Tak pernah terbayangkan dalam hidup Selena Arunika (28), jika pernikahan yang ia bangun dengan penuh cinta selama tiga tahun ini, akhirnya runtuh karena sebuah pengkhianatan.
Erlan Ardana (31), pria yang ia harapkan bisa menjadi sandaran hatinya ternyata tega bermain api dibelakangnya. Rasa sakit dan amarah, akhirnya membuat Selena memutuskan untuk mengakhiri pernikahan mereka dan memilih hidup sendiri.
Tapi, bagaimana jika Tuhan mempermainkan hidup Selena? Tepat disaat Selena sudah tak berminat lagi untuk menjalin hubungan dengan siapapun, tiba-tiba pria dari masalalu Selena datang kembali dan pria pilihan papa nya. Kedua nya sama-sama menawarkan sejuta ketenangan dan penawar lara.
Akankah Selena tetap pada pendiriannya yaitu menutup hati pada siapapun? atau justru Selena kembali goyah ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35.
Suasana ruang makan langsung berubah hening seketika. Selena dan Lily saling pandang, sama-sama bingung. Sedangkan mama Jana mengangkat sebelah alisnya, jelas mulai curiga.
“Laki-laki?” ulang Selena pelan.
Bi Narsih mengangguk cepat. “I-iya nona, orangnya sedang menunggu di teras. Katanya penting sekali.”
Seketika, Selena merasakan jantungnya berdetak sedikit lebih cepat. Tiba-tiba perasaan tidak enak itu datang begitu saja. Kepalanya langsung dipenuhi kemungkinan-kemungkinan yang bahkan ia sendiri enggan untuk membayangkan nya.
"Siapa, Sel? Kamu ada janji sama siapa?”tanya Lily
"Gak ada Ly, aku cuma janjian sama kamu aja". Jawab Selena lirih
Mama Jana yang sedari tadi memperhatikan perubahan raut wajah putrinya itu, menggeser kursinya pelan lebih dekat dengan Selena.
“Sel, siapa pun itu kalau kamu gak nyaman, kamu bilang ke mama. Mama suruh satpam usir sekarang juga.”Kata mama Jana dengan lembut
Selena menggelengkan kepala nya pelan.“Aku coba lihat dulu mah”
Dengan napas yang sedikit tercekat, Selena beranjak dari duduknya lalu melangkah menuju pintu depan.
Jujur saja, ada bagian kecil dalam dirinya yang berharap laki-laki di depan itu bukan seseorang dari masa lalu yang ingin ia hindari.
Lily mengikuti tepat di belakangnya, ia juga merasa penasaran dengan laki-laki yang mencari Selena itu.
Begitu sampai di depan pintu, Selena menahan napasnya lalu membuka pintu itu perlahan.
Ceklek!
Terlihat di depan sana berdiri seorang pria berpostur tinggi, mengenakan kemeja putih dan jas hitam rapi. Di tangannya tergenggam sebuah map cokelat bersegel resmi dari pengadilan.
Mendengar suara pintu yang terbuka, pria itu sontak langsung berbalik badan menatap kearah Selena.
"Selamat pagi, Benar ini kediaman nona Selena?” sapanya dengan suara datar dan terdengar sopan.
Selena mengerutkan keningnya. “Iya, saya sendiri. Anda siapa? Ada yang bisa saya bantu?”
Pria itu sedikit menunduk sopan lalu menyodorkan map cokelat itu dengan kedua tangan.
“Saya Fadli, dari firma hukum Ibu Ratna.”Ucap nya dengan tegas. "Pagi tadi Ibu Ratna mendadak harus dilarikan ke rumah sakit karena kesehatannya menurun. Beliau menitipkan ini untuk Anda.”
Selena menatap map itu tanpa menyentuhnya. Jantungnya seperti ingin jatuh. Pelan tapi menghantam.
“Ini… dokumen final terkait akta perceraian Anda.”Kata Fadli lagi
Keheningan menggantung sejenak di teras rumah. Lily yang berdiri disamping Selena langsung menyenggol lengan nya.
Dengan ragu-ragu Selena akhirnya meraih map itu, tangannya sedikit gemetar.
“Terima kasih sudah mengantarnya,” ucap Selena pelan
Fadli menganggukkan kepalanya sopan. “Sama-sama nona. Jika ada yang perlu ditanyakan, Anda bisa menghubungi kantor kami. Ibu Ratna sudah menyiapkan semua instruksi nya.”Ujar nya menjelaskan
Setelah itu, Fadli mundur selangkah lalu segera pamit undur diri.
Begitu Fadli sudah pergi, Selena langsung berbalik badan dan kembali masuk kedalam disusul Lily dibelakangnya. Mama Jana yang berpindah duduk di kursi sofa ruang seketika langsung berdiri dan mendekati Selena.
Matanya memandang map cokelat di tangan Selena.“Itu… dokumen dari Bu Ratna?” tanyanya dengan nada hati-hati.
Selena mengangguk pelan. “Iya, Ma. Akta perceraian dan semua berkas administrasi. Sudah final semua.” Jawabnya dengan tenang, tak ada lagi raut wajah sendu. Justru yang ada sedikit mengulas senyum lega di bibirnya. Seperti baru saja melepaskan beban berat yang dipikulnya.
