 
                            Ini bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang pengkhianatan tak berujung, tentang pengorbanan dan harapan yang gagal untuk dikabulkan.
Angelika Sinnata. Cantik, anggun, berparas sempurna. Sayangnya, tidak dengan hatinya. Kehidupan mewah yang ia miliki membuat dirinya lupa tentang siapa dirinya. Memiliki suami tampan, kaya dan penuh cinta nyatanya tak cukup untuk membuat Angelika puas. Hingga ia memilih mengkhianati suaminya sendiri dengan segala cara.
Angelina Lineeta. Cantik dan mempesona dengan kesempurnaan hati, sayangnya kehidupan yang ia miliki tidaklah sesempurna Angelika.
Pertemuan kembali antara keduanya yang ternyata adalah saudara kembar yang terpisah justru membuat Angelina terjebak dalam lingkaran pernikahan Angelika.
Apa yang Angelika rencanakan? Dan mengapa?
Lalu, apa yang akan terjadi dengan nasib pernikahan Angelika bersama suaminya? Akankah tetap bertahan?
Ikuti kisah mereka...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Datang ke Kantor.
Tok... Tok... Tok...
"Masuk."
Leon berseru singkat saat mendengar suara ketukan pintu di ruanganya tanpa menghentikan pekerjaan yang tengah ia lakukan. Netranya fokus pada layar komputer, menunggu seseorang yang baru saja mengetuk pintu mendekat.
"Mohon maaf mengganggu waktunya sebentar, Tuan Sylvain. Saya membawa dokumen yang perlu Anda tandatangani."
Seorang wanita berpakaian formal membungkuk sopan, menyerahkan dokumen yang sebelumnya berada di tangannya pada atasannya saat ia sudah berada di depan meja sang atasan.
Wajah Leon terangkat, menatap sekilas pada wajah wanita itu, seolah tak peduli dengan kecantikan si wanita yang kini berdiri di hadapannya, lalu beralih pada dokumen yang disodorkan, menerima dokumen itu, dan membukanya.
"Kau yang mengerjakan ini?" tanya Leon tanpa mengangkat wajah, membuka tiap lembar dokumen itu.
"Benar, Tuan," jawab si wanita sopan.
Leon kembali diam, membaca dengan seksama isi dari dokumen di tangannya sebelum menandatanganinya.
"Ini bagus, pertahankan kinerjamu," ucap Leon seraya mengangkat wajahnya hingga pandangan mereka bertemu dan menyerahkan dokumen itu pada si wanita kembali.
Selama beberapa saat, wanita itu terpana akan wajah rupawan yang dimiliki sang atasan meski ini buka kali pertama ia bersitatap dengan atasannya, tetapi segera tersadar saat suara dingin sang atasan kembali menggema.
"Apakah Esteban sudah kembali?" sambung Leon bertanya.
Wanita itu sedikit menunduk, menyadarkan diri sendiri untuk tidak memikirkan hal yang mustahil baginya, menerima dokumen yang diberikan dan menegakkan tubuhnya sebelum memberikan jawaban,
"Belum, Tuan. Apakah Anda membutuhkan sesuatu?"
Drrt... Drrt...
Leon baru akan memberikan jawaban ketika suara dering penselnya menyela lebih cepat, menarik perhatiannya untuk menatap ponsel dan melihat nama 'Esteban' tertera pada layar ponsel.
"Ya?" sambut Leon setelah ia menggeser layar dan menempelkan ponsel ke telinga.
"Tuan, saya melihat Nyonya datang ke kantor dan sedang menuju ke ruangan Anda. Untuk laporan yang ingin saya tunjukkan, akan saya berikan nanti," lapor Esteban.
"Dia akan datang?" sambut Leon menegakkan punggungnya.
Dahi karyawan wanita itu berkerut tipis, segera melihat perubahan kontras dalam diri atasannya. Sorot yang sebelumnya dingin itu melembut, wajah datar itu kini tersungging senyum mempesona yang tidak bisa ia sangkal. Dalam benaknya ia mengakui sang atasan memiliki wajah sempurna. Tampan, kaya, dan kini ia bisa melihat wajah lembut itu meski hanya sekilas.
Leon segera memutus panggilan tanpa menunggu jawaban, pandangannya beralih pada karyawan yang masih berdiri di hadapannya, terpikirkan sebuah rencana yang cukup konyol menurutnya, tetapi ia ingin mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang sampai kini belum terjawab.
Apakah istrinya masih mencintainya?
"Kemari sebentar dan bantu aku melihat ini," titah Len kemudian.
"Maaf?" dahi karyawan wanita itu berkerut.
