Aditya Dave Mahendra, di takdirkan menjadi pewaris yang akan memimpin beberapa perusahaan besar milik kedua orang tuanya.
Lahir dari kedua orang tua yang sama-sama menjadi anak tunggal dalam keluarga kaya raya, bisa di bayangkan berapa banyak aset-aset miliknya yang pasti tidak akan habis 7 turunan.
Pria tampan yang memiliki garis wajah tegas itu, menuruni sifat ayahnya. Aditya di kenal sangat tegas dan disiplin dalam segala hal. Dia juga terkenal dingin di perusahaan dan orang-orang sekitar. Kecuali pada keluarganya dan orang yang menurutnya spesial.
Aditya bahkan sangat over protective pada adik perempuannya, Aurelia. Sampai tidak ada laki-laki yang berani mendekati Aurelia meski kini gadis itu sudah berusia 18 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Siapa.?" Bisik Dave di telinga kiri Davina. Dia menghampiri dan memeluk istrinya yang sedang menerima telfon.
"Sebentar, Tante bicara dulu dengan Om." Kata Davina sebelum menjauhkan ponselnya dari wajah.
"Juno, dia ingin mengajak Elia ke bioskop. Kamu mengijinkannya.?" Tanya Davina pelan, sengaja agar Juno dan Elia tidak mendengarnya di seberang sana.
Dave menaikan sebelah alisnya. Seumur-umur baru kali ini Juno mengajak Elia pergi. Dia jadi memiliki kecurigaan pada mereka berdua.
"Apa mereka punya hubungan.?"
Davina mengangkat kedua bahunya tanda tidak tau.
"Aku rasa Elia tidak berani memiliki hubungan dengan siapapun untuk saat ini." Tutur Davina yakin. Elia meski sangat ingin memiliki kekasih seperti teman-temannya, tapi Davina tau putrinya itu tidak akan pernah mengecewakan keluarganya.
Dia lebih baik menahan diri untuk tidak memiliki kekasih dari pada melanggar larangan.
"Lalu dalam rangka apa.?" Ujar Dave. Rasanya aneh karna tiba-tiba mereka berdua akan pergi bersama. Sekalipun Juno sangat dekat dengan mereka dan dulu sudah di anggap seperti anak sendiri. Tapi baru kali ini mereka akan pergi berdua.
"Juno bilang dulu dia sudah janji pada Elia untuk mengajaknya menonton saat kembali ke Indonesia. Sekarang Elia menagih janjinya." Davina menjelaskan sesuai yang di katakan oleh Juno sebelumnya.
"Bagaimana.?" Tanya Davina saat suaminya hanya diam saja.
"Pukul 5 sore Elia sudah harus sampai di rumah." Sebuah kalimat yang membuat Davina mengangguk paham dan dia langsung berbicara lagi dengan Juno di seberang sana.
Davina tak bertanya pada suaminya kenapa bisa memberikan ijin pada Juno untuk mengajak Elia pergi berdua. Mengingat Juno sudah di anggap sebagai bagian dari keluarga mereka, Davina merasa itu bukan sebuah masalah besar jika membiarkan Elia dan Juno jalan berdua.
...******...
"Kalau tau seperti ini, aku pasti akan mengajak Kak Juno jalan berdua begitu tau Kakak kembali ke Indo,," Ujar Elia dengan wajah dan tatapan mata yang berbinar. Ini pertama kalinya di bisa pergi berdua dengan pria lain atas ijin dari kedua orang tuanya. Tentunya selain Aditya, karna pria itu adalah Kakaknya.
Tidak perlu di tanya bagaimana perasaan Elia saat ini. Wajahnya yang berseri dan senyumnya yang merekah, sudah jelas menggambarkan suasana hati Elia yang sedang bahagia.
Juno menanggapi dengan seulas senyum tipis, dia tengah fokus mengendarai mobilnya menuju pusat perbelanjaan. Mereka pergi menggunakan mobil Elia. Jadi setelah menonton, Juno akan langsung mengantarkan Elia pulang ke rumah.
"Kak Juno,," Elia memanggil dengan raut wajah serius.
"Ya, kenapa.?" Juno melirik sekilas. Dia ikut senang karna sejak tadi bisa melihat senyum kebahagiaan dari wajah Elia.
"Apa Kak Juno masih punya pacar.?" Elia menatap penasaran.
Juno sedikit terkejut mendengarnya dan kembali melirik Elia. Tapi gadis itu tampak serius menunggu jawaban darinya.
