Gea Arunika tidak menyangka pernikahannya yang semula baik-baik saja tiba-tiba jadi rusak setelah kehadiran seorang wanita yang katanya adik dari suaminya bernama Selena.
Namun, setelah diamati tiap harinya, tingkah David dan Selena tidak seperti adik dan kakak melainkan seperti pasangan suami istri.
Hingga pada akhirnya Gea tahu, kalau dirinya adalah istri kedua dan Selena adalah istri pertama suaminya.
Rasa sakit itu semakin bertambah ketika tak sengaja mendengar obrolan mereka yang akan membawa pergi anak yang dikandungnya setelah ia melahirkan.
Lalu bagaimana kisah mereka selanjutnya?
ikuti ceritanya terus ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 - Pup Alwin
Esoknya, Gea pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan untuk membuat kue. Ia membeli secukupnya saja. Karena ia baru mau mulai usaha.
Sepulang dari pasar, Gea langsung mengeksekusi semua bahan-bahan yang ia beli. Hingga 3 jam kemudian kue yang dibuatnya sudah matang. Ada kue bolu pandan, brownis, dan aneka kue yang lainnya. Ia membawa beberapa potongnya ke rumah Bu Endah.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, ayo masuk dulu," ucap Bu Endah.
Keduanya kini sudah duduk di ruang tamu. Gea memberikan kue yang dibuatnya.
"Sebentar, ibu ampil pisau sama piring dulu."
Gea mengangguk. Tak lama kemudian, Bu Endah datang dan membawa apa yang diperlukannya. Ia memotong kuenya dan memasukannya ke dalam mulutnya.
"Eum, ini mah enak banget Gea. Kamu belajar buat kue dari mana? Ibu jamin pasti bakalan laris manis kalau begini mah."
Pujian Bu Endah membuat Gea optimis untuk benar-benar menjual kuenya.
"Belajar dari ibu di kampung. Dulu ibu sering buat kue kalau ada saudara yang hajatan. Terus Gea suka bantu. Dari sanalah Gea belajar."
"Wah, pantas saja. Lalu kapan mau coba jualan Ge?" tanya Bu Endah lagi sambil memakan kuenya.
"Rencananya sih hari ini Bu. Tapi Gea masih agak takut, takut kalau nggak ada yang beli."
"Emang kamu tadi buat banyak kuenya Ge? Jangan takut, pasti akan ada yang beli kok. Gini saja, kue yang kamu bawa sekarang ibu beli saja. Anggap ibu ini pelanggan pertamamu."
"Ih, jangan Bu. Gea kan niat ngasih ke ibu bukan menjualnya."
"ya sudah, ibu bantu promosiin ke ibu-ibu yang lain ya."
Gea mengangguk. Setelah mengobrol lama disana, Gea pamit pulang dan akan mulai menjual kuenya.
Di hari pertama, Gea menjualnya berkeliling kampung. Ia menghargai satu potong kuenya 3 ribuan. Sudah sepanjang jalanan kampung Gea berkeliling, tapi hanya beberapa saja orang yang membeli kuenya.
Karena lelah berjalan kaki, Gea pun berhenti di depan masjid. Pas nya saat itu waktu sholat ashar pun tiba. Gea menunaikan kewajibannya dulu disana.
Seusai sholat, ketika akan berkeliling lagi, Gea disapa oleh salah seorang ibu disana.
"Kamu jualan apa nak? Ibu lihat-lihat daganganmu masih banyak."
"Jualan beraneka macam kue Bu."
"Coba buka, ibu mau liat," pinta ibu itu.
Ibu itu mengambil brownis dan memakannya disana. Senyum di bibirnya terangkat begitu saja.
"Ibu borong semuanya ya. Tapi bisa nggak kamu antar ke rumah ibu?"
"Wah, benar ibu mau borong semuanya? Bisa Bu, bisa," jawab Gea dengan senyum sumringah di bibirnya.
Ibu itu mengangguk.
Keduanya pun berjalan beriringan. Ibu itu terus mengajak Gea untuk mengobrol sampai akhirnya keduanya pun saling berkenalan. Nama ibu itu adalah Ratih, ia termasuk dari kalangan ibu sosialita di kampung.
Sesampainya di depan rumah Bu Ratih, Gea memberikan semua dagangannya, Bu Ratih pun memberikan uangnya.
"Bu, ini terlalu banyak. Total semuanya hanya 210 ribu saja."
"Sudah, ambil saja, anggap itu sebagai rezeki untuk kamu. Ibu minta nomor kamu ya. Soalnya beberapa hari ke depan, di rumah ibu ada banyak tamu."
