi wajah Seraphine, lalu jari itu menyentuh pipinya dengan sangat hati-hati—seakan jika ia menekan terlalu keras, gadis itu akan pecah berkeping-keping.

Namun, ternyata sentuhan itu membangunkan Seraphine.

Kelopak matanya bergetar sebelum perlahan terbuka. Ia mengerjap pelan, pandangannya buram karena baru terbangun dari tidur, lalu perlahan kembali fokus.

Dan yang pertama ia lihat adalah bayangan pria berdiri di sisi ranjangnya, dengan wajahnya yang begitu dekat.

“Yang Mulia?” ucap Seraphine lirih, nyaris hanya seperti bisikan.

Frederick tertegun. Ia sudah membayangkan berbagai kemungkinan. Seraphine mungkin akan berteriak, mungkin akan marah, tapi bukan sapaan lembut seperti ini.

“Maaf,” ucap Frederick, suaranya berat, nyaris parau.

“Aku tidak bermaksud mengejutkanmu.”

Seraphine bangkit perlahan, duduk di tepi ranjang sambil mengusap matanya. Lengan pendek gaun tidur tipisnya sedikit melorot, hingga menampilkan kulit putih pucatnya.

Ia menatap Frederick dengan sorot bingung tapi tidak marah. “Kenapa Anda ada di sini, Yang Mulia? Ini sudah larut malam.”

Frederick menahan napas. Ia hendak memberi alasan politik, atau alasan dingin, tapi kata-kata itu lenyap begitu saja. Yang tersisa hanya kejujuran yang tak bisa ia sembunyikan lagi. Ia bahkan langsung memacu kudanya kemari begitu mayat wanita itu dibawa ke Istana.

“Aku khawatir padamu,” jawabnya pelan.

Seraphine terdiam. Hatinya berdebar, bukan hanya karena sosok Frederick di kamarnya, melainkan karena nada suara itu. Itu bukan suara seorang pangeran dingin yang penuh ambisi. Itu suara seorang pria yang rapuh, yang menanggung lebih dari yang ia mampu.

“Anda khawatir pada Saya?” Seraphine mencoba memastikan.

Frederick mengangguk pelan. Ia menunduk, seakan malu mengakuinya. “Hari ini ada penemuan mayat di perbatasan wilayah Marquis Renard, setelah diselidiki ternyata mayat wanita itu adalah pelayan yang mengacau di pesta debutante waktu itu.”

"Pelayan itu? Bukannya dia telah dihukum?" tanya Seraphine.

Frederick menggeleng. "Tidak, pelayan itu bahkan berhasil melarikan diri dari Istana. Kaisar marah besar saat mengetahui itu, tapi meski dicari kemana pun pelayan itu tidak pernah ditemukan. Lalu, hari ini tiba-tiba saja dia ditemukan tidak bernyawa di sana," jelasnya panjang lebar.

Seraphine menghela napas lembut. “Lalu, apakah Anda sempat mengira bahwa pelayan itu adalah Saya?” tanya Seraphine asal tebak.

Tubuh Frederick kaku, bagaiamana gadis itu bisa tahu?

Melihat ekspresi Frederick yang terdiam kaku, Seraphine malah ikut tertegun. "Eh, Anda tidak berpikir begitu kan, Yang Mulia?"

Bukannya menjawab, Pria itu malah memalingkan wajah. Semburat merah tampak menjalari telinganya, tapi sayang Seraphine tak menyadarinya.

Hening turun di kamar itu. Hanya bunyi detak jam dan desir angin malam yang terdengar. Seraphine menunduk sedikit, seolah menyembunyikan senyum kecil yang muncul tanpa ia sadari.

Kenapa sosok pria dingin ini kini malah bertingkah konyol? Apa mungkin ia memang sebegitu khawatirnya pada dirinya?

Seraphine menaikkan gaun tidurnya yang sedikit melorot, merapikannya sekilas. Ia kembali menatap Frederick yang masih berdiri dengan kaku.

“Yang Mulia,” ucapnya perlahan, suaranya lembut seperti alunan biola.

“Jika memang benar Anda sampai mengira mayat itu adalah saya. Maka, saya tidak tahu apakah saya harus merasa terhormat atau justru khawatir.”

