Di sebuah desa yang masih asri dan sejuk juga tak terlalu banyak masyarakat yang tinggal hidup lah dengan damai jauh dari hiruk pikuk kehidupan kota yang sibuk.
Kegiatan yang wajar seperti berkebun, memancing, ke sawah, juga anak-anak yang belajar di sekolah.
Di sekolah tempat menuntut ilmu banyak yang tak sadar jika terdapat sebuah misteri yang berujung teror sedang menanti masyarakat lugu yang tidak mengetahui apa penyebab nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risma Dwika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Esok harinya, yai Abdullah memperbolehkan Dian dan neng untuk kembali ke rumah masing-masing.
Para orang tua sangat berterima kasih sudah di tolong dan di tampung di rumah yai Abdullah beserta istri nya.
Uwa Daris dan ayah nya Dian memberikan sebuah amplop dengan isi yang lumayan tebal.
Yai menolak karena dia memang begitu jika menolong orang lain.
"Yai, kami kan menginap di sini. Diberi makan, yai juga tidurnya terganggu karena kami. Jadi tolong diterima yaa yai. Kalau tidak, kami jadi nggak enak hati". Uwa Daris menyerahkan amplop ke tangan kyai Abdullah.
Mau tidak mau kyai Abdul menerima nya.
Yai Abdullah memang di kenal sebagai pribadi yang lembut, suka menolong, dan tidak pamrih. Selain suka menangani kejadian seperti ini, kyai Abdullah juga mengajar anak-anak mengaji di sore hari, dan ngajar ngaji bapak-bapak di malam hari tanpa di pungut biaya sepeserpun.
Kalau pun ada yang kasih, itu atas kemauan dari murid-murid nya sendiri.
Akhirnya neng pun pulang juga ke rumah.
Dia langsung istirahat kembali di kamar nya.
Selang beberapa jam kemudian, ada suara dari depan rumah.
"Assalamualaikum".
"Waalaikumsalam".
Zaki pun ke depan untuk melihat siapa yang datang.
Hari menjelang siang, ternyata yang datang pihak sekolah.
Guru dan kepala sekolah datang menjenguk neng yang sudah beberapa hari tidak masuk.
"Waahh Zaki, sudah pulang. Apa kabar Ki?". Ujar pak Toto.
"Bapak, Alhamdulillah pak sehat. Bapak gimana kabar nya? Sudah jadi kepala sekolah yaa saya dengar".
"Iyaa Ki, Alhamdulillah dapat amanah baru".
"Mari masuk pak, bu".
Pak Toto, Bu Rani dan pak Santo selaku wali kelas nya neng masuk ke dalam rumah.
"Eh, ada bapak ibu guru. Duuh merepotkan jadi nya". Ujar Bu Munah
"Iyaa Bu, bagaimana keadaan nya neng?" tanya pak Santo
"Alhamdulillah pak, setelah kemarin kami ajak berobat, neng lebih baik lagi sekarang. Sempat opname tapi kata dokter semua normal normal aja pak".
"Ooh begitu yaaa Bu. Terus sekarang neng nya dimana?"
"Ada pak di kamar, kami juga belum lama pulang dia langsung istirahat ke kamar pak. Mari masuk pak. Maaf jadi ngobrol di teras".
Zaki mengajak guru nya masuk ke dalam, kemudian dia ke dapur membuatkan minuman dan camilan.
Bu Munah pun tak keluar, dia menemani neng di kamar. Meskipun keadaan nya sudah lebih baik, namun Bu Munah masih mengkhawatirkan putrinya ini.
"Pak, mari di minum. Maaf ini saja suguhan nya. Kami benar-benar baru saja tiba. Kemarin neng tidak bisa di tinggal barang sedetik. Kurang tidur juga karena harus bergantian jaga neng".
"Ya Allah. Jadi neng separah itu? Saya juga bingung, sejak kejadian dulu tak pernah ada kejadian apapun, baru kali ini ada kejadian begini dan sampai ada korban begini. Ada apa yaa sebenarnya?". Ujar pak Toto.
Zaki termenung saja.
"Eh, maaf nak Zaki. Saya nggak bermaksud. Saya paham kamu masih trauma karena sahabat mu Rama pergi dengan misterius di sekolah kita".
"Iyaa pak. Tidak apa-apa. Saya sama bingung nya kok seperti bapak".
"Boleh kami lihat keadaan neng?". Tanya pak Santo.
"Oh silahkan pak, paling hanya depan pintu aja. Seperti nya neng dan ibu baru aja tidur".
"Ah iyaa tidak apa-apa. Saya hanya mau memastikan murid saya sudah baik-baik saja". Ujar pak Santo.
