Davina mempunyai kekasih dan sahabat namun dengan teganya mereka bekerja sama menjual dirinya. Davina pun melakukan cinta satu malam bersama pria asing tersebut.
Namun siapa sangka pria tersebut ternyata seorang Ketua Mafia sekaligus seorang psycophath pembunuh berdarah dingin dan anti wanita.
Enam tahun kemudian mereka dipertemukan kembali dengan suasana yang berbeda di mana Davina bersama ke tiga anak kembarnya hasil dari cinta satu malam bersama pria asing tersebut.
Bagaimana kisah perjalanan cinta mereka? Ikuti yuk novelku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yakasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sangat yakin
"Kebetulan darah Aku sama dengan darah putraku, jadi ambillah darah Aku dok." ucap Mommy Davina.
"Maaf anak Nyonya dan Tuan membutuhkan darah yang lumayan banyak. Kami kuatir nanti Nyonya pingsan karena darahnya akan di ambil." ucap dokter tersebut menjelaskan.
"Aku tidak perduli dok, walau Aku mati karena kehabisan darah asalkan anak Aku selamat." ucap Mommy Davina tanpa ragu.
"Mommy, darah kami juga sama dengan kakak lebih baik darah kami saja mom." ucap ke dua anak kembarnya.
"Paman tidak setuju, lebih baik Paman akan hubungi anak buah Paman siapa tahu darahnya sama." Ucap Paman David sambil menatap ke dua ponakannya kemudian mengambil ponselnya untuk menghubungi orang kepercayaannya.
grep
"Apa yang dikatakan Paman David benar apalagi kalian masih kecil nanti kalau sudah besar baru bisa menyumbangkan darah." ucap Mommy Davina sambil berlutut untuk memeluk ke dua anak kembarnya.
Ucapan Mommy Davina membuat Daddy Aberto terharu terlebih ke dua adiknya yang sangat akur dengan Mommy Davina dan kakaknya yang bernama Dave. Kebahagiaan Daddy Aberto melihat Mommy Davina dan ke dua anak kembarnya yang saling perduli satu sama lain.
"Baik kalau begitu silahkan ikuti perawat kami untuk di ambil darahnya." ucap dokter tersebut sambil membalikkan badannya dan kembali masuk ke dalam ruang UGD.
"Kak David titip ke dua anakku." pinta Mommy Davina.
"Ok." Jawab Paman David singkat.
"Hendrik jaga ke dua anakku." ucap Daddy Aberto.
"Baik tuan." Jawab Hendrik sambil memandangi ke dua anak kembar yang sangat mirip dengan tuannya hanya saja tuannya versi dewasa sedangkan ke dua anak kembar versi kecil.
Perawat itupun berjalan ke arah ruangan khusus untuk mengambil darah dengan diikuti Mommy Davina dan Daddy Aberto.
'Memangnya darah anak kita apa?' bisik Daddy Aberto penasaran tepat di telinga Mommy Davina kemudian meniupnya.
Cup
Hal itu membuat bulu kuduk Mommy Davina berdiri dan ketika Daddy Aberto meniup telinganya membuat Mommy Davina memalingkan wajahnya dan tanpa sengaja Daddy Aberto mencium pipi Mommy Davina.
Mommy Davina sangat terkejut kemudian menatap tajam ke arah Daddy Aberto sedangkan Daddy Aberto hanya tersenyum karena betapa menggemaskan Mommy Davina ketika marah dan wajahnya bersemu merah secara bersamaan.
"Golongan darahnya golden blood atau darah emas." Jawab Mommy Davina sambil memalingkan wajahnya agar tidak menatap Daddy Aberto.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Bukan darahnya yang berwarna emas, dalam istilah medis golongan darah ini disebut Rh-null karena tak adanya rhesus antigen pada sel darah merah.
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
"Kalau begitu pakai darahku saja kebetulan darahnya sama denganku." ucap Daddy Aberto.
