USAI

"JANGAN SENTUH AIRA!!!"

Raditya masuk ke dalam kamar hotel Alex, berserta pegawai hotel dan para karyawan C&A Florist yang kebetulan sedang mendecor ballroom hotel, hotel yang sama dimana Alex membawa Aira.

Bruuug....

Raditya menarik Alex yang tengah mencumbui tubuh Aira, kemudian ia menghempaskannya ke lantai dengan sekuat tenaga.

"Astagfirullahaladzim." Raditya menarik selimut untuk menutup tubuh Aira yang hanya mengenakan pakaian dalam, ia memerintahkan Winda dan Reni untuk membereskan pakaian Aira dan menemaninya.

"Dasar breng*ek"

Bruuug...

Raditya kembali menarik pakaian Alex dan memukulinya bertubi-tubi, ia tak menghiraukan beberapa orang pihak keamanan hotel yang mencoba melerainya, Raditya terus meluapkan kemarahan atas tindakan Alex terhadap Aira.

Mendengar suara ribut-ribut, perlahan Aira membukanya matanya, samar-samar ia menoleh ke arah sumber keributan, ia melihat Raditya tengah memukuli Alex.

Ia masih bingung dengan apa yang terjadi, dan mengapa dirinya berada di sebuah kamar hotel dan di kelilingi banyak orang.

"Bang Radit." Ucapnya lirih.

"Awww." Ia memegang kepalanya yang masih terasa sakit.

"Bu Aira.. Bu Aira tidak apa-apa?" Tanya winda dan reni dengan cemas.

"Wind, ren apa yang terjadi padaku?" Tanya Aira panik, ia baru menyadari jika tubuhnya hanya di tutupi oleh selimut.

Belum sempat Winda menjawab pertanyaan Aira, Reza yang sebelumnya Winda hubungi pun tiba di kamar hotel.

"AIRA..." Reza langsung menerobos masuk ke dalam menghampiri Aira.

"Byy, kamu tidak apa-apa kan sayang?" Tanyanya cemas sambil membelai wajah Aira yang terlihat ketakutan dan berantakan.

"Byy aku takut hikss..." Aira menangis di pelukan Reza.

"You have nothing to be afraid of, I'm here baby." Reza mengelus rambut Aira dengan lembut.

"Baby?" Gumam Raditya, seketika ia menoleh ke arah Aira, menghentikan pukulannya.

Dadanya sesak, melihat Aira menangis di pelukan pria yang tak ia kenal. Banyak tanya dalam benaknya mengenai sososk pria yang memeluk Aira.

"Dasar bajing*n, ayo ikut aku sekarang. Kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu." Raditya menarik paksa Alex keluar kamar hotel, di ikuti oleh pegawai hotel dan karyawan pria C&A Florist.

Suasana kamar menjadi sunyi, selepas Raditya membawa Alex ke kantor polisi, di kamar hotel hanya tinggal Reza, Winda dan Reni yang menemani Aira.

"Aku benar-benar tidak ingat apa-apa, seingatku tadi aku sedang meeting bersamanya di restaurant, kemudian kepalaku sangat pusing dan aku tidak tahu lagi apa yang terjadi selanjutnya. Tiba-tiba saja aku sudah berada sini dan sudah banyak orang hikss..." Tubuh Aira gemetar menceritakan kejadian yang ia alami.

"Byy, dia hampir memperkosaku Huhuu..." Aira meremas selimut yang menutupi tubuhnya.

"Maafin aku ya byy, harusnya aku datang lebih awal, harusnya sebelum berangkat aku membuka GPS untuk melihat situasi lalu lintas agar tidak terjebak macet." Ucap Reza, ia menghapus air mata Aira yang mengalir di pipinya.

"Maafin kami juga Bu Aira, kami terlambat menolong ibu karena pihak hotel tadinya tidak mau membukakan kamar hotel ini dengan alasan melanggar pivasi pengunjung, tapi tadi untungnya ada pria yang datang membantu kami sehingga pihak hotel mau membukakan pintu kamar ini." Ucap Reni.

"Apa pria yang memukul Alex tadi?" Tanya Aira.

"Ia Bu Aira, pria yang tadi memukul dan membawa Pak Alex keluar." Ucap Reni.

"Bang Radit." Gumam Aira.

"Maaf Bu Aira, aku baru saja mendapat pesan dari Azzam. Jika pria yang tadi menolong Bu Aira, membawa Pak Alex ke kantor polisi, ia melaporkan Alex atas tuduhan percobaan pemerkosaan." Ucap Winda.