"Terima kasih ya Bu."
Gea pun memberikan nomor ponselnya pada Bu Ratih kemudian pulang dengan senyuman yang terus terpancarkan dari bibirnya. Sesampainya di rumah, Gea mengganti bajunya, dengan daster rumahan.
"Alhamdulillah, rezeki memang tak akan kemana."
*
*
Jakarta
Baby Alwin terus menangis dan Selena jadi pusing karenanya. Sudah diberi susu formula pun masih terus menangis. Padahal di hari-hari sebelumnya kan biasa-biasa saja.
"Astaga Selena! Itu kenapa Alwin menangis kamu biarkan begitu saja?" ucap Tamara kemudian mengendong Alwin.
"Cup! Cup! Cup! Cucu oma kenapa sayang? Haus ya? Apa lapar?"
Namun, Alwin masih terus menangis.
"Selena coba kamu susui anakmu," ucap Tamara sambil memberikan Alwin ke gendongan Selena.
"ASI ku tidak keluar ma. Makanya sejak lahir, Alwin aku beri susu formula," bohong Gea.
"Oh, ya ampun. Coba sana kamu buat dulu susunya."
"Sudah ma, aku juga sudah coba untuk menyusuinya pakai dot. Tapi Alwin tetap menangis ma. Aku bingung."
"Coba buka pampers nya siapa tahu Alwin pup," ucap Tamara.
Benar saja, rupanya Alwin menangis karena tidak nyaman. Setelah dibuka Pampers nya baunya begitu tercium sangat tidak enak.
"Kebanyakan bayi itu menangis kalau bukan karena lapar dan haus pasti ya karena dia tidak nyaman. Mama sih masih mewajarkan kalau kamu masih belum tahu banyak. Karena kamu baru menjadi ibu. Jadi, kalau kamu bingung, kamu bisa tanyakan apapun ke mama."
Selena mengangguk. Tamara pun keluar dari kamar Selena. Ini adalah pertama kalinya Selena akan membersihkan pup Alwin. Karena selama ini yang mengurus Alwin adalah baby sitter. Sementara kini baby sitter itu diperintahkan Selena untuk membeli keperluan Alwin ke supermarket.
Selena mendengus sebal. Dengan sangat terpaksa Gea pun memberikan pup Alwin. Namun tiba-tiba,
"Brooot."
"Argh! Sialan!"
Pup Alwin mendarat tepat di wajah Selena. Selena pun langsung pergi untuk membersihkan wajahnya yang sudah pakai skincare mahal itu. Di dalam kamar mandi, Selena terus saja mengumpat karena Alwin sudah membuatnya kesal.
Kalau saja anak itu bukan cucu kesayangan keluarga ini, dan bukan syarat agar David dan Selena bisa menikmati fasilitas mewah lagi. Bisa dipastikan Selena tak akan mau mengurusnya. Toh memang selama ini Selena hanya pura-pura mengasuh Alwin di depan mertuanya saja. Selebihnya, baby sitter lah yang mengurusnya.
Tangis Alwin terus terdengar, hingga membuat Selena frustasi dibuatnya. Belum lagi dengan wajahnya yang masih tercium bau pup Alwin padahal sudah ia basuh dengan 3 kali basuhan menggunakan sabun.
Untungnya, sebelum mama mertuanya datang dan memarahinya, baby sitter pun datang dan membersihkan pup Alwin. Selena yang keluar dari kamar mandi pun merasa lega.
"Akhirnya kamu datang juga. Lama banget sih belanjanya. Aku kan jadi repot," ucapnya pada baby sitter yang bernama Santi itu. Kalau dilihat dari wajah Santi, wanita itu memang lebih tua dari Selena mungkin sekitar 6 atau 7 tahun lebih tua.
"Maaf nyonya. Tadi kasirnya penuh, jadi saya harus mengantri untuk membayar barang-barangnya."
"Ya, ya, ya, lanjutkan saja urus bayinya. Aku mau perawatan dulu. Gara-gara pup dia wajahku jadi terkontaminasi kuman dan bakteri. Kalau mama Tamara cari aku, bilang saja aku pergi ke rumah sakit untuk konsultasi mengenai ASI."
"Baik nyonya."
"Bagus, kamu memang harus menurut, supaya keluarga kamu tidak jadi imbasnya. Teruslah menurut seperti ini."
Santi mengangguk kemudian melihat kepergian Selena dari kamar. Ia menatap ke arah Alwin bayi malang yang harus dipisahkan dari ibu kandungnya sendiri.
*
*
TBC