"Tidak untuk saat ini. Aku masih fokus dengan kafe dan pekerjaan di kantor."
Elia mengangguk sekilas, dia mengerti maksud Juno.
"Lalu kapan Kak Juno ingin punya pacar lagi.?"
"Bagaimana kalau aku saja yang jadi pacar Kak Juno.? Tidak masalah kalau harus menunggu."
"Kak Juno suka padaku tidak.?" Elia bicara dengan polosnya dan sesantai itu menatap Juno seolah-olah ungkapan isi hatinya bukan sebuah masalah yang serius.
Berbeda dengan Juno, pria itu hampir mengerem mendadak karna mendengar perkataan Elia. Beruntung dia bisa mengendalikan dan langsung menurunkan laju mobilnya perlahan.
Juno lantas menepikan mobilnya karna merasa perlu bicara serius dengan Elia.
"Kalau Aditya tau kamu bicara seperti ini padaku, kepalaku bisa di penggal." Ujar Juno seraya bergidik ngeri. Juno yakin Aditya tak akan tinggal diam meskipun dia sahabatnya sendiri.
"Kak Juno berlebihan. Mana mungkin Kak Adit begitu." Elia jadi sedikit cemberut, jawaban Juno sama sekali tidak memuaskan.
Juno menarik nafas dalam, dia menatap Elia dengan teduh seperti tatapan sayang pada adik sendiri.
"El,, jangan sembarangan mengajak pria berkencan. Kalau pria itu tidak tau siapa orang tua dan Kakakmu, dia akan mendapat masalah besar jika sampai mengencani mu." Tutur Juno serius.
Aditya dan kedua orang tua Elia sudah mati-matian menjaga gadis itu, tentu saja mereka tak akan membiarkan pria manapun mengencani Elia sebelum waktunya.
"Kak, bagaimana kalau kita diam-diam berkencan.? Aku rasa mereka tidak akan curiga." Usul Elia tak menyerah. Nasehat dari Juno seolah tidak memberikan pengaruh apapun, Elia masih kekeuh ingin berkencan.
"Tidak Elia, aku belum punya power untuk melawan orang tua dan Kakakmu." Juno mengusap lembut pucuk kepala Elia.
"Lagipula kamu sudah seperti adikku sendiri." Lanjutnya seraya tersenyum teduh.
Sungguh jawaban yang membuat Elia sangat sedih karna di tolak secara halus.
"Baiklah, aku menyerah." Elia tertunduk lesu.
"Ayo jalan, aku mau langsung pulang setelah menonton." Elia memfokuskan pandangan ke luar jendela. Keceriaan di wajahnya sudah memudar. Dan Juno menyadari hal itu. Dia tau Elia sangat kecewa, tapi dia juga tidak bisa memberikan harapan apapun pada gadis cantik itu.
Sekalipun dia bersahabat dengan Aditya, Juno yakin Aditya tidak akan membiarkannya mengencani Elia.
"Jangan sedih, nanti ada waktunya kamu boleh kencan." Juno mencoba menghibur Elia.
"Kamu sangat cantik, sekalipun tidak berkencan di usia remaja, pasti banyak pria yang ingin menjadikanmu sebagai istri." Tuturnya kemudian terkekeh gemas karna Elia sempat melongo.
...******...
"Kamu sakit Mil.?" Tegur Aditya di sela-sela meetingnya bersama Milea dan Jordan.
Milea mendongak untuk menatap atasannya. Kini Aditya bisa melihat dengan jelas wajah pucat Milea. Pantas saja Milea sedikit lebih pendiam dari biasanya. Padahal dia paling semangat jika di minta presentasi atupun mengeluarkan ide.
"Hanya sedikit pusing Tuan. Maaf kalau meetingnya terganggu karna saya." Milea membungkuk sopan.
"Saya akan lebih fokus lagi." Ujarnya penuh semangat.
"Kamu boleh pulang sekarang. Pastikan besok kondisi kamu sudah fit. Pekerjaanmu masih banyak." Ujar Aditya datar.
"Meetingnya saya tutup.!" Aditya beranjak dari duduknya.
"Jo, tolong bereskan berkasnya dan bawa ke ruangan saya." Ujarnya tanpa menatap Jordan dan berlalu ke arah pintu untuk keluar dari ruangan.
"Baik Tuan,," Jordan bergegas melaksanakan perintah Aditya.
Untung Elia polos orangnya,gak cerdik,kalo cerdik dia yg akan meninggalkan kamu..