NovelToon NovelToon
Candu Istri Klienku

Candu Istri Klienku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: N_dafa

"Jangan, Mas! aku sudah bersuami."
"Suami macam apa yang kamu pertahankan itu? suami yang selalu menyakitimu, hem?"
"Itu bukan urusanmu, Mas."
"Akan menjadi urusanku, karena kamu milikku."
"akh!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon N_dafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Lelaki itu mengepalkan tangannya erat-erat agar tidak melakukan sesuatu yang buruk kepada istri pertamanya.

“Yang mana yang harus aku jaga? Ajeng masih menantang, tapi suaranya lebih lunak. “Yang mana yang nggak kamu suka, Mas? Bagian aku mengatakan dia sekarat, atau bagian perceraian kita?”

Rendy mengeraskan rahangnya, guna menahan emosi.

“Monik, belakangan ini, Ajeng bergaul dengan siapa?” Lelaki itu justru bertanya kepada Monik.

“Ng—nggak tahu, Mas. Mbak Ajeng cuma sama kita-kita setahu saya.” Monik cukup ketakutan.

“Kalau cuma sama kalian, nggak mungkin dia jadi seperti ini. Atau jangan-jangan, diantara kalian ada yang memprovokasi Ajeng?”

“Jangan menyalahkan orang lain atas kesalahan kamu sendiri, Mas!” Ajeng menyela. “Aku ingin cerai dari kamu, murni karena keinginanku sendiri lepas dari kamu. Bukan karena orang lain.” Tekan wanita itu.

“Oke. Kalau semua ini hanya karena waktuku, aku akan disini seperti janjiku sama kamu.”

“Aku sudah nggak peduli!”

“Kamu nggak menghargai aku, Ajeng. Aku sudah berusaha adil seperti keinginanmu, tapi kamu malah meremehkanku.”

“Aku memang sudah nggak peduli. Kamu mau sama dia sampai mati pun, aku nggak peduli.”

“Dasar istri nggak tahu sopan santun. Aku ini suamimu. Suamimu ini sedang berusaha menyenangkan kamu. Aku sudah bela-belain bujuk Sabrina biar mau ikut denganku karena dia ketakutan kalau di rumah sendiri. Tapi kamu justru seperti itu.”

“Apa kamu bilang, Mas?” Suara Ajeng lirih, terdengar tegas, namun pilu. “Kamu mau bawa dia tinggal disini?”

“Mbak, aku nggak berani kalau sendirian di rumah. Sejak aku ha—”

“Kemana otakmu, Mas?!” Ajeng berteriak kencang sekali mengejutkan semua orang.

Mungkin, ini adalah pertama kalinya orang-orang di rumah itu melihat Ajeng seperti ini.

Jika dulu, Ajeng hanya akan marah tanpa perasaan menyayat karena hanya mengedepankan emosi. Sekarang, siapapun yang melihatnya akan merasakan sakitnya wanita itu.

Dulu, Ajeng hanya marah-marah wajar, meskipun berakhir dengan barang-barang pecah atau rusak. Tapi kalau sekarang, kemarahan Ajeng terletak di hatinya.

“Apa maksudmu berkata seperti itu? Kamu benar-benar sudah hilang sopan santun, Dek.”

“Terserah kamu mau bilang apa? Mau bilang aku iblis pun, aku nggak peduli. Apa yang aku tanyakan memang benar kan? Dimana otakmu, Mas?” Ulang Ajeng dengan suara soft spoken. “Kalau kamu punya otak, kamu nggak akan bawa dia kesini.”

“Loh, apa salahnya? Banyak orang juga yang tinggal disini. Sabrina bisa berbaur sama yang lain.”

“Terus, kamu mau suruh dia tidur dimana? Di kamar kita? Bertiga?” Di akhir kalimatnya, Ajeng mengeratkan gigi-giginya dengan gemas.

“Dia bisa pakai kamar di sebelah kita. Itu kosong kan?”

Ajeng tersenyum sinis. “Biar apa? Biar kamu mudah datang kalau dia merengek nyari kamu?”

Rendy tak menjawab.

“Dasar nggak punya perasaan! Kalian benar-benar serasi. Sama-sama nggak punya hati.”

“Ajeng!”

“Apa?!” Ajeng berteriak tak kalah kencang dari Rendy. Wanita itu mendongak menatap suaminya tanpa takut.

Namun, Rendy malah membuang nafas berat, lalu melunakkan suaranya.

“Masuklah ke kamar, Dek! Kamu capek, makanya marah-marah seperti ini.”

“Aku nggak capek. Cuma kalian berdua yang membuat aku capek.”