Jelas ia terkejut dengan permintaan sang atasan. Pria yang semua orang kantor tahu jika pria itu sudah berkeluarga dan tidak pernah tertarik dengan wanita lain selain pada istrinya sendiri. Bahkan, sekertaris yang kebetulan seorang wanita saja memiliki waktu sangat terbatas untuk berada di dalam satu ruangan yang sama dengan sang atasan.
"Haruskah aku mengulang apa yang aku minta?" tanya Leon dingin.
Karyawan wanita itu menunduk, melangkah mendekat dan bediri di samping Leon duduk untuk melakukan apa yang diminta pria itu.
"Periksa data ini, dan katakan padaku adakah kesalahan dari data itu," perintah Leon lagi sembari menujuk layar komputer.
Dalam benak Leon, ia sangat ingin melihat reaksi istrinya ketika melihat dirinya berada di dekat wanita lain, akankah sang istri bersikap seperti sebelum kecelakaan yang akan marah selama satu hari penuh dan berakhir dengan ia yang membujuk sang istri untuk tidak marah.
Namun, hal tak terduga lain justru terjadi. Tepat saat karyawan wanita itu akan memeriksa data yang dimaksud sang atasan, tubuhnya hilang keseimbangan dan jatuh ke pangkuan sang atasan bertepatan dengan pintu ruangan yang terbuka.
Kedua mata Leon melebar, begitu pula karyawan wanita itu yang tak kalah terkejut dengan posisi mereka saat ini dan segera bangun dari pangkuan Leon.
"Keluar sekarang dan bawa dokumennya
"M-Maafkan saya, Tuan," si karyawan membungkuk panik, beralih pada wanita yang baru saja datang, kembali membungkuk dan berlalu pergi dengan langkah terburu-buru.
"S-sayang..."
Suara Leon berubah gugup, segera bangun dari duduknya dan membawa langkahnya mendekat pada wanita yang tidak lain adalah istrinya.
"Kenapa tidak menghubungiku jika mau datang?" tanyanya.
"Apakah aku menganggu?" tanya Angelina.
"Tidak sama sekali, dan tolong jangan salah paham," Leon menjawab cepat, meraih tangan sang istri dan menuntunnya menuju kursi yang berada di depan meja kerjanya.
"Apa yang baru saja kamu lihat tidak seperti yang kamu pikirkan," sambungnya.
Angelina tersenyum sembari menggelengkan kepala. Ia sendiri tidak tahu bagaimana ia harus bersikap. Haruskah ia marah dan berpura-pura menjadi Angelika sepenuhnya? Tetapi, bagaimana jika penyamaran serta amnesia palsunya terbongkar?
"Menurutmu, apa yang aku pikirkan?" Angelina balas bertanya seraya meletakkan kotak makan siang di meja.
"Aku datang hanya ingin memberikan ini, setelah itu aku akan pulang," imbuhnya.
Netra Leon mengunci wajah sang istri, mengamati wajah sang istri dalam waktu lama, tetapi tidak menemukan sedikit saja amarah di sana
"Apakah kamu masih belum mengingat apapun, Sayang?" tanya Leon lembut.
Angelina terdiam, kepalanya tertunduk dalam. Ia sudah tinggal bersama dengan pria itu selama beberapa minggu, berada di dalam satu kamar yang sama, dan bisa ia rasakan ketulusan pria itu. Ingin rasanya ia mengakhiri penyamarannya. Tetapi, di mana Angelika kini berada dan apa yang dia lakukan, Angelina tidak tahu. Ia bahkan tidak bisa menghubungi Angelika sama sekali. Ia hanya bisa memastikan keadaan ibunya yang berada jauh darinya masih aman sejauh ini.
"Maaf," cicit Angelina pada akhirnya.
Leon tersenyum, meminta istrinya untuk duduk dan mengusap lembut kepalanya. "Tidak apa-apa, kamu akan mengingatnya seiring."
"Wanita yang baru saja kamu lihat..." Leon menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi tanpa diminta, berharap akan mendapatkan respon dari istrinya, tetapi kembali menelan kekecewaan saat melihat reaksi sang istri tampak biasa.
Angelina terdiam sejenak, tetapi mulai memberanikan diri untuk menyentuh wajah Leon, tersenyum.
"Kamu tidak perlu menjelaskannya, aku melihat apa yang terjadi dan wanita itu tidak sengaja melakukannya," jawab Angelina.
"Kalau begitu, aku pulang sekarang," sambung Angelina seraya berdiri.
"Tunggu," cegah Leon seraya menahan tangan istrinya sebelum wanita itu berbalik.
"Malam ini, bisakah kita menikmati waktu bersama?"
. . . .
. . ..
To be continued...
 
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                    