Seorang Aktor papan atas berusia 30 tahun. karirnya benar-benar sempurna dalam dunia entertainment. Ketampanan dan ketenarannya juga selalu dia manfaatkan dengan menjalin hubungan bersama banyak wanita.
Hubungan seksual jangan ditanya lagi. Dirgayantara yang memang seorang pemain. Tidak jarang dia menciptakan skandal huru-hara. Tetapi namanya tetap baik karena bantuan manajernya Valery Anastasya yang selama ini berada di sampingnya yang selalu mengurus pekerjaan Dirga.
Hubungan mereka bisa dikatakan tidak cukup baik. Valery banyak mengurus artis-artis, tetapi sikapnya sedikit berbeda kepada Dirga. Dirga merupakan anak dari pendiri perusahaan entertainment yang dinaungi Valery. Seharusnya sikap Valery harus jauh lebih baik kepada Dirga tetapi nyatanya berbanding terbalik yang mereka berdua kerap kali bertengkar.
Sampai akhirnya keduanya terjerat jalinan terlarang yang seharusnya profesional menjadi penuh drama.
Bagaimana kelanjutan tentang hubungan aktris dengan manajer tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23 Rasa Kecewa
Perlahan mata Dirga terbuka, setelah cukup panjang tertidur sampai pagi hari, Dirga masih berada di rumah sakit dan bahkan masih memakai alat pernapasan dan juga infus yang memberikan tenaga pada tubuhnya yang terlihat bergetar lemas.
Dirga harus masuk rumah sakit karena tidak bisa mengendalikan diri, memiliki trauma dengan laut membuatnya memang selalu menghindar untuk beradegan yang berhubungan dengan laut.
Lebih baik tidak mengambil film besar atau kecil daripada harus menggunakan orang lain, Dirga jika syuting sangat keras dan selalu ingin terbaik.
Dia memiliki alasan untuk menolak film yang ditawarkan Valery karena terlebih dahulu sudah membaca naskahnya, tetapi sayangnya Valery memaksanya dan bahkan sampai rela tidur dengan. Dirga juga tidak mungkin mempermainkan Valery.
Meras sedikit berat di bagian tangan sebelah kirinya membuat pandangan mata Dirga melihat ke bawah dan ternyata Valery yang duduk di atas kursi tertidur dengan wajahnya bertumpu pada lengannya. Posisi tidur duduk seperti itu pasti sangat membuat tubuh pegal-pegal.
Mungkin saja semalaman Valery menjaga Dirga. Dirga memejamkan mata sebentar, Dirga ternyata mengingat pertengkaran Valery dengan ibunya. Dirga hanya tidak sanggup membuka mata, makanya pada saat itu dia tidak berbicara apapun.
"Jadi sebenarnya dia juga tidak menginginkan aku mengambil film ini, karena dia mengetahui apa yang aku takutkan dan Mama yang mendesaknya untuk membujukku," batin Dirga setelah mengambil kesimpulan dari pertengkaran ibunya dengan manajernya.
Dirga menggerakkan tangannya dan kemudian menyentuh pucuk kepala Valery. Valery mengerutkan matanya dengan cepat langsung terbangun dan perlahan mengangkat kepalanya.
"Kamu sudah bangun?" tanya Valery terlihat begitu khawatir yang langsung duduk dengan posisi membungkuk mendekati Dirga dengan memegang pipi Dirga.
Dirga menatap Valery begitu dalam, ingin memastikan apakah wanita di hadapannya itu benar-benar khawatir kepadanya, tapi nyatanya memang dari tatapan mata itu terlihat begitu takut.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Valery.
"Aku baik-baik saja," jawab Dirga.
"Syukurlah!" ucap Valery dengan menghela nafas.
"Kamu sampai tertidur di sini, apa kamu tidak pulang?" tanya Dirga memastikan.
"Iya. Jensen tidak bisa menemani kamu dan mau tidak mau aku menunggu kamu sampai bangun," jawab Valery.
"Aku sedang membicarakan semua dengan sutradara dan untuk kedepannya mereka akan menjagakan hal ini tidak terjadi terulang kembali, kamu akan memakai peran pengganti," ucap Valery.
"Jangan membicarakan tentang pekerjaan dulu," ucap Dirga yang membuat Valery menganggukkan kepala.
"Kalau begitu kamu sebaiknya istirahat. Aku keluar sebentar untuk mencari sarapan," ucap Dirga membuat Valery menganggukkan kepala.
"Kamu istirahat ya," ucap Valery yang kemudian langsung keluar dari ruangan itu.
"Ternyata dia bisa bersiap manis, dia khawatir padaku," Dirga masih tidak percaya jika wanita yang selalu saja diajarkan bertengkar gitu ternyata menjadi orang yang ada di saat dia benar-benar sangat lemah.
Tiba-tiba saja Dirga tersenyum sangat aneh dan dia sendiri juga tidak mengerti apa arti dari senyum yang baru saja dia keluarkan. Dirga sepertinya sangat senang mendapat perhatian yang besar dari manajernya. Padahal selama ini manajernya itu memang perhatian kepadanya dan ketika saja yang tidak menyadari hal itu.