Frederick menoleh, matanya bertemu dengan milik Seraphine. Ada cahaya bulan yang jatuh tepat ke wajah gadis itu, membuat kulit pucatnya terlihat semakin rapuh bagai porselen.

“Aku…” Frederick sempat terhenti.

Kata-kata itu tak mudah keluar, padahal ia biasa berbicara lantang di hadapan para bangsawan yang keras kepala. Tapi di hadapan gadis ini, setiap huruf seperti terjerat di tenggorokannya.

“Aku benar-benar … takut kehilanganmu.” Kata 'kehilangan' meluncur tanpa ia sadari.

Napasnya tercekat sejenak setelah ia mengatakannya. Namun ia tidak menariknya kembali, karena itu adalah kebenaran.

Seraphine terdiam. Dadanya berdebar lebih kencang daripada yang ia bayangkan. Ia menunduk sedikit, jemari halusnya mengusap permukaan seprai, mencari pegangan dari rasa tak menentu yang menyerangnya.

“Kehilangan saya, Yang Mulia?” tanyanya nyaris berbisik.

Frederick melangkah maju, jaraknya kini hanya sejengkal dari sisi ranjang. Ia menatap Seraphine dalam-dalam, “Ya. Kau, berbeda dari yang lain, Seraphine. Dan aku tidak bisa membiarkan sesuatu menimpamu, apalagi setelah hari ini.”

Keheningan menyelimuti keduanya. Angin malam masuk dari celah jendela, menggoyangkan tirai tipis, membuat cahaya lilin menari-nari di dinding kamar. Seraphine mengangkat pandangannya, kali ini tatapannya mantap meski pipinya tanpa sadar memerah.

“Kalau begitu, jangan terlalu khawatir, Yang Mulia. Saya bukan tipe wanita yang mudah tumbang hanya karena sedikit badai,” ujarnya dengan nada menggoda halus, mencoba meringankan ketegangan.

Frederick terkekeh pelan, suara rendahnya pecah begitu saja. Ia jarang tertawa, apalagi di tengah beban politik yang menyesakkan.

Tapi gadis ini… entah bagaimana, selalu mampu mencairkan sisi beku dalam dirinya. “Ya, Aku tahu kalau kau gadis yang kuat. Bahkan mungkin lebih kuat daripada aku.”

Seraphine menahan senyum, matanya berkilau. “Kalau begitu, mengapa Anda masih khawatir?”

“Aku ini hanya pangeran bayangan, Seraphine,” jawab Frederick lirih.

“Aku terbiasa bergerak di dalam kegelapan, di balik layar, tanpa sorotan. Namun justru karena itu… aku tahu betapa berbahayanya permainan yang sedang kita jalani. Dan kau kini berdiri di tengahnya bersamaku.”

Seraphine menarik napas pelan. Ia tahu kata-kata Frederick bukan sekadar kekhawatiran seorang pria pada tunangannya. Itu juga pengakuan seorang pejuang, yang sudah terlalu lama menanggung beban sendirian.

“Kalau begitu,” katanya akhirnya, suaranya tegas tapi lembut.

“Izinkan saya menanggung sebagian dari beban itu. Jangan pernah menganggap saya hanya pion kecil yang harus dilindungi. Saya adalah pasangan Anda dalam permainan ini, Yang Mulia. Ingatlah itu.”

Frederick terdiam lama. Pandangannya tidak lepas dari Seraphine, seakan ia sedang menimbang setiap kata yang barusan keluar dari bibirnya. Lalu, perlahan, sesuatu yang menyerupai senyum tipis dan tulus terbit di wajahnya.

“Pasangan ya,” gumamnya lirih, hampir pada dirinya sendiri.

Frederick menarik kursi kecil yang ada di sudut kamar, lalu duduk tepat di depan ranjang. Ia bersandar sedikit ke depan, sikunya di lutut, jemarinya saling menggenggam. “Aku ingin percaya padamu, Seraphine. Dan… aku rasa, aku memang sudah melakukannya.”

Ada kehangatan yang sulit dijelaskan menyusup ke dalam dada Seraphine. Ia menunduk sedikit, merasakan sesuatu yang lebih dari sekadar 'kepentingan' politik.

“Kalau begitu, Anda harus berhenti menyelinap masuk lewat balkon seperti pencuri, Yang Mulia. Kalau ada yang melihat, reputasi Anda yang akan rusak, bukan saya.”