“Mbak—”

“Tidak usah ikut campur!” Ajeng menunjuk Sabrina yang berkata lembut. “Kamu tidak usah khawatir lagi kehilangan perhatian orang ini, karena sebentar lagi, kami akan bercerai.”

“Dek, tolonglah… kondisikan emosimu.” Rendy melunakkan suaranya, berharap Ajeng pun ikut melunak.

“Ya. Aku memang emosi. Emosi karena kelakuan kalian berdua.”

“Baiklah… Mas dan Brina minta maaf. Tapi, tolong jangan bahas perceraian lagi karena aku nggak suka.”

“Masa bodoh kamu suka apa enggak. Tapi, aku tetap mau cerai sama kamu.”

Setelah mengatakan hal itu, Ajeng mulai melangkah menjauh.

“Mau kemana kamu, Ajeng? Ini sudah malam.” Rendy mengejar istrinya dengan panik.

“Mau cari angin. Jangan ikuti aku!” Ajeng menyentak tangannya yang ditarik oleh Rendy.

Berhasil lepas, tapi Rendy pun tak membiarkan wanita itu lolos.

“Nggak boleh! Kamu harus masuk kamar.” Rendy menahan Ajeng lagi

“Ngapain kamu ngatur-ngatur? Jangan pakai nama suami karena sebentar lagi kita akan pisah.” sebelum disudutkan, Ajeng lebih dulu menjelaskan.

Rendy mendengus dengan rahang mengeras. Tak perlu membalas perkataan Ajeng, tiba-tiba, Rendy mengangkat Ajeng ke dalam gendongannya.

“Akh, lepasin aku, brengsek!”

“Aku memaafkan umpatanmu biar kamu nggak dosa. Tapi, mulai sekarang kamu nggak boleh kemana-mana, apalagi sampai keluar rumah.

“Enak aja! Jangan seenaknya jadi orang!” Ajeng terus meronta sepenuh emosi.

Sialnya, Rendy acuh, dan sudah membawanya menaiki tangga tanpa kesulitan.

“Aku melakukan ini demi kebaikan kita. Maaf, Ajeng, tapi kamu harus ku kurung.”

Mereka sudah sampai di kamar, dan Rendy baru saja menurunkan istrinya itu.

“Apa kamu bilang, Mas? Aku nggak mau! Aku mau pergi!”

Ajeng sudah bergerak secepat mungkin, tapi sayangnya dia masih kalah gesit dari Rendy yang sudah mencabut kunci kamar mereka.

“Maaf, Ajeng. Kamu nggak bisa kemana-mana lagi.” Rendy menutup pintu, berkejaran dengan Ajeng.

Tapi lagi-lagi, Ajeng kalah cepat dari lelaki itu.

“Mas, buka pintunya! Aku nggak mau dikurung!”

“Aku akan melepaskanmu, sampai kamu bisa introspeksi diri!” Suara Rendy dari luar.

“Kamu yang harusnya instrospeksi diri! Buka pintunya, Mas!”

Sayangnya, teriakan Ajeng sudah tidak mendapatkan balasan dari luar lagi. Pada akhirnya, wanita itu hanya bisa berteriak kesal sambil menendang daun pintu.

“Sialan!”

Sedangkan di luar sana, Rendy sedang menunjukkan kuasanya sebagai tuan di rumah itu.

“Siapapun yang berani membuka pintu untuk Ajeng selain memberi dia makan, saya tidak segan-segan memecat kalian!”

*

*

Sampai malam sudah larut, Ajeng masih belum bisa meredam rasa kesalnya.

Dia tak tahu, apakah Rendy dan Sabrina sudah pergi dari rumah utama atau belum. Yang dia tahu hanya pesan dari Monik yang berulang kali menanyakan keadaannya, tapi Ajeng masih malas menjawabnya.

Karena sudah puluhan pesan dari gadis yang sudah dia anggap sebagai adik itu, Ajeng menurunkan egonya karena dia tahu jika Monik tidak bersalah.

[Ya, Mon. Aku nggak apa-apa.]

Balasan itu yang akhirnya Ajeng kirimkan kepada Monik.

Namun, bukannya balasan pesan lagi yang Ajeng dapatkan dari asistennya itu, tapi Monik justru meneleponnya.

“Mbak Ajeng beneran nggak apa-apa kan?” Tanya Monik dengan suara khawatir.

“Iya, Mon. Nggak apa-apa. Aku udah mulai ngantuk ini.” Ajeng berusaha menenangkan Monik.

“Kalau butuh apa-apa, bilang sama aku ya, Mbak. Nanti aku kasih ke Mbak Ajeng.”

“Memangnya, kamu bisa ngasih lewat mana?”

“Lewat balkon lah, Mbak. Nanti, aku pakai galah sama tangga. Kalau nungguin Mas Rendy pasti kelamaan."

