NovelToon NovelToon
NIGHT LIGHT

NIGHT LIGHT

Status: sedang berlangsung
Genre:Trauma masa lalu / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Nikah Kontrak / Reinkarnasi
Popularitas:572
Nilai: 5
Nama Author: Chichi

Ketika Pagi datang, Lucian Beasley akan pergi. Tetapi Malam hari, adalah miliknya. Lucian akan memelukmu karena Andralia Raelys miliknya. Akan tetapi hari itu, muncul dinding besar menjadi pembatas di antara mereka. Lucian sadar, tapi Dia tidak ingin Andralia melupakannya. Namun, takdir membencinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 13: Telalu Lama Tidur

Andralia tertidur begitu sampai di Istana. Dia sungguh tidak peduli dengan tindakan yang Lucian lakukan padanya. Dari melepaskan sepatunya, merapikan rambutnya, hingga mengusap rambutnya waktu dia tidur.

Bangun-bangun, Lucian sudah tidak ada di sebelahnya. Andralia turun dari ranjangnya, mencari Lucian. Dia takut kehilangan orang di dekatnya lagi. Namun, suara gemericik air di kamar mandi membuatnya tenang. "Ah, dia di kamar mandi?" Andralia kembali duduk di kursi sofa, menyandarkan punggung dan kepalanya di sana.

Dia menutup matanya perlahan, "Ayah, apa yang harus ku lakukan setelah ini?" batin Andralia.

Tak lama dari itu, Lucian keluar dari kamar mandi, dia melihat Andralia yang berpindah tiduran di sofa panjang itu.

"Yang Mulia, kenapa Anda tidur di sini?" Tanya Lucian menyentuh kening Andralia yang sebelumnya demam.

Mata Andralia terbuka perlahan, dia melihat ke atas. Lucian telanjang dada, rambutnya masih basah dan digosok pelan dengan handuk di tangan kanannya.

"Besok, mari berlibur di tempat yang Ayah katakan" ucap Andralia.

Kedua mata Lucian berbinar. "Sungguh?" Lucian langsung berjongkok di sebelah sofa panjang yang Andralia duduk.

"Jika tidak mau, tidak masalah" jawab Andralia.

"Tentu saya mau Yang Mulia!" Lucian tersenyum lebar dihadapan Andralia.

Andralia memalingkan wajahnya, kemudian memejamkan matanya kembali. Namun, tangan dingin Lucian menyentuh pipinya Andralia.

Mata Andralia kembali terbuka. "Apa yang kau lakukan?" Tanyanya melirik Lucian.

"Anda cantik di semua sisi. Saya tidak akan mengingkari janji saya untuk melindungi Anda lebih dari nyawa saya sendiri" ucap lembut Lucian.

Namun, ucapan itu Andralia anggap remeh. "Jangan lebay, cepat pakai bajumu" Andralia memalingkan wajahnya.

Lucian menunjukkan senyuman lebarnya. "Apa Anda tidak lapar? Mau saya ambilkan makan malam?" tanya Lucian sekali lagi.

Rasa kehilangan Andralia terlalu dalam hingga dia tidak merasakan lapar sedikitpun. "Aku masih kenyang" jawab Andralia.

"Baiklah, jika lapar jangan segan mengatakannya" ucapan Lucian itu, membuat Andralia sedikit terkejut. Biasanya, Lucian sedikit memaksanya, namun kali ini Lucian mendengarkan ucapannya.

Saat tengah malam tiba, Andralia baru merasakan lapar. Dia terbangun dari tidurnya, dia masih di sofa yang sama. Dia melangkah kan kakinya, ke arah kasurnya, Lucian tidur di sana, membelakangi tempat tidurnya.

Dalam benaknya, sebenarnya terbesit, 'mengapa Lucian tak memindahkannya' dan dengan cepat, Andralia mengelengkan kepalanya. Dia cepat sadar, Lucian memegang janjinya untuk tidak menyentuhnya.

Andralia melihat tudung saji makanan yang tertutup sempurna di atas meja lampu tidurnya. Itu makanan yang Lucian siapkan untuknya.

Andralia memakan makanan itu dengan lahap. Masih hangat, mungkin Lucian belum lama menyiapkan makanan itu untuknya.

Keesokan paginya, Andralia terbangun lebih awal dari Lucian. Lucian masih tertidur membelakanginya, dia hanya bisa melihat punggung lebar itu yang penuh dengan bekas beretan luka.

Andralia tidak ingin lama-lama menatap punggung itu. Dia segera ke bersih-bersih diri, membiarkan Lucian yang masih tidur di sana. Bahkan, sampai Pelayan datang, Lucian masih tertidur.

"Jangan berisik, biarkan dia tidur lebih lama. Dan, tolong siapkan kereta kuda sore ini untuk kami. Kami akan berlibur selama sebulan, seperti permintaan Ayah" ucap Andralia.

Silvia mengangguk, diikuti dengan pelayan lainnya.

