Dokter Cantik milik tuan mafia...
Di tengah malam yang sunyi dan hujan yang tak henti mengguyur kota, Flo seorang dokter muda yang baru saja di pindah tugaskan dari rumah sakit besar ke klinik kecil pinggiran kota, tanpa sengaja menemukan seorang pria tergeletak di tepi jalan bersimbah darah namun masih bernapas.
Pria itu misterius tanpa identitas jelas, hanya mengenakan jaket kulit hitam yang robek di bagian bahu, dan luka tembak di sisi tubuhnya, masih berdarah. Dengan naluri seorang dokternya meronta, dan tak bisa tinggal diam.
Flo membawanya ke rumahnya karena saat itu klinik tempat ia bekerja sudah tutup.Flo pun menolongnya.
sepanjang malam, ia hanya bisa menahan napas di antara rasa takut dan tanggung jawab.
Namun, siapa sangka, pria itu bukan orang biasa. Namanya Gilhan Alfaro seorang mantan agen intel yang kini diburu oleh orang-orang dari masa lalunya.
Luka yang ia bawa bukan hanya di tubuhnya, tapi juga di hatinya yang penuh rahasia, dendam, dan kehilangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili Syakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 14 pulau tak berpenghuni
Flo duduk di dekatnya, menatap laut yang tenang, memegang kalung berisi chip di genggamannya.
Ia ingat setiap kata Gilhan tentang benda itu.
Bahwa di dalam chip tersebut tersimpan "data rahasia tentang eksperimen manusia." bukti korupsi dan pembunuhan yang dilakukan organisasi tempat Gilhan dulu bekerja.
"Jadi ini sebabnya mereka mengincar kita, sungguh sebuah kebenaran yang bisa mengguncang dunia…"bisik Flo.
Ia memandang wajah Gilhan yang tenang dalam tidurnya.
"Dan kau mempertaruhkan nyawamu hanya untuk melindungi ini?"
Namun masalahnya saat ini, perutnya sudah terasa sangat lapar, Flo pun beranjak meninggalkan Gilhan mencoba untuk terus masuk kedalam pulau,ia berharap bisa menemukan sesuatu yang bisa di makan, namun sayangnya, sejauh ia berjalan hanya pohon kelapa yang tinggi menjulang.
"Jika pun aku bisa mengambilnya, lalu bagaimana caranya untuk membukanya..."desis Flo. Beberapa saat kemudian akhirnya ia menemukan batang rambutan hutan yang sedang berbuah lebat, tanpa pikir panjang Ia pun mengambil sebagian sambil memetik Ia pun sambil memakannya...
Setelah merasa cukup banyak ia pun segera membawa beberapa untuk Gilhan.
Dengan berjalan setengah berlari Ia pun kembali menemui Gilhan dan memberikan hasil temuannya itu untuk dimakan oleh Gilhan.
Mereka bercerita seadanya sambil menatap langit yang mulai memancarkan kilau keemasan, Flo berbaring di atas pasir di sisi Gilhan.
Namun seketika sebuah desir angin melewati tebing, membawa suara samar dari kejauhan seperti gemerisik mesin kapal.
Flo menegakkan tubuhnya, menajamkan pendengaran.
Suaranya semakin jelas. Jelas itu bukan ombak.
Bukan pula burung.
Tapi balasan dari masa lalu.
Ia segera berlari ke arah tebing untuk melihat ke laut.
Dari balik kabut, samar-samar terlihat kapal hitam tanpa tanda bendera mendekat perlahan kearah mereka.
"Degg..!"
Jantungnya berdegup kencang.
"Tidak… bagaimana mungkin mereka bisa menemukan kami secepat ini...?"
Ia segera kembali ke tempat Gilhan berbaring mengguncang tubuhnya pelan.
"Han..! Bangun, mereka datang lagi!
Gilhan membuka mata dengan susah payah, menatap Flo yang panik.
Ia menatap ke laut dan benar saja, kapal itu mulai melepaskan perahu kecil ke arah pantai.
Gilhan mencoba berdiri, tapi tubuhnya goyah.
"Flo… ambil tas itu," ucapnya pelan. "Ada perangkat di dalamnya, kalau aku tidak sempat menghancurkan chip ini, kau yang harus melakukannya."
Flo menatapnya dengan mata penuh air.
"Aku tidak akan meninggalkanmu Han....."
"Ini bukan tentang aku, Flo… ini tentang dunia yang harus tahu kebenaran itu.!"
Suara langkah berat di pasir semakin dekat.
Bayangan para pemburu muncul dari balik kabut. Gilhan menggenggam pistol kecil di tangannya, meski tubuhnya hampir tak bisa di tegakkan
Ia menatap Flo sekali lagi, pandangan yang penuh tekad, tapi juga kasih yang tak terucapkan..
"Apapun yang terjadi, jangan biarkan mereka mengambil chip itu. Janji padaku." katakan Gilhan dengan berat.
Flo menggigit bibirnya, air mata jatuh tanpa suara. "Aku janji." Ucapnya dengan suara serak.
Gilhan menatap ke arah musuh yang mulai mendekat dan mengokang senjata.
"Baiklah," gumamnya pelan, dengan nada yang nyaris seperti berbisik.... namun wajahnya tersenyum getir.
"Kalau mereka ingin permainan ini… kita beri mereka akhir yang layak." Ucapnya berusaha setenang mungkin.
Suara tembakan pertama kembali memecah kesunyian pantai.
Burung-burung laut beterbangan dari tebing, dan sekali lagi dunia mereka berubah menjadi medan pertempuran.
Namun kali ini bukan sekadar pertarungan untuk bertahan hidup,tapi pertarungan untuk menebus masa lalu dan menyelamatkan kebenaran.