Ajeng tersenyum. Tapi, matanya berkaca-kaca. “Makasih ya, Mon. Kamu baik banget sama aku.”

“Mbak Ajeng juga udah baik sama aku. Mbak Ajeng yang ngasih aku kerjaan sampai gajiku lebih besar dari temen-temen yang ngeremehin aku.”

“Sudahlah, Mon. Cepat tidur biar besok nggak kesiangan. Kamu nggak lupa kalau besok ada pengiriman partai besar kan?” Ajeng mengalihkan pembicaraan.

“Iya, Mbak. Tapi, Mbak Ajeng bilang ya kalau ada apa-apa. Pokoknya, jangan enggak.”

Ajeng tergelak kecil. “Iya… iya… jangan nangis dong. Katanya sekarang udah punya pacar. Kok masih nangis?”

“Huhuhu, aku kasihan sama Mbak Ajeng. Aku sayang sama Mbak Ajeng.” disuruh jangan menangis, malah semakin menangis.

Ajeng terdiam sesaat. Mendengar isak Monik, bohong kalau dia tidak tersentuh. Bahkan, air matanya pun ikut mengalir, namun cepat dia hapus lagi.

“Aku juga sayang sama kamu, Mon. Kerja yang bener ya. Nggak usah khawatirin aku. Nanti, kalau aku butuh apa-apa, aku bilang sama kamu.”

“Iya, Mbak. Janji ya.”

Setelah panggilan ditutup, Ajeng menghela nafas panjangnya.

Sungguh, dia miris dengan nasibnya sekarang ini. Rendy—orang yang sejatinya sangat dia harapkan setelah dia meninggalkan orang tuanya, kini justru menjadi orang paling jahat yang sudah menutup mata atas perasaan Ajeng yang sedang hancur-hancurnya.

Ah, salah. Tapi, kehancuran perasaannya justru berasal dari lelaki itu.

Drrrttt drrrttt drrrttt.

Baru saja, Ajeng hendak meletakkan ponselnya setelah ditelepon Monik tadi, tapi niatnya batal karena ada panggilan telepon masuk lagi dari nomor lain.

“Ck. Ngapain sih ini orang?” Keluh Ajeng setelah membaca nama Biantara di ponselnya.

Malas menanggapi lelaki itu, Ajeng menutup ponselnya dengan bantal, lalu dia tinggal tidur.

Itu sih mau Ajeng. Tapi, berhubung ponselnya terus bergetar tak mau berhenti, lama-lama Ajeng terganggu juga. Apalagi, suara itu justru semakin jelas karena ada di bawah bantalnya.

“Ih, kurang kerjaan banget sih? Nggak ngerti apa kalau udah malam?”

Merasa harus memperingatkan Biantara, Ajeng memilih mengangkat panggilan, yang ternyata adalah panggilan video.

“Ck. Pengganggu!”

Meskipun terus menggerutu, tapi Ajeng tetap menerima panggilan itu.

“Saya mau tidur! Jangan gang—”

Ajeng mengerjap, sontak menghentikan ucapannya.

Awalnya, dia tidak berpikir apapun, sampai akhirnya Ajeng menyadari apa yang sedang Biantara lakukan di depan kamera.

“Lihat, Baby. Bukan cuma aku yang merindukanmu, tapi dia juga.” dengan santainya Biantara menyentuh tubuh spesialnya.

Ajeng  langsung membelalakkan matanya tak percaya, Biantara bisa melakukan hal sememalukan itu. Karena Ajeng merasa terganggu, akhirnya wanita itu melemparkan ponselnya ke lantai, tak peduli benda itu akan rusak atau tidak.

“Hii! Menjijikkan! Dasar nggak tahu malu! Masa vcs sama istri orang?"

1
Yunita aristya
ren2 nanti Ajeng sudah pergi baru tau rasa kamu. mau liat kamu nyesal dan jatuh miskin gara2 istri muda mu yg suka foya2😁😂
Nana Colen
luar biasa aku suka sekali karyamu 😍😍😍😍😍
Yunita aristya
lanjut kak
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
Nana Colen
benar benar ya rumput tetangga lebih hijau 🤣🤣🤣🤣
Nana Colen
dasar laki tak tau diri 😡😡😡😡
Yunita aristya
lanjut
Nana Colen
lanjut thooooor❤❤❤❤❤
Fitri Handriayani: lanjut
total 1 replies
Nana Colen
iiiih kesel bacanya dongkol sama si ajeng.... cerai jeng cerai banyak laki yang kaya gitu mh 😡😡😡😡
Keisya Oxcel
penasaran
Yunita aristya
lnjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!