Dirga tetap saja merasa di anak tirikan oleh Valery. Padahal harus kecil apapun di atur oleh Valery
*****
Thalia dan Maura berada di ruang perawatan Dirga.
"Dirga aku membawakan bunga untuk kamu," ucap Maura dengan tersenyum.
"Terima kasih," sahut Dirga yang terlihat begitu cuek.
"Dirga bagaimana keadaan kamu? kamu sudah merasa jauh lebih enakan?" tanya Thalia.
"Aku sudah baik-baik saja," jawab Dirga.
"Benar! Mama yang tiba-tiba saja mengubah skenario dengan meniadakan pemeran pengganti?" tanya Dirga memastikan kepada ibunya itu.
"Valery mengatakan semua kepada kamu?" tanya Thalia.
"Mama jawab saja," sahut Dirga.
"Dirga, kamu itu seorang aktris profesional. Mama hanya ingin kamu tetap profesional dan tidak takut dengan apapun. Jika tidak mencoba lalu kapan lagi. Tubuh kamu harus benar-benar kuat menghadapi hal sekecil atau sebesar apapun itu!" tegas Thalia.
"Aku pikir Mama lebih perhatian kepadaku dan ternyata ku salah. Valery lebih mengerti apa yang tidak aku sukai dan apa yang aku takutkan," batin Dirga sepertinya sudah mulai menyadari bahwa manajernya itu sebenarnya peduli kepadanya.
"Sudahlah lupakan semua itu dan percayalah apa yang Mama lakukan akan membuat kamu semakin kuat dan perlahan kamu bisa melawan trauma kamu. Kamu tidak mungkin selamanya berada di penjara trauma yang menakutkan itu. Kamu harus terus mencoba, karena aktor yang berhasil adalah aktor yang menerima semua tantangan apapun itu," ucap Thalia berbicara begitu enak sekali dan padahal bukan dia yang merasakannya.
Dirga memiliki trauma masa kecil, di mana dirinya tenggelam di lautan yang membuatnya sampai saat ini tidak bisa berurusan dengan laut dan apalagi melihat ombak akan membuatnya tampak ketakutan.
Pada saat syuting berkelahi di atas batu besar di dekat pantai dan bahkan ombaknya sampai menyatu batu tersebut membuat Dirga tidak bisa berkonsentrasi, sampai akhirnya tubuh memang lemah dan jatuh ke laut, traumanya kembali menyelimutinya yang membuatnya masuk rumah sakit dan semua itu ternyata skenario yang bukan disiapkan oleh Valery melainkan Thalia ibunya yang mengetahui masalah mentalnya melakukan semua itu.
"Dirga aku membawa makanan kesukaan kamu, kamu pasti belum sarapan," ucap Maura tidak lelah lelahnya mencari perhatian dari Dirga.
Belum sempat mengeluarkan makanan tersebut dari dalam paper bag pintu ruangan itu sudah kembali dibuka dan ternyata Valery sudah datang kembali dengan membawa makanannya.
"Wanita ini lagi!" batin Maura seperti biasa menatap sinis ketika melihat kedatangan Valery.
"Maaf aku lama," ucap Valery tampak begitu cuek yang langsung menghampiri Dirga dengan meletakkan paper bag tersebut di atas meja dan lihatlah dia tidak peduli dengan dua orang yang berada di ruangan itu.
"Kamu sarapanlah!" Valery membuka sarapan tersebut.
"Valery tapi aku sudah membawakan sarapan untuknya," sahut Maura.
"Benarkah?" tanya Valery.
"Kamu lihatlah betapa banyaknya makanan yang aku bawa dan semua ini makanan kesukaan Dirga yang sudah direkomendasikan oleh tante Thalia," ucap Maura dengan menyombongkan dirinya.
"Maura maaf, makanan itu tidak bisa dimakan Dirga karena kondisinya tidak baik-baik saja," ucap Valery menegaskan.
"Valery, Dirga tidak mengalami hal yang serius, tidak ada pantangan makanan apa dan kamu tidak bisa mengatakan hal seperti itu seolah-olah kamu adalah Dokter," sahut Thalia.
"Aku makan yang ini saja!" Dirga mengambil makanan milik Valery dan langsung memakannya kepalanya juga sakit mendengar keributan di dalam ruangan itu.
Maura terlihat begitu kesal dengan makanannya yang ditolak oleh Dirga.
"Kamu sarapanlah, Jensen sedang ada di perjalanan dan nanti dia akan menemani kamu di sini. Aku harus kembali ke kantor," ucap Maura tidak ingin basa-basi mengambil tasnya dan kemudian langsung keluar dari ruangan itu tanpa berpamitan dengan Thalia.
Sudah dapat dipastikan jika Valery masih sangat kesal dengan Thalia.
"Anak itu semakin lama benar-benar semakin kurang ajar yang sudah tidak menghargaiku. Padahal yang memberinya makan," batin Thalia dengan tangan terkepal.
"Tante aku keluar sebentar," ucap Maura membuat Thalia menganggukkan kepala dan Maura langsung keluar dari ruangan tersebut dengan buru-buru. Dia Sebenarnya masih kesel dengan Dirga yang telah menolak makanannya.
Bersambung.....