"Ai, boleh aku bicara berdua denganmu sebentar?" Tanya Reza, Aira menganggukan kepalanya, ia meminta Winda dan Reni untuk keluar dari kamar hotel dan kembali melanjutkan pekerjaan mereka.

"Baik Bu." Reni dan Winda pun keluar dari kamar hotel.

"Ai, aku lihat Alex bukan orang biasa. Apakah itu benar?" Tanya Reza.

"Ia, dia Direktur di salah satu perusahaan berskala internasional di BSD." Jawab Aira.

"Ai, minggu depan aku berencana mengajakmu dan juga Chelsee untuk menemui orang tuaku di Bandung, aku ingin mengenalkanmu pada mereka sebagai calon istriku." Reza menatap mata Aira dan menggenggam tangannya.

"Aku mengerti jika kamu ingin memberikan pelajaran kepada Alex, tapi jika kamu menuntutnya kemudian ini menjadi berita dan berita itu tersebar hingga orang tua dan keluarga besarku mengetahuinya, tentu ini akan sulit untuk kita." Ucap Reza.

"Maksud A'Reza, aku harus membiarkan dia bebas begitu saja, setelah apa yang telah ia perbuat padaku?"

"Bukan begitu maksudku byy, stigma negatif yang beredar dalam kasus ini biasanya beranggapan, jika pelecehan sek*ual terjadi akibat perilaku korban sendiri. Misalnya, wanitanya yang menggoda atau pakai baju terlalu terbuka."

"Tapi aku enggak salah byy."

"Ya aku tahu kamu tidak salah, tapi jika kamu tetap meneruskan kasus ini kemudian orang tuaku dan keluargaku tahu masalah ini, ini akan mempersulit langkah kita untuk kejenjang selanjutnya , karena jujur saja keluargaku bukan orang yang open minded, mereka masih sangat tabu akan masalah ini." Reza menjeda kalimatnya sesaat, kemudian ia melanjutkannya kembali.

"Begini saja, aku akan lebih protect lagi menjagamu, dan kamu jangan pernah keluar sendirian lagi, ajak aku atau karyawanmu untuk menemanimu. Lagi pula jika kamu meng-up masalah ini, bagaimana dengan chelsee? tentu akan menjadi bahan gunjingan ibu-ibu di sekolah."

"I know how you feel, byy. Aku sayang banget sama kamu." Reza kembali memeluk Aira dengan hangat.

Meski sangat berat bagi Aira, namun ia menerima jika apa yang katakan Reza memang ada benarnya.

"Sekarang pakai lagi ya pakaianmu, aku tunggu di luar." Reza mengambil pakaian Aira dan memberikannya kepada Aira.

Setelah Aira siap, mereka berdua pergi ke kantor polisi untuk mencabut laporan. Raditya sangat terkejut dengan apa yang di lakukan oleh Aira.

"Ra, dia sudah melecehkanmu, dia pantas untuk mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatan yang telah ia lakukan." Ucap Raditya sambil menatap mata Aira.

"Mengapa tatapannya masih sehangat yang dulu?" Gumam Aira dalam hati, ia menggelengkan kepalanya agar kembali fokus pada permasalahannya.

"Terima kasih telah menolongku, aku tidak akan pernah melupakan kebaikan Bang Radit. Tapi aku mohon pada Bang Radit untuk tidak ikut campur atas keputusan yang sudah aku ambil. Bang Radit urus saja keluarga Bang Radit, aku harap Bang Radit tidak seperti Pak Alex. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih, permisi." Aira membalikan tubuhnya kemudian menggandeng tangan Reza keluar dari kantor polisi.

Raditya hanya bisa hanya bisa melihat Aira yang semakin lama menjauh darinya.

"Harusnya tadi aku membunuh bajin*an itu, aku lebih ikhlas masuk penjara seumur hidup dari pada melihatnya bebas berkeliaran." Raditya menatap Alex dengan tatapan membunuh.

Drrrt... drrrt...

Panggilan masuk dari mamahnya menyadarkannya akan titipan pesanan makanan mamanya, sepulang kantor mamahnya meminta radit untuk membeli makanan di Lettuce Eat Restaurant.

Disanalah ia melihat Alex membawa Aira, masuk ke dalam mobilnya, Raditya pun mengikutinya hingga ke Alex membawa Aira masuk ke dalam hotel.

"Ia mah, ia ini aku lagi di Lettuce Eat Restaurant. Pesanan mamah sebentar lagi siap kok, tadi Radit makan di sini dulu jadi agak lama." Raditya berlari keluar dari kantor polisi.