Sofia Anderson lahir dari keluarga kaya raya namun ia di besarkan dan hidup sederhana bersama seorang pria yang menculiknya sewaktu masih kecil karena sebuah dendam masa lalu.
16 tahun kemudian sang penculik mulai menyadari kesalahannya dan ingin menyerahkan Sofia pada orang tua kandungnya. Lantas memindahkan gadis itu ke universitas milik keluarganya berharap ada keajaiban disana.
Namun tingkat sosial yang berbeda membuat Sofia mendapatkan banyak sekali bullyan dari teman-temannya, belum lagi ayah angkatnya (sang penculik) yang tiba-tiba menghembuskan napas terakhirnya sebelum mengatakan rahasia yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~15
Sekembalinya dari Villa, Sofia tak pernah bertemu lagi dengan Ariel maupun Dani. Ia menyadari kehidupan mereka sangatlah berbeda, ia hanya seorang pelayan dan mereka adalah sang tuan.
Sofia nampak menjalankan hari-harinya seperti biasanya dan mencoba melupakan kejadian di Villa waktu itu bagaimana seorang tuan muda SG mencoba mencuri ciuman pertamanya.
"Benarkah, aku bukan anak ayah ?" ucapnya sore itu, bahkan hingga beberapa bulan Sofia masih tak percaya dengan pengakuan sang ayah di akhir hayatnya itu.
Bahkan hingga kini gadis itu pun tak berniat mencari tahu siapa keluarganya, apa wanita yang tinggal di mansion mewah itu ibunya? entahlah sangat sulit bagi Sofia untuk mempercayai.
Jika memang wanita itu adalah ibunya, lalu apa berarti tuan James adalah ayah kandungnya? Dan Jessica adalah adiknya? memikirkan hal itu Sofia nampak tersenyum kecut.
Bagaimana mungkin orang kaya raya seperti mereka tak mampu mencari putrinya yang hilang, rasanya sangat mustahil bagi Sofia.
Atau mungkin keberadaannya telah di lupakan dan tergantikan oleh putri lainnya? sungguh Sofia tak ingin memikirkan hal itu dan biarlah waktu yang akan menjawab semuanya.
Lagipula melihat bagaimana perangai seorang James, membuat Sofia berpikir ulang jika pria itu adalah ayah kandungnya. Rasanya masih sakit sekali saat pria itu mengusirnya dari kampus tanpa mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu.
"Aku tidak ingin mempunyai ayah lain selain kamu yah, selamanya kamu adalah ayahku. Bagiku, kehadiranmu sudah cukup dan aku tak menginginkan keluarga lain lagi." gumamnya seraya menatap pusara sang ayah.
Tak terasa kini sudah hampir satu tahun berlalu Sofia hidup tanpa Marco di sisinya dan perlahan gadis itu sudah mulai terbiasa.
"Apa, di pecat ?" Sore itu saat baru tiba di restoran tempatnya bekerja part time, gadis itu nampak terkejut saat mendengar dirinya di berhentikan dari pekerjaannya.
"Maafkan aku Sofia, kami sedang mengalami krisis keuangan jadi semua pekerja paruh waktu kami kurangi." terang sang manager dengan berat hati.
Sofia nampak pasrah, hampir dua tahun ia bekerja di sana dan kini ia menjadi seorang pengangguran.
Meski kuliahnya mendapatkan beasiswa tapi ia juga membutuhkan uang untuk keperluannya sehari-hari.
"Ada masalah ?" ucap seorang pemuda hingga membuat Sofia yang sedang duduk di taman dekat kampusnya langsung menoleh, lantas sedikit mengulas senyumnya.
"Aku baru saja di pecat dan sekarang aku bingung harus mencari pekerjaan di mana tanpa ijasah kuliah." terang Sofia seraya menatap sahabatnya itu.
Sejak beberapa bulan lalu Sofia dan Daniel mulai akrab kembali, Sofia sudah berusaha sebisa mungkin untuk menghindarinya namun pria itu selalu saja mencarinya dan menemukan keberadaannya.
Di mata Daniel, Sofia adalah sosok gadis pekerja keras dan juga sangat baik hati hingga membuatnya merasa nyaman saat bersamanya.
"Kau bisa bekerja di kantorku jika mau." tawar Daniel, pemuda yang telah lulus kuliah dan mulai membantu di perusahaan sang ayah itu langsung menawarkan pekerjaan pada gadis itu.
"Terima kasih, tapi aku tidak mungkin melamar pekerjaan di kantormu tanpa ijasah." timpal Sofia.
"Itu tidak masalah, Sofia." mohon Daniel namun Sofia langsung menggelengkan kepalanya, apalagi mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.