"Tapi..." ucapan Mommy Davina terpotong oleh Daddy Aberto.
"Tidak terima penolakan." ucap Daddy Aberto.
"Baiklah, tapi karena butuh darah banyak kantong ke dua pakai darahku saja." usul Mommy Davina.
"Memangnya kenapa?" tanya Daddy Aberto sambil memandangi wajah cantik yang selama ini dirindukannya.
"Karena aku tidak ingin tuan..." ucap Mommy Davina menggantungkan kalimatnya karena tidak tahu namanya.
"Panggil saja Aberto." ucap Daddy Aberto.
"Bagaimana kalau kak Aberto? Karena tidak sopan kalau hanya memanggil nama." Ucap Mommy Davina menjelaskan.
"Terserah, panggil honey juga tidak apa-apa." ucap Daddy Aberto sambil masuk ke dalam ruangan dan diikuti oleh Mommy Davina.
Mommy Davina mengalihkan pandangannya ke arah Daddy Aberto sambil menatap tajam sedangkan Daddy Aberto hanya tersenyum karena Daddy Aberto sangat menyukai Mommy Davina marah karena sangat menggemaskan.
cup
Daddy Aberto kembali mengecup bibir Mommy Davina yang enam tahun yang lalu menjadi candunya membuat Mommy Davina menatapnya dengan tatapan horor tapi Daddy Aberto tidak takut sama sekali malah tersenyum puas sambil berbaring di ranjang untuk di ambil darahnya.
Mommy Davina ingin memaki pria itu karena telah berani mencuri ciumannya tapi mengingat ada perawat membuat Mommy Davina mengurungkan niatnya.
"Suster, setelah kantong darah sudah penuh langsung berhenti ya sus karena kantong ke dua biar darah Aku saja." ucap Mommy Davina menjelaskan.
"Baik nyonya." Jawab suster tersebut dengan sopan.
Setelah agak lama kantong darah itupun terisi penuh dan kini gantian Mommy Davina. Mommy Davina hanya memejamkan matanya dengan kuat karena sejujurnya dirinya sangat takut dengan jarum suntik dan tanpa sadar menggenggam tangan Daddy Aberto.
Daddy Aberto sangat terkejut ketika Mommy Davina menggenggam tangannya sekaligus sangat senang membuat Daddy Aberto membalas menggenggam tangannya.
'Biasanya Aku akan marah jika tubuhku di sentuh orang tapi ketika wanita ini menggenggam tanganku, Aku tidak bisa marah sedikitpun.' ucap Daddy Aberto dalam hati.
"Maaf nyonya jangan tegang nanti jarum suntiknya bisa patah." ucap suster tersebut menjelaskan.
"Maaf suster, jujur Aku sangat takut jarum suntik." ucap Mommy Davina yang masih memejamkan matanya.
"Pffftttt hahahaha.." tawa Daddy Aberto pecah mendengar ucapan Mommy Davina untuk pertama kalinya karena selama ini dirinya tidak pernah tertawa.
Mommy Davina yang ditertawakan oleh Daddy Aberto langsung membuka matanya dan menatap tajam ke arah Daddy Aberto dengan tatapan sangat kesal.
"Auch.." rintih Mommy Davina ketika jarum suntik menusuk ke tangannya membuat Mommy Davina menutup matanya kembali sambil menggenggam erat tangan Daddy Aberto.
Hal itu membuat Daddy Aberto meringis kesakitan sekaligus menahan tawa karena melihat Mommy Davina sangat menggemaskan. Tidak berapa lama akhirnya selesai sudah acara sedot menyedot darahnya. Bersamaan Mommy Davina menghembuskan nafasnya dengan lega membuat Daddy Aberto menahan kembali tawanya yang terasa ingin pecah sungguh menggemaskan melihatnya.
Perawat itupun keluar dari ruangan itu sambil membawa dua kantong darah bersamaan kedatangan seorang perawat sambil membawa Snack dan susu agar Daddy Aberto dan Mommy Davina pulih kembali.
