Satu malam yang seharusnya hanya menjadi pelarian, justru mengikat mereka dalam takdir yang penuh gairah sekaligus luka.
Sejak malam itu, ia tak bisa lagi melepaskannya tubuh, hati, dan napasnya hanyalah miliknya......
---
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blumoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keributan masih berlanjut
Suara derit pintu berat yang terbuka memecah keheningan aula.
Kriet
Semua kepala sontak menoleh. Dari celah pintu yang terbuka, tampak seorang wanita paruh baya masuk dengan langkah mantap. Gaunnya menjuntai anggun, namun raut wajahnya menegaskan amarah yang tak bisa dibendung. Beberapa pria paruh baya yang berwibawa mengikutinya dari belakang. Suara langkah sepatu mereka beradu dengan lantai marmer, menggema di aula besar yang tadi sunyi.
Seketika, atmosfer berubah.
“Ji-hyun…” satu kata meluncur dari bibir Nyonya Min Hye, penuh getar dan amarah.
Di hadapannya, sang putri Ji-hyun tengah terduduk bersimpuh di atas lantai dingin. Rambutnya berantakan, air mata mengalir di pipi pucatnya. Tatapannya kosong, terbelalak, seolah seluruh dunianya runtuh.
“Apa-apaan ini?!”
Teriakan nyonya Min Hye menggema, mengiris udara tegang di aula. Ia berlari menghampiri putrinya, lalu menarik Ji-hyun bangkit ke dalam dekapannya. Tangannya gemetar, namun penuh perlindungan.
“Ma… hiks…” tangis Ji-hyun pecah, tubuhnya bergetar.
Nyonya Min Hye menatap tajam ke arah keluarga Kang, terutama Hyunwoo, dengan sorot mata yang menyala. “Apa... begini keluarga Kang memperlakukan mempelai wanita? Dengan cara tak hormat seperti ini?” bentaknya lantang, seolah tak peduli siapa yang sedang ia hadapi.
Namun tuduhan itu justru membuat Hyunwoo merasa muak. Dadanya bergemuruh, rasa jijik merayap hingga ke ujung nadinya. Hanya membayangkan nama Ji-hyun disebut sebagai mempelai wanitanya saja sudah cukup membuatnya ingin meludah.
“Cih…” decaknya keras.
Tanpa menoleh lagi pada Ji-hyun maupun ibunya, Hyunwoo melangkah cepat menuju altar. Semua mata mengikuti pergerakannya. Ia berhenti tepat di hadapan Soojin, lalu menggenggam erat tangan wanita itu, seakan ingin mengukir sumpah di hadapan dunia.
“Lihat baik-baik, Nyonya.” Suaranya lantang, tajam, tak bisa dibantah. “Inilah pengantin wanita saya. Bukan Ji-hyun.”
Tangannya menggenggam tangan Soojin semakin erat. Tatapan tajamnya menyapu ruangan.
“Ingat wajahnya. Ingat baik-baik. Karena hanya dia yang berhak menyandang nama istri saya. Jangan pernah salah menyinggung orang di masa depan.”
Suara Hyunwoo menggema, bergema ke seluruh sudut aula. Para tamu yang hadir bergidik. Suara bisik-bisik kecil mulai terdengar, menciptakan suasana mencekam yang nyaris seperti pengadilan.
Nyonya Min Hye yang tadi penuh kuasa kini mendadak terdiam. Tubuhnya kaku, bibirnya bergetar, matanya melebar penuh kebingungan.
“Bagaimana… mungkin? Bukankah kamu sangat mencintai putriku?” suaranya pecah, setengah tak percaya.
Hyunwoo menoleh. Senyum tipis melintas di wajahnya, namun matanya dingin bak belati. Dengan tanpa permisi, ia merangkul Soojin ke dalam pelukannya.
““Anda pikir… hati yang sudah dikhianati bisa kembali utuh?” suaranya dalam, bergema. tanyanya tajam.
Soojin, dengan suara lirih namun penuh luka, melanjutkan, ““Tidak… hati itu akan patah. Cintanya pun akan hancur. Dan sekali hancur… tidak akan pernah bisa disatukan lagi.”
Kata-kata itu menampar seluruh ruang.
“Itu dia jawabannya, Nyonya.” Hyunwoo menegaskan dengan lantang.
Tangannya lalu melemparkan foto-foto Ji-hyun bersama Alexander—suami sahnya di luar negeri—ke udara. Foto-foto itu berhamburan, jatuh ke lantai marmer, bertebaran di hadapan tamu.
“AAAAAA!” teriakan Ji-hyun pecah, bercampur isak tangis.
“Hiks… hiks…” ia menutupi wajahnya, malu tak terkira.
Bisikan-bisikan lirih mulai terdengar dari para tamu. Tak jelas kata-katanya, namun bagai belati, setiap bisikan menusuk harga diri keluarga Min.
Tak. Tak. Tak.
Suara langkah hak sepatu kembali terdengar, menambah ketegangan.
Yura dan Eunhee melangkah maju ke tengah aula. Aura dingin menyelimuti keduanya.
“Cih… sekumpulan rubah licik yang berharap bisa naik ke langit,” cibir Eunhee. Tatapannya menusuk, senyumannya mengerikan, membuat bulu kuduk banyak orang meremang.
“Jaga ucapanmu, nona kecil!” sahut lantang seorang kakek dari keluarga Min, wajahnya memerah menahan marah.
Eunhee hendak membalas, namun Yura menahan dengan tangannya. Ia berdiri di depan Eunhee, merentangkan tangan seolah melindungi sekaligus menegaskan wibawanya.
“Jangan dibalas. Biar aku saja.” Suaranya tegas, penuh keyakinan.
Tak.
Langkah Yura terdengar mantap. Ia maju satu langkah ke depan, tepat di tengah sorotan. Lalu suaranya menggema:
“HANUEL!”
“Nona muda.” Hanuel segera maju, menyerahkan sebuah map cokelat ke tangannya.
Yura mengangkat map itu tinggi-tinggi.
“Map ini berisi sebuah rahasia. Rahasia alasan Ji-hyun kembali ke negara ini.”
Suasana mendadak membeku.
“Apa…?” suara Nyonya Min Hye tercekat.
“Jangan… jangan! Kumohon, jangan!” Ji-hyun panik, suaranya terbata-bata, tubuhnya bergetar ketakutan.
Semua mata kini tertuju pada map di tangan Yura—rahasia yang siap menghancurkan sisa martabat yang Ji-hyun coba pertahankan.
---
Bersambung........
belum juga sedih karena penghianatan udah jadi istri orang aja🤣