Frederick terkekeh lagi, kali ini lebih lepas. “Kalau begitu, mungkin aku akan mengakuinya terang-terangan."

"Bahwa aku datang karena merindukanmu," ucap pria itu setelahnya.

Seraphine menahan napas. Kata-kata itu sederhana, tapi Ia bisa merasakan pipinya memanas, dan untuk pertama kalinya, ia tidak bisa menyembunyikan senyum yang merekah di wajahnya.

“Kalau begitu…” ucapnya pelan, “saya senang Anda datang.”

Frederick menatapnya, lama, hingga detik terasa melambat. Lalu ia mengulurkan tangan, kali ini tanpa ragu, menyentuh pipi Seraphine sekali lagi. Gadis itu tidak menghindar, bahkan membiarkan hangat jemarinya menempel di kulitnya.

Dalam hening malam itu, tanpa perlu kata-kata tambahan, keduanya sama-sama tahu—bahwa mulai saat ini, mereka bukan lagi hanya sekadar pangeran bayangan dan pion politik. Mereka adalah dua jiwa yang perlahan menemukan satu sama lain, di tengah badai yang akan segera datang.

...**✿❀♛❀✿**...

...TBC...

...Apenih? kok tiba-tiba kelen kek pasangan kasmaran? bukannya kemaren-kemaren masih pada canggung yak? kok tiba-tiba bilang rindu? tau dah, authorny pas lagi nulis muncul idenya begini wkwk...

...Happy Reading all🤩...

...♡´・ᴗ・`♡...

1
Mustika Dewi
ditunggu kelanjutannya
Pa Muhsid
berarti sama ngulang hidup
kriwil
catatan racun nya knp ga di ambil
kriwil
hidup kembali bukanya belajar biar kuat dan hebat tapi se sera sibuk memikirkan kehiduoanya kembli dan rick padahal hidup kembli 4 woi tapi tetep bodoh ga punya kekuatan🤣
kriwil
musuh pada licik dan berani tapi peran utama sibuk dengan jalan hidup masa depan ketika terlahir kembali setidaknya itu punya kekuatan masa menemukan pelayan penghianat saja ga bisa terlalu banyak rencana
kriwil
claris udah kayak penyihir bisa ilang bisa muncul
kriwil
hidup kembali tapi tetep pada mati
kriwil
knp tidaak mempunyai kekuafan setelah kembali hidup
Nurul Syahriani
seru banget ceritanya
Celestyola: hihi makasiii kakk💗
total 1 replies
kriwil
putra kedua mungkin juga terlahir kembali
Margaretha Istu
semangat thor ceritanya bagus banget
Celestyola: Terima Kasih kak💗
total 1 replies
Lauren Florin Lesusien
ya karna dirimu udh 2 kali kehidupan masih saja lola bin lemah bodoh
bikin dadas dikit thur creakter ceweknya biar semangat bacanya
Arix Zhufa
brati dikehidupan yg dulu putra mahkota juga menjadikan anak nya sbg jaminan
Lauren Florin Lesusien
pemeran nya masih terlalu bodoh dan lemah thur udh episode 40 masih saja bodoh dan lemah
ya sampah
Lauren Florin Lesusien
ha pemeran cewenya masih terpaku pada kehidupan pertama dan lemah malah tambah naif thur
bisa buat sedikit badas biar semangat bacanya😂😅
Lauren Florin Lesusien
jngn buat pereran sherepin terlalu naif thur madih terpaku dikehidupan pertama buat dia sedikit padas jngn jadikan pemeran naif dan tambah bodoh berharap sih thur😅
Celestyola: Okey kak lauren, Terima kasih atas krisarnya yaa🙂😊
total 1 replies
Heni Setianingsih
Luar biasa
Celestyola: Terima kasih kakak🤩
total 1 replies
Mirna Wati
aduh blom apa² udah di ajak nikah
Celestyola: tersepona dia kak haha
total 1 replies
Ita Xiaomi
Apakah Frederick jg mengalami hal yg sama hidup kembali setelah kematiannya?
Ita Xiaomi: Sama-sama kk.
total 4 replies
Ita Xiaomi
Jgn nak mengarang bebas Virrel😁.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!