"Jadi benar kau adalah Sofia? gadis yang saat ini berusaha menggoda Daniel, putraku ?" ucap seorang wanita paruh baya yang terlihat masih sangat cantik dan terawat itu ketika mendatangi restoran tempat Sofia bekerja.
"Saya tidak pernah menggoda Dani, nyonya." timpal Sofia membela diri.
"Aku tidak butuh penjelasanmu, tapi ku peringatkan jauhi putraku sekarang juga. Lihatlah dirimu, seorang pelayan sampai kapan pun takkan pantas bersanding dengan seorang tuan muda. Mengerti !! Daniel putra kami satu-satunya dan dia pantas mendapatkan yang sepadan dengannya." tegas wanita itu dengan wajah serius dan setelah itu segera pergi dari sana.
Sementara Sofia yang menjadi perhatian para pengunjung restorannya nampak menghela napasnya dengan berat.
Mengingat hal itu Sofia nampak tersenyum sinis, semoga saja dirinya di pecat karena restorannya benar-benar sedang krisis keuangan bukan karena tekanan dari wanita kaya itu.
"Aku akan mencari pekerjaan part time lainnya saja, oh ya aku harus segera pergi Sarah sedang menungguku di rumahnya." Sofia segera beranjak dari duduknya.
"Mau ku antar ?" tawar Daniel kemudian, padahal ia baru saja datang dan ingin mengajak gadis itu makan siang.
"Tidak Daniel, terima kasih banyak. Aku naik kereta saja." tolak Sofia dengan halus lantas melangkahkan kakinya pergi.
"Kamu seperti sedang menghindariku, Sof." ucap Daniel yang langsung menghentikan langkah gadis itu.
"Tidak, aku sedang banyak tugas kuliah yang harus ku kerjakan Dan. Lagipula arah kita berbeda, aku tidak ingin membuatmu terlambat sampai kantor hanya karena mengantarku." terang Sofia dengan mencoba mengulas senyum tipisnya lantas segera berbalik badan lalu meninggalkan pemuda itu.
Sementara Dani yang masih bergeming di tempatnya terlihat mengusap wajahnya dengan kasar, semakin hari ia tak bisa menyembunyikan jika ia tertarik dengan gadis itu.
Selain cantik Sofia adalah sosok gadis yang ceria, baik hati dan juga pekerja keras hingga membuatnya merasa kagum dan perlahan mulai tertarik padanya.
"Kita bisa cari lowongan pekerjaan di sini, Sofia." Sarah nampak menunjukkan sebuah surat kabar pada sahabatnya itu.
"Tapi ijasahku hanya SMA." timpal Sofia saat melihat beberapa lowongan pekerjaan yang membutuhkan tenaga sekretaris.
"Coba lihat di baliknya." ucap Sarah seraya membuka surat kabat tersebut ke halaman berikutnya.
"Di butuhkan tenaga paruh waktu sebagai office girl." ucapnya membaca lowongan tersebut dan langsung di sambar koran di tangannya itu oleh Sofia.
Sepertinya gadis itu nampak tertarik karena terlihat membacanya dengan serius. "Sepertinya aku ambil pekerjaan ini saja." ucapnya membuat keputusan.
"Kamu serius? astaga Sofia, kamu seorang mahasiswa arsitektur dan sekarang mau magang menjadi office girl ?" Sarah langsung melebarkan matanya tak percaya.
"Itu tak masalah bagiku dan siapa tahu suatu saat aku bisa bekerja di sana sesuai dengan keahlianku." Sofia kembali bersemangat, setelah tadi sempat putus asa karena tiba-tiba di pecat dari pekerjaannya di restoran.
"Sepertinya ini perusahaan yang baru di dirikan, Sofia. Semoga kamu beruntung di sana." Sarah langsung memberikan semangat pada sahabatnya itu yang tak pernah pantang menyerah.
"Terima kasih." sahut Sofia, lantas segera memasukkan lamaran pekerjaannya pada email yang tertera di lowongan surat kabar tersebut.
Keesokan harinya.....
Pagi itu Sofia nampak bangun sangat pagi, ia tak menyangka beberapa saat setelah memasukkan lamaran pekerjaannya ia langsung mendapatkan balasan dan pagi ini ia harus datang untuk interview.
Ia belum begitu mengenal perusahaan yang akan menjadi tempatnya bekerja tersebut, karena perusahaan itu baru di dirikan.
Namun saat melihat bagaimana megahnya gedung pencakar langit di hadapannya, Sofia yakin pasti itu salah satu perusahaan yang sedang sukses saat ini.
"Semoga beruntung, Sofia."