NovelToon NovelToon
MADU YANG KU NAFKAHI

MADU YANG KU NAFKAHI

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Suami Tak Berguna / Selingkuh / Romansa
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

Mursyidah Awaliyah adalah seorang TKW yang sudah lima tahun bekerja di luar negeri dan memutuskan untuk pulang ke kampungnya. Tanpa dia tahu ternyata suaminya menikah lagi diam-diam dengan mantan kekasihnya di masa sekolah. Suami Mursyidah membawa istri mudanya itu tinggal di rumah yang dibangun dari uang gaji Mursyidah dan bahkan semua biaya hidup suaminya dan juga istrinya itu dari gaji Mursyidah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JATUH SAKIT

Gunadi baru saja akan menyuap sarapannya ke mulut, Sepiring nasi goreng kampung dengan telur ceplok di atasnya. Belum sempat sendok masuk ke mulutnya sebuah suara menghentikan gerakannya.

"Mana to Gun, kok ibu belum di kasih uang juga?"

Rukmini menghenyakkan pinggulnya di kursi di sebelah Gunadi. Wajahnya tampak kesal. Matanya memandang sekeliling ruangan.

"Mana Astuti, kok kamu makan sendirian?"

"Nggak tau, keluar mungkin. Sama kayak ibu dari pagi uang terus yang ditanyakannya."

"Memang si Mursyidah belum mengirimkan uangnya juga? Bukannya ini udah lebih seminggu ya? Kamu nggak telepon dia?"

"Sudah Bu... Nomornya nggak aktif, udah berapa kali aku bilang sama ibu." Gunadi merotasi bola matanya, kesal dan juga malas meladeni ocehan ibunya.

"Kenapa sih ibu sama Astuti sama saja, uang terus yang ada dalam pikirannya?" Gunadi mendengus kesal.

"Tentu saja uang yang ibu tanyakan karena itu kebutuhan utama ibu. Banyak yang akan ibu beli dengan uang belum lagi arisan dan kredit ibu yang jatuh tempo.

Kamu sendiri apa tidak butuh uang? Ibu lihat usahamu sepi-sepi aja, kalau bukan mengharapkan kiriman dari Mursyidah, dari mana lagi kita mendapatkan uang?"

"Nggak taulah bu, pusing kepalaku. Sampai sekarang nomornya masih belum aktif juga, apa jangan-jangan dia sakit," pikir Gunadi, setelah itu dia kembali meneruskan sarapannya tanpa melihat lagi pada ibunya.

"Jadi sekarang kamu mengkhawatirkannya?"

Rukmini menarik tangan anaknya yang sedang serius makan.

"Bukan begitu bu, kalau dia sakit kan kita juga yang rugi. Seperti sekarang kiriman uang jadi telat," Sahut Gunadi menjelaskan. Rukmini manggut-manggut mendengarkan.

"Atau jangan-jangan dia saat ini sedang sekarat karena disiksa majikannya. Kan banyak tuh kejadian yang seperti itu."

"Janganlah bu, kalau dia mati aku nggak punya penghasilan lagi. "

"Loh, bukannya itu bagus. Nanti kamu kan bisa dapat warisannya."

"Warisan apa bu? Kan semua gajinya dikirimkan semua untuk aku dan ibunya, palingan dia hanya pegang satu atau dua juta saja. Sudahlah bu, jangan mikir yang macam-macam. Mudah-mudahan aja dia tetap sehat dan memperpanjang kontraknya, jadi aku selalu dapat kiriman tiap bulannya."

"Terserah kamulah! Ibu nggak mau tau, pokoknya ibu minta jatah ibu tiga bulan ini!" Tegas Rukmini dan berdiri.

"Aku juga mas, pokoknya aku mau ngemall! Terserah kamu mau dapat uang dari mana. Eh, ngomong-ngomong uang jatah ibunya Mursyidah kan nggak kamu kasihin, sini buat kami aja biar kami bisa belanja. Benar nggak bu?

Astuti melirik pada Rukmini sambil mengangkat dagunya meminta persetujuan dan dukungan dari ibu mertuanya itu.

"Iya-iya nanti aku pikirin. Kamu sama ibu sama saja bikin aku pusing. Sudahlah, aku berangkat saja selera makanku jadi hilang. "

Gunadi meletakkan sendoknya kemudian meneguk air yang tinggal sedikit di gelas lalu melangkah keluar dari ruang makan tersebut. Dia masih mendengar ibunya yang berbicara dengan Astuti.

"Jadi uang buat ibu si Mursyidah masih dipegang Gunadi? "

**

Mursyidah memejamkan matanya saat akan mengayun pecahan beling yang ada di tangannya.

Meskipun dia nekad ingin mengakhiri hidupnya tetap saja dia tidak sanggup melihat pecahan beling itu memutus urat nadinya.

Blaasshh...

Belum sempat pecahan beling itu mengenai urat nadinya, sebuah tangan menyambar pergelangan tangan Mursyidah hingga tangan Mursyidah berhenti di udara. Mursyidah membuka pejaman matanya dan melihat ke sisi kanannya.

