Trauma masa lalu mengenai seorang pria membuat gadis yang awalnya lemah lembut berubah menjadi liar dan susah diatur. Moza menjadi gadis yang hidup dengan pergaulan bebas, apalagi setelah ibunya meninggal.
Adakah pria yang bisa mengobati trauma yang dialami Moza?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14 Razia Dadakan
Keesokan harinya....
Moza terbangun di jam 09.00 pagi. "Tumben sudah bangun, Moz?" seru Rico.
"Iya, Kak. Entahlah, rasanya ingin bangun saja," sahut Moza cengengesan.
"Sarapan dulu sana," titah Laras.
"Ok."
Moza pun duduk di meja makan dan mulai sarapan. Tidak ada sekat antara ruang keluarga dan dapur, sehingga Laras dan Rico bisa melihat Moza sarapan. "Tadi malam katanya ada kekacauan di bar? ada yang mau menghadang kamu?" tanya Rico.
"Oh itu, biasalah Kak fans fanatik memang seperti itu," sahut Moza dengan kekehannya.
"Berarti penjagaan kamu harus lebih ketat lagi, kakak gak mau ya, kamu sampai celaka," ucap Laras.
"Santai saja Kak, ada Kak Una dan teman-teman bodyguard lainnya yang akan selalu jagain aku," sahut Moza.
"Ya, tapi tetap saja kakak khawatir. Bagaimana pun kakak sudah menganggap kamu itu seperti adik kakak sendiri," ucap Laras kembali.
"Iya, tenang saja kakakku sayang, aku akan baik-baik saja," sahut Moza.
Beberapa saat kemudian, Moza pun selesai sarapan. "Kak, aku mau keluar dulu ya!" izin Moza.
"Mau ke mana kamu?" tanya Rico.
"Sudah lama gak motoran, mau tes drive dulu sebentar," sahut Moza.
"Hati-hati loh kamu, jangan ngebut-ngebut," seru Rico.
"Siap, Kak."
Moza pun segera menuju garasi, di halaman rumah ada Una yang sedang mencuci mobilnya. "Pagi, Kak Una!" sapa Moza.
"Tumben sudah bangun? biasanya juga sore baru bangun?" seru Una heran.
"Lagi malas tidur aja," sahut Moza dengan senyumannya.
Moza pun mulai memanaskan motor sportnya. "Kamu mau ke mana?" tanya Una.
"Jalan-jalan dulu sebentar," sahut Moza.
"Mau aku temani?" tawar Una.
"Tidak usah, aku bisa sendiri. Lagi pula aku lagi ingin sendirian dulu," sahut Moza.
Una tahu dengan maksud Moza, kalau Moza ingin naik motor berarti Moza sedang jenuh. "Ya, sudah tapi kalau ada apa-apa kamu langsung hubungi aku saja," ucap Una.
"Siap, Kak!"
Moza pagi ini memakai celana pendek sepaha membuat kaki putih dan mulusnya itu terpampang nyata. Atasannya memakai tangtop dan jaket kulit hitam, serta memakai sepatu cats putih. Dia pun segera memakai helm full face dengan rambut panjangnya yang tergerai indah.
Moza suka sekali menaiki motor sportnya itu, karena motor itu hadiah dari Laras dan Rico saat dia ulang tahun. Tapi semenjak dia terkenal dan viral, dia menjadi sangat sibuk ke sana ke mari sehingga motornya terbengkalai dan hanya dipanasin saja setiap pagi oleh Una. Moza mulai memasuki jalan raya, saking lamanya tidak pakai motor dia lupa membawa sim dan stnk bahkan dia hanya bawa ponsel dan beberapa lembar uang cash di dalam tas kecilnya.
"Ah, sudah lama sekali aku tidak bawa motor ini rasanya menyenangkan sekali," batin Moza dengan senyumannya.
Dia mulai ngebut dan tidak lupa kaca helmnya dia tutup, dia tidak mau sampai ada orang yang tahu keberadaannya bisa berabe soalnya. Sementara itu, Bagas dan tim dari kepolisian sedang mengadakan razia gabungan dan tempat Bagas melakukan razia adalah di tikungan sehingga banyak motor yang terkena razia.
Dari kejauhan Moza melihat banyak sekali polisi. "Astaga, ada razia mana aku lupa gak bawa sim dan stnk lagi, bagaimana ini?" batin Moza panik.