Memang beliau wali kelas neng, apalagi kemarin waktu kejadian beliau sendiri yang membantu neng dan melihat semua nya.
Pak Santo orang kota yang lumayan skeptis dengan hal-hal berbau mistis. Tapi kejadian neng kemarin membuat kepala nya penuh tanda tanya. Kenapa bisa seperti itu muridnya ?
Jika di lihat dari latar belakang keluarga nya, neng termasuk dalam keluarga yang harmonis dan baik-baik saja.
Keluarga nya pun tidak kekurangan, rumah yang layak, kehidupan yang sederhana namun cukup.
Jadi, tak mungkin ada masalah yang membuat diri nya stres berat.
Sungguh baru kali ini pak Santo melihat langsung orang kerasukan sampai sebegitu nya.
Zaki membuka pintu ...
Neng dan ibu nampak pulas sekali.
Pak Toto dan pak Santo memperhatikan dari jauh.
Pak Toto merasa lega neng sudah lebih baik, badannya terlihat kurus padahal sakit nya baru beberapa hari saja.
"Sudah nak". Ucap pak Toto.
Zaki pun perlahan menutup pintu.
Saat pintu sedikit lagi tertutup rapat, pak Santo melihat neng tersenyum.
Senyum yang menurut nya ganjil dan menyeramkan.
Bulu kuduk pak Santo sampai meremang.
Mereka kembali ke ruang tamu.
"Alhamdulillah kalau neng sudah baik-baik saja, semoga seterusnya sehat dan baik-baik saja yaaa. Ini izin saya minum yaa".
"Iya, silahkan pak di minum. Maaf sekali lagi jamuan nya hanya begini".
"Ah ini juga sudah enak. Saya yang minta maaf jadi merepotkan ". Pak Toto dan pak Santo meminum dan mencicipi camilan yang di suguhkan Zaki.
"Kamu dari Jakarta yaa?". Tanya pak Santo.
"Iyaa pak. Kok bapak tau?". Ini camilan nya beli di sana kan?".
"Iyaa betul, setelah di telfon uwa Daris saya langsung pulang. Bapak asli sana kah?".
"Iyaa saya asli sana, di tugaskan di sini. Panggil bang saja. Seperti nya kita tidak jauh usia nya".
"Saya tiga puluh tahun pak".
"Ah iyaa benar kan. Saya tiga puluh lima tahun. Beda sedikit aja".
"Nah iyaa bang. Boleh lah kapan-kapan kita nongkrong bareng. Teman saya semua nya merantau jadi seperti nya nggak ada teman ngobrol di sini".
"Benar itu pak Santo, Zaki ini murid saya juga dulu di sekolah. Dia ini murid berprestasi bersama kawan nya Rama. Namun, Rama sudah almarhum. Dia juga murid yang berprestasi. Yah, usia itu tidak ada yang bisa tebak sampai kapan". Ujar pak Toto.
"Turut berduka cita yaa. Setelah ini bisa kita berkawan yaa Zaki". Ujar pak Santo.
"Boleh pak, eh bang. Dengan senang hati".
"Nah kalau begitu kami pamit yaa Zaki. Tolong titip ini untuk neng yaa dari teman-teman dan guru-guru di sekolah. Karena setelah ini saya mau kerumah dian, ikhsan dan juga Syifa. Mereka semua sakit berbarengan".
"Iyaa pak, Dian berobat bareng kami kemarin sampai menginap. Karena kondisi nya juga parah seperti neng. Kalau ikhsan dan Syifa kayanya demam tinggi, tidak sampai seperti neng dan Dian".
"Ah begitu. Dian berobat bareng kalian. Kalau begitu kami pamit yaa Zaki, sehat sehat kamu supaya bisa jaga keluarga ".
"Pamit yaa Ki. Nanti saya izin minta nomor mu sama pak Toto".
"Ini saja simpan dulu nomor telepon nya". Zaki menyerahkan ponsel nya. Kemudian pak Santo menekan nomor nya.
"Nah sudah".
"Oke saya simpan yaa".
"Assalamualaikum Zaki".
"Waalaikumsalam pak. Terima kasih banyak perhatian nya yaaa bapak. Maaf merepotkan".
"Ah tidak, sudah kewajiban saya sebagai kepala sekolah dan guru".
"Mari Zaki". Ujar pak Santo.
"Mari bang. Hati-hati pak di jalan".
Zaki melihat pak Toto dan Santo sudah menghilang di belokan, baru lah dia masuk ke dalam rumah.
Zaki merasa lebih lega tinggal di kampung nya, ada teman baru. Bertemu pak Toto. Meskipun rasa takut nya masih besar, setidaknya dia mempunyai teman baru yang bisa di ajak cerita.
...****************...