"Mbok Jah? Kenapa mbok ada di sini?"

"Eling nduk, eling... Apa yang kamu lakukan? Ayo buang dulu pecahan belingnya!"

Mbok Walijah menurunkan tangan Mursyidah,

kemudian ikut duduk di samping wanita muda itu. Mursyidah membuka genggamannya dan menjatuhkan pecahan beling yang dipegangnya itu ke tanah. Mbok Walijah dengan cepat menyingkirkannya.

"Aliyah kenapa kamu punya pikiran seperti itu? Itu dosa besar nduk... Jangan pernah putus asa, Gusti Allah sangat benci pada orang yaang cepat berputus asa. Dan ingat, kamu punya anak, juga adikmu yang harus kamu jaga."

Mbok Walijah mengusap-usap punggung Mursyidah yang sedang tertunduk. Wanita muda itu terisak menangisi kebodohannya. Seandainya saja mbok Walijah tidak datang mungkin saja dia saat ini sudah tidak ada di dunia ini atau juga dia tidak mati tapi sekarat antara hidup dan mati.

"Aliyah... Ayo pulang!"

Mbok Walijah berdiri dan menarik tangan Mursyidah.

Dia tidak ingin bertanya apa pun lagi yang mungkin saja semakin membuat Mursyidah bersedih.

"Ayo nduk!"

Mursyidah ikut berdiri dan mengikuti langkah mbok Walijah berjalan meninggalkan pusara ibunya.

"Dari mana mbok tau kalau aku ada di sini?" tanya Mursyidah pelan. Wanita itu berjalan menunduk mengikuti mbok Walijah yang menuntun tangannya. Mereka keluar dari area makam dan mulai menyusuri jalan setapak dan pematang sawah. Beberapa orang yang

berada di sawah memperhatikan mereka.

"Mbok Jah! Siapa perempuan yang bersama kamu itu mbok?!" Teriak salah satu dari mereka yang memandang aneh pada mbok Walijah dan Mursyidah yang bercadar.

"Keponakan Sakinah yang dari seberang, tadi minta diantar ke makam!" Mbok walijah ikut berteriak menjawab pertanyaan orang tersebut dan meneruskan jalannya. Orang-orang itu tidak bertanya lagi. Mbok Walijah menoleh ke arah Mursyidah yang berjalan di belakangnya.

"Saat mbok di sawah mbok melihat kamu yang berjalan sendirian. Mbok yakin kamu ke makam ibumu lalu mbok ikuti karena kuatir kamu kenapa-napa, dan benar saja kan terjadi apa yang mbok pikirkan."

"Mbok..."

"Iya kok! Dua hari ini kamu lebih banyak melamun dan tidak mau makan, mbok tau semuanya. Mbok selalu perhatikan kamu. Sekarang kamu jangan memikirkan apapun, sampai rumah langsung istirahat. Jangan melamun dan sendrian lagi, biar nanti mbok suruh Zafira menemanimu mengobrol. Mbok mau masak sebentar."

**

Sudah tiga hari sejak mengunjungi makam ibunya Mursyidah jatuh sakit. Wanita itu tidak mau makan dan badannya pun jadi kurus. Mursyidah pun tidak mau berobat. Mbok Walijah sudah membujuknya sedemikian rupa, tapi Mursyidah tetap tidak mau makan dan juga tidak mau berobat.

"Ayo nduk makan biar cepat sehat. Bagaimana kamu mau berangkat bekerja lagi kalau sakit begini? "

Mbok Walijah meletakkan semangkuk bubur ayam yang masih panas dan segelas teh manis.

"Mbok, aku mau ketemu Amar. Suruh dia ke sini mbok, aku kangen, "Gumam Mursyidah lirih sambil memandang langit-langit kamarnya. Badannya terbaring lemah di atas tempat tidur kamarnya. Sudah dua malam ini mbok Walijah dan kedua cucunya menginap di rumah Mursyidah dan Handika juga sudah mengabari Aini.

"Aliyah... Kamu ngomong apa? Amar kan sedang di pesantren, dia nggak bisa ke sini. Sekarang kamu makan dulu biar cepet sembuh. Nanti kalau kamu sudah sehat kita akan ke pesantren mengunjungi Amar. Ayo sekarang makan dulu, sebentar lagi Aini datang"

Mbok Walijah menyuapkan sendok yang berisi bubur ke mulut Mursyidah, tapi wanita itu tidak membuka mulutnya sama sekali. Mursyidah menggelengkan kepalanya menolak suapan mbok Walijah.

"Aku mual mbok, seleraku juga pahit," tolaknya

lemah.

"Ayo nduk... dipaksakan, biar ada tenaga," bujuk mbok

Walijah.

Mursyidah menggeleng lemah kemudian memejamkan matanya. Satu menit, dua menit, tiga menit berlalu. Mbok Walijah diam memperhatikan Mursyidah yang tidur terpejam. Tidak menunggu waktu lama wanita tua itu memanggil cucunya.