Lily yang berdiri di samping Selena ikut menghela napas lega. “Akhirnya ya, Sel. Udah kelar semua. Gak ada yang ngegantung lagi.”
“Iya,”Sahut Selena lembut. “Sekarang aku bisa fokus ke hidupku sendiri dan semua kerjaan".
Mama Jana mengangguk bangga. “Bagus Nak. Mama senang kamu kuat. Sekarang ayo bersiap ikut mama, mereka semua sudah menunggu di kantor.”
Mendengar itu, Lily segera meraih tasnya. “Kalo gitu aku balik ke café dulu ya, Sel. Anak-anak pada nunggu. Nanti telepon saja kalo sudah selesai, aku bakal temenin kamu cari apartemen.”
Selena mengangguk lalu memeluk Lily sebentar “Hati-hati, Ly. Nanti kabarin aku kalo udah kelar".
“Tentu, Nona calon ketua partai Merah muda,” goda Lily sambil mencubit pelan lengannya.
"CK!" Decak Selena lalu tersenyum lebar.
Lily pamit pada Mama Jana, lalu melangkah keluar rumah. Selena menghela napas, menutup map itu dan menyerahkannya ke Bi Narsih untuk ditaruh di kamarnya nanti. Lalu ia mengambil tasnya dan mengikuti Mama Jana yang sudah lebih dulu keluar dan menunggu nya di mobil.
“Sudah siap?” tanya Mama Jana sambil memakai kacamata hitamnya.
Selena tersenyum. “Siap, mah.”
.
.
Setelah menempuh perjalanan selama 45 menit, akhirnya mobil yang ditumpangi Selena dan Mama Jana memasuki area kantor pusat Partai Merah Muda. Gedung megah berlantai lima dengan dominasi warna putih dan aksen merah muda lembut, simbol khas partai itu.
Selena yang sedari tadi hanya diam sambil memandang keluar jendela, kini menarik napas panjang. Gedung itu terasa lebih besar, lebih tinggi, dan lebih nyata dibanding bayangannya.
Mama Jana keluar lebih dulu dan Selena segera menyusul nya. Setelah itu, kedua nya bergegas melangkahkan kakinya masuk kedalam gedung kantor. Selena berjalan setengah langkah di belakang mama Jana. Matanya mengamati suasana kantor yang terasa sibuk namun tertata. Beberapa staf menyapa hormat, beberapa lainnya menunduk sambil lewat dengan tumpukan berkas.
Begitu mereka tiba di depan lift, pintu logam itu bergeser terbuka dengan suara pelan. Mama Jana melangkah masuk duluan.
“Sel, ayo,”
Selena mengangguk lalu menyusul masuk, berdiri di samping iba mama Jana.
Ting!
Pintu lift terbuka dan langsung disambut koridor luas dengan logo Partai Merah Muda menghiasi dinding. Dua orang staf senior sudah menunggu di depan, berdiri rapi dengan rapi.
“Selamat pagi, Bu Jana,” sapa salah satunya.
Mama Jana mengangguk tipis. “Pagi. Yang lain sudah berkumpul?”
“Sudah, Bu. Kami menunggu di ruang rapat.”
Mama Jana lalu menoleh pada Selena.
“Ayo. Saatnya kamu kenal satu per satu.”
Selena mengangguk mengikuti langkah kaki mama Jana menuju ruang rapat. Begitu sampai di depan sebuah ruangan dengan papan kecil bertuliskan 'Meeting Room'.
Mama Jana mendorong pintunya pelan. Beberapa orang yang sudah duduk di meja panjang berbentuk oval itu langsung menoleh. Mereka yang terdiri dari sekjen, bendahara umum, dan dua orang pengurus senior. Berdiri dari duduknya menyambut kedatangan mama Jana dan Selena.
"Selamat pagi, Bu Jana ". Sapa para petinggi itu bersamaan.
"Pagi", balas mama Jana seraya menganggukkan kepala nya pelan.
Kemudian, ia memberi isyarat pada Selena yang masih berdiri diambang pintu untuk segera masuk dan mendekat.
Selena mengangguk lalu berjalan masuk dan berdiri disamping mama Jana. Para petinggi yang melihat kehadiran Selena hanya menatapnya dengan campuran penasaran tapi juga menghormati, seolah mereka tengah menilai calon penerus yang selama ini hanya mereka dengar rumor nya saja.
“Perkenalkan,” suara Mama Jana memecah keheningan dan langsung mengalihkan atensi mereka kembali menatap ke arah mama Jana.
“Ini Selena Arunika. Putri saya, dia calon penerus saya sebagai ketua umum di Partai Merah Muda."
.
.
.
Jangan lupa dukungannya gengss!! 🎀🌹
ngikut aja kemana arahnya karena si cakra belum terlalu mengejar dan memohon maaf atas masa lalu ngilang tanpa pamit belum terlalu berasa efforts cintanya banyak bepikir dan minum2 hadeh
penasaran aja ama ujungnya liat para pemerannya kalo alurnya jujur udah hadeh lama