Rambut Andralia diikat lebih sederhana, namun tetap terlihat rapi dan elegan. Setelah dandan, Andralia menyantap jamuan teh, selagi menunggu sarapan datang.

Lucian masih tertidur di sana. Sudah jam 8 pagi, ini pertama kalinya dia mengetahui Lucian bisa tidur selama ini. Dia mendekat ke arah Lucian, berfikir mungkin Lucian demam karena tidur selalu telanjang dada.

Sayangnya, itu tidak benar. Lucian ternyata hanya tidur.

"Kau mau tidur sampai kapan? Apa kau mau melewatkan sarapanmu?" suara Andralia menembus alam mimpi Lucian dan itu membuat kedua mata Lucian terbuka lebar.

"Ah, aku tidur terlalu lama. Maaf, badanku rasanya sakit semua" Lucian bangkit dari ranjangnya. Dia melihat Andralia sudah bersih dan rapi.

Dia tersenyum lega, "Ah, Istriku cantik sekali. Aku ingin memeluknya" batin Lucian, namun dia langsung menepuk pipinya untuk cepat sadar.

Di saat yang sama, Lucian merasakan sesuatu yang aneh di perutnya. Perasaan yang bergejolak, seperti sesuatu yang sudah lama di tahan namun ingin keluar. Lucian memegang pelan perutnya.

Melihat perubahan wajah Lucian yang menjadi masam dengan cepat, Andralia merasa penasaran, "Kau kenapa?"

Lucian tersenyum kaku, "Entahlah, perut saya terasa panas. Mungkin, mau diare"

"Astaga... Sore ini kita akan pergi jauh. Aku akan memanggil orang untuk memeriksamu" tawar Andralia.

Lucian menolaknya. "Tidak perlu Yang Mulia. Ini mungkin diare, setelah sarapan pasti akan baik-baik saja" jawab Lucian.

Dan benar, Lucian baik-baik saja setelah sarapan. Kekhawatiran Andralia sungguh percuma, menurutnya.

...♧♧♧...

Posisi Raja Erundil saat ini masih kosong. Andralia mulai mendapatkan desakan dari beberapa kalangan untuk segera melakukan peresmian untuknya dan untuk Lucian sebagai Pemimpin Kerajaan Erundil yang baru.

Andralia menolak desakan itu. Dia membuat keputusan dengan kepala dingin. "Untuk sementara waktu, Tuan Kyle akan menjaga Kerajaan Erundil selama aku pergi dengan suamiku. Kami berlibur hanya selama satu bulan. Tidak lebih. Setelahnya, aku tidak keberatan dengan peresmian nama belakang Suamiku dan Pengangkatan Suamiku sebagai Raja Erundil berikutnya"

Semuanya menjadi diam dan tenang atas keputusan Andralia. Begitu juga Lucian yang mendengarkan keputusan itu. Andralia benar-benar memikirkannya dengan matang, meski usianya masih muda, yakni 19 tahun. Dua tahun lebih muda dari Lucian.

"Kami setuju dengan keputusan Anda Lady. Semoga Matahari selalu menarangi Erundil dan sekitarnya"

Pertemuan itu berakhir dengan mulus. Kini, Andralia memastikan barang bawaannya tidak ada yang tertinggal. Sayangnya, kali ini Lucian terlihat lebih banyak diam dan duduk.

"Mungkinkah, dia masih bersedih dengan kepergian Ayahku?" Batin Andralia melirik Lucian dengan pelan.

Sebenernya bukan kesedihan yang Lucian rasakan. Dia masih merasakan hawa panas yang mendidih di dalam tubuhnya.

"Aku sebenarnya kenapa? Apa aku sakit?" Batin Lucian saat termenung.

Lucian merasakan tatapan yang menusuk dari sisi kiri belakangnya. Dia menoleh dengan cepat. Ternyata, mata Andralia bertemu dengannya.

Andralia cukup tersentak karena tatapan tajam yang Lucian tunjukkan meski sekejap. Dia mulai menyadari ada sesuatu yang tidak beres dengan Lucian.

"Yang Mulia, apa mau memindahkan tas ini ke kereta kuda?" Tanya Lucian menunjukkan senyuman hangatnya seperti biasanya.

"Ya..." Andralia mengurungkan niatnya untuk bertanya kondisi Lucian saat ini.

Lucian kembali terlihat baik-baik saja saat membawakan koper besar milik Andralia dan miliknya selagi berlibur.

Dan saat mereka mulai berangkat, di dalam kereta kuda, Lucian tertidur sepanjang waktu. Itu membuat Andralia merasa semakin penasaran. Dia mendekat ke arah Lucian, menyentuh kening Lucian perlahan untuk memastikan dia demam atau tidak. Namun, sayangnya hal yang tidak dia duga terjadi.

1
gwramm
ini sihh ceritanya menarik bet aslii🤭💯🔥semmangatt kakk author😾✨
ChiArt_27: terima kasih kak❤️‍🔥
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!