Desi dan Dita, adalah saudara. dan mereka berdua akan menikah di hari yang sama. dan itu semua atas permintaan Dita.
namun, di saat hari pernikahan, pasangan mereka berdua malah diganti oleh kedua orang tuanya dan juga kedua orang tua calon suami Desi.
sehingga Desi harus pasrah menikah dengan calon suami adiknya yang katanya miskin dan yatim piatu.
dia hanya memiliki satu rumah di seberang jalan, rumah mereka. mereka menikah, karena ulah Dita. tapi, Dita malah bermain licik, dan menuduh Desi bersama dengan kedua orang tuanya, kalau dia bukan seorang gadis lagi. Karena itulah, calon suami Desi beserta keluarganya mau mengganti pengantin wanita.
kalau bagaimanakah kehidupan Desi setelah menikah dengan mantan calon suami adiknya ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirta_Rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. sadar diri
sementara Devan juga memilih untuk tidak banyak bertanya. Dia memberikan kesempatan kepada istrinya untuk mengurai perasaannya. dia tahu dan dia sadar, kalau menghilangkan perasaan pada orang spesial yang selalu menemani hari-hari kita di masa lalu tentulah tidak mudah.
"huf!!!..." Devan mendengar helaan nafas dari Desi. namun Devan tetap diam. tapi Devan tetap duduk di samping Desi.
"kamu nggak apa-apa kan Des..?" akhirnya Devan membuka suaranya. jujur saja, dia tampak tidak sabaran ingin bertanya. dan Desi yang mendengar pertanyaan suaminya itu langsung menoleh dan memaksakan senyumnya kembali.
"aku tidak apa-apa Mas!! Maaf ya. tadi aku melamun.." ucapnya dengan rasa bersalah di dalam hati. dia takut suaminya ini akan salah paham, dan memilih untuk mendiamkannya.
"tidak apa-apa.. Mas mengerti dengan perasaan kamu." Desi tersenyum. ternyata dia yang terlalu berpikiran jauh. pada dasarnya, dia sadar kalau Devan juga tidak mencintainya. Devan hanya menghargai keberadaannya sebagai istri di sampingnya.
dan menyadari perasaan itu, entah kenapa dalam hati dia berpikir kalau memang tidak ada yang menginginkannya di dunia ini. dan mungkin dirinyalah yang tidak pantas mereka. tapi terlepas dari semua itu, Desi tidak berpikiran pendek.
"kalau begitu.. aku masuk ke kamar dulu ya Mas. aku masih harus mengeringkan rambutku terlebih dahulu." ucapnya. karena tadi memang dia baru saja selesai mencuci rambutnya. tanpa menunggu jawaban dari sang suami, dia pun langsung beranjak dari posisi duduknya itu, masuk ke dalam kamar mereka.
Devan memandangi kepergian istrinya dengan perasaan yang entah bagaimana. namun dia tidak ingin banyak berpikir, dia pun langsung memutuskan untuk kembali menghitung pendapatannya hari ini, dan membagi untuk kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
******
sementara di posisi Marko.
sesampainya di rumah mertuanya, dia memilih untuk tidak turun dari atas mobil. jujur saja, mood-nya sekarang sedang tidak baik-baik saja. apalagi mengingat bagaimana Desi memperingatkan dirinya untuk tidak lagi mengusik kehidupan rumah tangganya.
dan di sana, dia hanya mengirimkan pesan kepada Dita, agar keluar dan segera masuk ke dalam mobil. sementara dia benar-benar tak beranjak dari sana.
sementara di posisi Dita, dia yang tampak bersantai dan ongkang-ongkang kaki langsung terkejut mendapatkan notifikasi pesan masuk dari sang suami. dia pun bergegas mengintip keluar, dan di sana dia langsung melihat mobil mewah suaminya yang terparkir di depan pintu rumah.
menyadari hal itu, dia pun langsung dengan cepat berbekas keluar untuk menghampiri sang suami.
"mas Marco.. " ucapnya. Marco di sana langsung menurunkan kaca mobilnya. kemudian menatap dengan ekspresi dingin ke arah Dita.
"cepat naik!! bawa barang-barangmu." ketusnya.
"mas tidak singgah dulu..?" tanyanya, Dita sangat berharap dia masih bisa membujuk suaminya untuk tinggal.
"Aku malas berbasa-basi Dita. katakan saja kalau kamu tidak mau ikut. agar aku bisa meninggalkan tempat ini dan kembali ke rumahku." Dita yang mendengar suara datar dan dingin Marco langsung gelagapan.