"Ya mbok.. " sahut Handika setelah mendekat.

"Pergi bawa motor ke jalan raya, setop angkot yang kosong suruh ke sini. Mbok mau bawa mbak Aliyah ke rumah sakit di kabupaten, ini nggak bisa dibiarkan dia harus di rawat. Jangan lupa kembali hubungi Aini!"

Handika mengangguk dan cepat berangkat dengan motor milik Mursyidah, dua puluh menit kemudian dia kembali dengan sebuah angkot yang mengikuti di belakangnya. Pagi itu Mursyidah dibawa ke rumah sakit dengan antar oleh Mbok Walijah dan kedua cucunya. Handika duduk di kursi depan di sebelah sopir sedangkan mbok Walijah dan Zafira di belakang menemani Mursyidah yang terbaring lemah.

Mursyidah membuka matanya kaerna sebuah suara memanggil namanya. Itu adalah suara ibunya. Wanita yang sangat dia rindukan itu sedang tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Mursyidah.

"Ibu..." Suara Mursyidah lemah.

1
Siti Zaid
Author..terima kasih selalu update ceritanya berkali2...cerita makin menarik..kakak tunggu terus sambungan cerita nya...🤭
Hasri Ani: heheee makasi kembali sudah mampir... 😁😁
total 1 replies
Siti Zaid
Malangnya mursyidah bersuamikan Gunadi..sepatutnya dia merasa bimbang dan risau akan keselamatan mursyidah..malah harta warisan yg difikirkan😠benar2 benalu siGunadi
Ma Em
Gunadi bkn nya sedih mendengar kabar bahwa Mursydah kecelakaan dan meninggal eh malah senang karena akan dapat warisan , tdk taunya Mursydah nya msh sehat segar bugar tambah cantik lagi pasti Amar akan menyesal .
CB-1
semakin menarik ceritanya..makasih author cantik sehat slalu biar makin banyak update nya
Hasri Ani: aamiin.. semoga suka dengan cerita nya😁😁
total 1 replies
CB-1
penasaran apa yg di sembunyikan kinasih
Siti Zaid
Author..terima kasih sudah update berkali2..terbaiklah👍👍👍
Hasri Ani: makasih kembali sudah mampir say... 😁😁
total 1 replies
Siti Zaid
Betapa tidak tahu malu Astuti..sudah rampas suami mursyidah..malah duit hasil titik peluh mursyidah pun dia nak juga..dasar benalu...😠
N Wage
semangat Thor...kutunggu lanjutannya.
N Wage
TOP👍👍👍👍♥️♥️♥️
aku suka cerita halu yg realitis.
N Wage
dan cahaya adalah anak Gunadi yg gak diakui oleh Gunadi.
N Wage
apakah Kinasih pernah selingkuh sama Gunadi?
Ma Em
Bagus Mursydah kamu jgn tertipu lagi sama suamimu yg mokondo itu Mursydah cuma di porotin duitnya doang untuk kasih menyenangkan istri mudanya juga keluarganya , balas semua perbuatan Gunadi yg sdh membohongimu Mursydah buat si Gunadi menyesal .
Hasri Ani: sabar saaayyy sabaaar🤭🤭🤭
total 1 replies
Siti Zaid
Geram banget pada Gunadi..bohong terus ya hidupnya sekarang..takut ketahuan...sayang semua kelakuan busuknya sudah diketahui sama mursyidah...
Siti Zaid
Terima kasih author selalu update ceritanya...👍👍👍penasaran apakah ada rahsia yg disembunyikan kinasih..
Siti Zaid
Nyaris ketahuan sama Gunadi..kalau ketahuan bisa2 nya gagal rancangan mursyidah...
Ma Em
Sudah tdk sabar Thor Mursydah bertemu dgn Gunadi setelah melihat Mursydah cantik pasti Gunadi kaget , tapi Mursydah tetap hrs cerai sama Gunadi biar Mursydah berjodoh dgn ayah temannya Amar 😄😄
Hasri Ani: 🤣🤣🤣ketika jodoh diatur netizen🤣🤣🤣.. hehehe makasi sudah mampir semoga tetap suka ceritanya..
total 1 replies
Siti Zaid
Author ditunggu lanjutannya ya..nak lihat bagaimana mursyidah membalas sakit hatinya pada suami dan juga madunya😠
Hasri Ani: makasi say sudah mampir.. sehat selalu
total 1 replies
Siti Zaid
Terima kasih author sudah update beberapa episode lagi👍👍👍
Siti Zaid
Mursyidah..perempuan yg dikhinati itu harus kuat dan tabah..bangunlah dan balas semua perbuatan suami mertua dan madu mu itu...biar mereka menyesal kerana telah mengkhanati kamu😠
Siti Zaid
Cerita yg menarik..author anda hebat kerana bisa bikin cerita bisa bikin hati panas bila membacanya..terbaik👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!