Ardian Pramana seorang pria tampan yang arogan sombong yang hobinya balapan liar dan suka mempermainkan wanita hingga membuat kakeknya resah karena dia adalah cucu tunggalnya hingga ia ingin mencari jodoh untuk sang cucunya,
karena pringai sang cucu seperti itu maka ia meminta tolong sahabatnya yg kebetulan memiliki pondok pesantren An Nur dan berharap agar salah satu santriwati berkenan agar menjadi istri sang cucu.
Apakah ada dari mereka yang bersedia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ramanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Mahar.
Setelah Ardiyan meninggalkan ruang keluarga Anisah pun di suruh kakek Rusdi untuk membantu Ardiyan. Anisah pun mengikuti Ardiyan pergi ke kamar ardiyan.
Tok tok tok.
Ia pun mengetuk pintu kamar Ardiyan.
" Masuk!" Ucap Ardiyan di dalam kamarnya.
Anisah pun memasuki kamar tersebut ia melihat sekilas isi kamar tersebut dan tanpa sengaja ia melihat Ardiyan sedang berbaring di ranjangnya lalu ia pun berbalik ingin kembali keluar namun langkahnya terhenti karena suara berat seseorang.
"Mau kemana kau?" Ucapnya dengan posisi tangan kanan menutup matanya.
Anisah pun terhenti.
"Cepat beresin bajuku kedalam koper" perintahnya tetap dengan posisi sama.
Anisah pun langsung mengerjakan yang di perintahkan ardiyan padanya. Iya mengambil beberapa baju yang Ardiyan perlukan setelah semuanya dia rasa cukup ia pun mengunci koper tersebut. Lalu ia bermaksud untuk duduk di sofa belum sempat duduk tiba-tiba Ardiyan bangun dan langsung membawa koper tadi.
"Ayo pergi!" Ucapnya sambil berlalu meninggalkan Anisah. Anisah pun mengikutin Ardiyan yang sudah lebih dulu berjalan. Sampai di ruang keluarga nampak kakek masih duduk di sana Ardiyan pun menghampiri sang kakek untuk berpamitan.
" Sudah mendapatkan pilihan?" Tanya kakek Rusdi.
"Hmm kami akan tinggal di Rumah Mahar" jawabnya ketus.
"Bagus! Ingat jangan kecewakan kakek!.. jaga Anisah dan ingat jangan pernah menyakitinya bila kau menyakiti Anisah, itu sama saja kau sudah menyakiti kakek. Kau mengerti Ardiyan?"
Ucap kakek Rusdi tegas.
"Iis sebegitu istimewanya dia di mata kakek apa sih yang di lihat kakek" batin Ardiyan kesal.
"Dan jangan menghalangi Anisah untuk mengabadikan dirinya pada podok pesantren Abinya, kalau bisa setiap ada kesempatan bantulah dia di sana'" tambah kakek Rusdi lagi.
"Baiklah kek, kalau begitu kami pamit " jawab Ardiyan dengan wajah kesalnya.
"Baiklah... Anisah kakek titip Ardiyan yaa buatlah dia menjadi seseorang yang baik" ucap kakek juga pada Anisah. Dan di anggukkan oleh Anisah
" haa emang gw anak kecil apa main di titipkan bikin kesal saja kakek"batinnya lagi
Ardiyan yang mendengar perkataan kakeknya pada Anish mulai kesal.
"Ayo!!... Kami pergi kek!" Ucapnya kesal sambil berlalu tanpa menunggu jawaban dari kakeknya.
Setelah Ardiyan tak terlihat lagi Anisah membuka suaranya.
"Maafkan bang Ardiyan ya kek.. dan maafkan Nisah yang tak pernah menjawab perkataan kakek selama ini" ucap Anisah
"Iya Kakek paham Anisah.. Ardiyan memang harus di kasih pelajaran agar dia menjadi orang yang kita harapkan.. kakek percayakan dia pada mu ya nak" ucap kakek lagi.
"In syaa Allah kek bantu doain kami ya kek" ucap Anisah.
" Selalu nak doa kakek selalu ada untuk kalian.. ya sudah sana pergi jngan biarkan dia menunggu lama " ucap kakek lagi dan di anggukkan Anisah.
" Ya sudah Nisah pergi ya kek Assalamualaikum" ucapnya sambil menyium tangan kakek dan berlalu meninggalkan kakek setelah salamnya di jawab.
Anisah pun keluar menuju mobil yang sudah ada Ardiyan dan Dimas di dalamnya. dia pun langsung memasuki mobil tersebut.
"Ck lama sekali si kamu!" ucap Ardiyan kesal. Anisah hanya diam saja.
"Sudah sudah Anisahkan harus pamit sama kakek Lo.. " ucap Dimas terputus karena di potong Ardiyan.
"Diam Lo!.. jalankan saja mobilnya!!" jawabnya ketus.
"ck iya!!" jawab Dimas dan menjalankan mobilnya.
"*Dasar orang buta.. dia tidak akan pernah melihat keindahan pada istrinya .padahal dari matanya nampak kalau dia wanita yang cantik" _Dimas
jangan lupa tinggalkan jejak yaa All😉*