"eh nggak begitu kok mas!! kalau begitu Mas tunggu di sini ya, aku ambil koper dulu.!!" serunya. akhirnya Dita pun mengalah, dia pun langsung berlalu masuk ke dalam rumah dan mengambil dua buah koper yang telah dimuat dengan barang-barangnya. setelah itu dia langsung keluar.
sementara Marco, di dalam mobil dia malah sibuk bermain HP.
"Mas bantuin angkat ke bagasi dong..?" ucap Dita. Marco yang mendengar permintaan itu langsung melirik dengan sedikit malas.
"kamu angkat aja sendiri!! kamu punya tangan dan tenaga kan ? tidak usah manja jadi perempuan. Desi waktu berpacaran denganku, dia tak pernah menuntutku ini dan itu, dan tak pernah memintaku untuk melakukan ini dan itu. dia mandiri dan bisa melakukan apapun. makanya kamu tidak perlu menuntutku, kamu lakukan sendiri saja." ucapnya tanpa perasaan. sementara Dita yang mendengar itu langsung melongo. lagi-lagi dia harus disamakan dengan Desi.
hatinya langsung berubah menjadi jengkel.
(Desi lagi Desi lagi!! sebaik apa sih Mbak Desi!! sampai-sampai Mas Marco begitu memuja-mujanya.!!) dongkolnya dalam hati. Marco yang menyadari kalau Dita masih belum bergerak kembali bersuara.
"tunggu apa lagi!! buruan. Aku ingin segera cepat sampai rumah dan ingin beristirahat.!! kalau kamu tidak mau ikut, ya tidak usah ikut saja.!!" sambung Marco lagi. Dita yang mendengar penuturan itu langsung kembali terkejut dan gelagapan sendiri.
dengan kekuatan yang ia miliki, dia pun langsung memindahkan koper-koper itu ke dalam bagasi sendiri tanpa dibantu oleh Marco. dan tanpa berpamitan kepada kedua orang tua Dita, mereka berdua pun langsung meninggalkan area kediaman sederhana milik keluarga Dita.
belum apa-apa, marco sudah memperlakukan Dita seperti ini. dan seharusnya Dita menyadarinya. tapi tampaknya, obsesi Dita jauh lebih besar daripada akal sehatnya.
akhirnya, Marco membawa Dita ke kediamannya. dan sesampainya mereka di sana, Dita terlihat menganga, ketika melihat rumah mewah dan megah itu berdiri kokoh di depannya. seketika raut wajahnya langsung berubah menjadi takjub dan juga penuh dengan kepuasan.
(wah ternyata ibu benar.. rumah mereka sangat bagus dan mewah. rumah seperti inilah yang aku impikan. ternyata tidak sia-sia aku merebut Mas Marko. kalau seperti ini dijamin kehidupanku akan jauh lebih baik.) batinnya dengan seringai licik. tak ada siapapun yang menyadari pikiran dan perasaannya.
"ayo turun!! dan turunkan kopermu." tiba-tiba suara Marco memecahkan lamunannya. dia yang mendengar itu dengan reflek mengangguk.
"baik Mas!!" serunya. mereka berdua pun turun dengan raut wajah yang berbeda. Dita turun dengan senyum antusias di bibirnya yang tak pernah luntur, dan seolah-olah tenaganya bertambah dua kali lipat. berbeda dengan Marco yang berwajah murung dan dingin.
setelah itu, Marco masuk terlebih dahulu. dan Dita yang melihat hal itu dengan segera menyusul langkah kaki suaminya dengan menggeret dua buah koper besar di kedua tangannya.
"Mas tunggu!!" serunya. namun Marco Tidak peduli, dan Dita juga tidak masalah. tampaknya pikirannya hari ini benar-benar merubah mood-nya.
(yes!! aku benar-benar akan menjadi seorang Nyonya di rumah ini. aku tidak peduli dan tidak perlu bekerja keras kan. maafkan aku ya Mbak Desi. Karena pada dasarnya keberuntungan itu harus dicari.) batinnya di sela-sela langkah kakinya yang berjalan cepat menyusul langkah kaki suaminya.
sesampainya mereka di ruang tamu, ternyata semua keluarga Marco berkumpul di sana.
"assalamualaikum!!" ujar Marko. mendengar suara Marco semua orang pun langsung menoleh.
"waalaikumsalam!! eh kalian sudah datang." sambut sang ibu.
"Iya Bu! aku ke kamar dulu ya." sementara Dita cengengesan sejak tadi. tapi dia tetap menyapa Ibu mertuanya dengan lambaian tangan. tempatnya dia masih belum bisa beramah tamah dengan mertuanya, karena dia harus ikut suami untuk melihat di mana kamar mereka.
di tunggu updatenya
semoga benih " cinta mereka menyatu & cepat hamil...