"Taruh di sini saja sus." Ucap Mommy Davina sambil menunjuk meja dekat ranjang Mommy Davina dan Daddy Aberto.
"Baik." Jawab suster tersebut sambil meletakkan nampan tersebut kemudian meninggalkan mereka berdua.
"Kenapa hanya satu?" tanya Mommy Davina sebelum perawat tersebut pergi.
"Bukannya nyonya saja yang mendonorkan darahnya?" tanya suster tersebut sambil menghentikan langkahnya kemudian membalikkan badannya menatap ke arah mereka berdua.
"Bu..." ucapan Mommy Davina terpotong oleh Daddy Aberto.
"Tidak apa-apa sus, satu saja." ucap Daddy Aberto.
"Baiklah." Jawab perawat itu dengan singkat sambil membalikkan badannya dan menggenggam gagang pintu yang tadi digenggamnya.
Suster tersebut meninggalkan mereka berdua membuat ke dua jantung mereka berdetak kencang.
"Susu dan snack hanya satu, kak Paul Aberto yang makan saja kebetulan Aku masih kenyang." ucap Mommy Davina berbohong.
Dirinya terpaksa berbohong dan mengalah karena tidak tega jika Daddy Aberto pingsan karena darahnya banyak yang di ambil.
"Tidak, kamu saja yang makan dan minum susunya, kebetulan Aku juga sudah makan." ucap Daddy Aberto yang juga berbohong karena dirinya tidak tega jika Mommy Davina pingsan karena hanis mendonorkan darahnya.
"Kak Aberto kan habis mendonorkan darah." ucap Mommy Davina beralasan.
"Kamu juga habis mendonorkan darahnya." ucap Daddy Aberto yang tidak mau kalah.
"Hmmm... begini saja kita makan bersama." ucap Mommy Davina akhirnya sambil mengambil roti kemudian membuka bungkus plastiknya lalu di belah menjadi dua bagian hanya saja yang satu kecil dan yang satunya agak besar.
Daddy Aberto yang mengerti maksud Mommy Davina langsung mengambil roti yang ukuran kecil.
"Kenapa ambil yang kecil?" Tanya Mommy Davina dengan nada protes.
"Bukannya kamu membagi dua roti dan roti yang kecil ini buatku?" tanya Daddy Aberto sambil memasukkan roti tersebut ke dalam mulutnya.
"Tidak, kak Aberto yang besar dan aku yang kecil." ucap Mommy Davina sambil memotong lagi roti tersebut dan sekarang ukuran potongan nya hampir sama.
"Buatmu saja sayang." ucap Daddy Aberto merubah panggilannya.
"Sayang?" Tanya Mommy Davina mengulangi perkataan Daddy Aberto.
"Ya Sayang, kalau hanya kita berdua aku memanggilmu dengan sebutan sayang dan kamu memanggilku honey tapi di depan anak kita kamu memanggilku daddy dan aku memanggilmu mommy." ucap Daddy Aberto menjelaskan.
"Kenapa kak Aberto yakin kalau ke tiga anak kembar itu adalah anak kak Aberto?" tanya Mommy Davina dengan wajah bingung sambil memberikan potongan roti ke Daddy Aberto.
"Sangat yakin kalau ke tiga anak kembar adalah anak kita " Jawab Daddy Aberto sambil menerima roti tersebut kemudian memakannya begitu pula dengan Mommy Davina ikut memakan roti.
Tanpa sadar Mommy Davina yang merasa haus langsung meminum susu tersebut hingga tersisa setengah gelas. Baru saja hendak diletakkan ke meja, Daddy Aberto menahan tangan Mommy Davina kemudian di arahkan ke mulut Daddy Aberto dan meminumnya hingga tanpa sisa.
"Eh... itukan bekas mulutku? apakah kak Aberto tidak jijik?" tanya Mommy Davina dengan wajah terkejut.