Dia bingung harus bagaimana, mau putar balik tidak bisa karena itu satu arah. Sementara itu, Bagas sudah melihat Moza dan dia tahu jika pengguna motor itu tidak bawa surat-surat karena Moza terlihat berhenti cukup lama. "Ah, aku harus tenang dan santai. Biasanya kalau aku tenang dan tidak ragu-ragu, polisi tidak akan menangkap aku," gumam Moza.
Moza pun mulai melajukan motornya dengan santai dan percaya diri, namun Bagas sudah curiga dan memerintahkan anak buahnya untuk menghentikan motor sport itu. Hingga pada saat sudah mendekat, seorang polisi menghentikan Moza dan menyuruh Moza untuk ke pinggir. "Mati aku," batin Moza.
"Tolong perlihatkan surat-surat motor anda!" seru Polisi itu.
"Aduh, maaf Pak tadi saya buru-buru jadi saya tidak membawa surat-suratnya," sahut Moza.
"Tolong buka dulu kaca helm kamu, supaya bisa terdengar suaranya," pinta Polisi itu.
Moza mengeraskan suaranya tapi dia menolak untuk membuka kaca helmnya. "Kamu benar-benar tidak sopan ya!" bentak si Polisi.
Bagas yang mendengar bentakan anak buahnya, segera menghampirinya. "Ada apa ini?" tanya Bagas.
Moza membelalakkan matanya, dia tidak menyangka jika Bagas adalah seorang polisi. Moza semakin menolak untuk membuka kaca helmnya. "Siap, Komandan. Perempuan ini tidak membawa surat-surat motornya, bahkan dia tidak sopan karena tidak mau membuka kaca helmnya," sahut si Polisi.
"Baiklah, kamu boleh ke tempat lain biar Nona ini saya yang urus," seru Bagas.
"Siap, Komandan!"
Moza terlihat gugup, dia bisa lihat wajah Bagas dari balik kaca helmnya. Wajah itu dulu pernah membuat dirinya jatuh cinta sampai tergila-gila tapi sekarang rasa itu sudah hilang dan diganti oleh rasa benci yang teramat besar. Bagas memperhatikan penampilan Moza dari atas hingga bawah.
"Tolong bersikap kooperatif, jika Nona tidak bisa menunjukan surat-surat kendaraan Nona maka Nona harus ikut ke kantor polisi dan motor Nona akan kami tahan sampai Nona bisa membawa surat-suratnya," seru Bagas dingin.
Moza menggelengkan kepala membuat Bagas sedikit kesal. "Bisa tidak Nona buka dulu kaca helmnya? Nona tidak sopan jika bicara dengan orang tanpa membuka kaca helm Nona," tegas Bagas.
Lagi-lagi Moza menggeleng dan Bagas semakin terlihat kesal. "Baiklah, jika Nona tidak mau membuka kaca helmnya maka sekarang Nona harus ikut ke kantor polisi," ucap Bagas kembali.
Bagas hendak membawa motor Moza, tapi dengan cepat Moza memegang stang motornya. Bagas mengerutkan keningnya, dia semakin kesal dengan wanita yang tidak mau membuka helmnya itu. Lalu dengan paksa, Bagas pun mengambil motor itu dan akhirnya mau tidak mau Moza pun harus ikut ke kantor polisi.
Moza masuk ke dalam mobil polisi tanpa membuka helmnya membuat Bagas dan anaknya buahnya sedikit tertawa. "Nona kenapa tidak mau membuka helmnya? apa wajah Nona jelek?" ledek salah satu anak buah Bagas.
Bagas terkekeh dan itu membuat Moza kembali mengepalkan tangannya di kursi belakang. "Ternyata kamu masih belum berubah, selalu menghina orang," batin Moza.
Anak buah Bagas mulai melajukan mobilnya menuju kantor polisi dan Bagas duduk di sampingnya. Sedangkan Moza duduk di kursi belakang, rasanya dia ingin sekali membuka helmnya karena terasa sulit untuk bernapas tapi dia juga tidak mau Bagas sampai tahu. Akhirnya Moza pun mengirim pesan kepada Una, menyuruh Una untuk membawakan sim dan stnk ke kantor polisi.