Anna adalah anak haram yang hidup menderita sejak kecil. Jalan hidupnya ditentukan oleh keluarga Adiguna secara kejam. Bahkan Anna harus menikahi calon suami kakak tirinya yang kabur meninggalkan pernikahan. Lion Winston, kekasih kakak tirinya, mereka saling mencintai, tapi entah kenapa kakak tirinya meninggalkan laki-laki sempurna itu. Tetapi Anna, gadis malang yang akan menerima penderitaan akibat kesalahan kakak tirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elizabetgultom191100, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gigitan Maut
"Aku tidak akan ikut campur, urus sendiri rumah tanggamu." suara Baron memenuhi ruang keluarga. Wajahnya sangar ketika berhadapan dengan putra semata wayangnya. Leon datang mengadu padanya setelah berita yang beredar luas membuat istrinya marah dan tidak mau pulang.
Leon menundukkan kepalanya, sebelum memutuskan meminta bantuan orangtuanya, dia sudah tahu respon ayahnya. Baron adalah orang yang netral, meski dia adalah putranya, ia tidak akan membela atau menolongnya jika bersalah.
Baron hendak meninggalkan ruang keluarga, "Ingat, jangan memberikan nama belakangku pada anak itu. Sampai kapan pun aku tidak akan mengakui anak itu sebagai cucu." tegas Baron sebelum akhirnya meninggalkan Leon dan Diana.
Diana memperhatikan putranya yang terlihat putus asa. "Leon, dimana Anna sekarang?" tanya Diana pada putranya.
"Di apartemen Alana." jawab Leon singkat. "Bu, kalau begitu aku pulang dulu." pria itu pasrah tidak mendapat bantuan dari ayahnya.
"Tunggu." timpal sang ibu. "Bawa ibu bertemu menantuku."
***
Setelah perdebatan yang cukup panjang, kini Anna sudah berada di rumah yang Leon beli beberapa hari yang lalu. Ia berjalan meninggalkan Leon di halaman tanpa ingin menunggunya. Sikapnya masih dingin pada Leon, bahkan di perjalanan ia tidak menjawab setiap Leon mencoba mengajaknya bicara.
Melihat sikap Anna, Leon menghela nafas sabar. Untuk beberapa waktu ke depan dia harus menghadapi kemarahan istrinya tanpa bisa melawan. Ketika dia masuk ke dalam kamar, Anna baru mengganti baju tidurnya dan berbaring di tempat tidur mereka. Ia pun segera mandi kemudian menyusul istrinya di tempat tidur.
Lengannya mencoba memeluknya, tapi Anna menepis dan menggeser tubuhnya ke pinggir ranjang. "Anna, jangan seperti ini padaku, aku sangat merindukanmu. Biarkan aku memelukmu." Leon memelas.
Respon Anna tidak disangka-sangka olehnya, "Sekali lagi kau menyentuhku, aku akan kembali ke rumah Alana!" kalimat itu membuat Leon menahan dirinya.
"Baiklah. Kalau begitu tidurlah. Selamat malam."
Anna membelakanginya dan menarik selimut menutupi hingga bahunya. Leon tidak benar-benar tidur, ia menghadap dan memandangi punggung istrinya, nafas wanita itu terdengar teratur menandakan bahwa Anna sudah tidur. Betapa rindunya dia pada wanita ini. Tiga hari tidak melihat Anna sangat menyiksa hati dan tubuhnya.
Leon menjadikan kedua tangannya sebagai bantalnya, matanya menatap langit-langit kamarnya dan berpikir keras mengatasi masalahnya rumah tangganya. Ia ingin Anna kembali percaya padanya.
Di saat otaknya terus berpikir, tubuh mungil di sampingnya bergerak. Leon melirik Anna yang terlihat tidak nyaman dan berusaha mencari posisi tidur yang pas. Dan posisi yang pas adalah memeluk tubuh Leon. Tidak hanya itu, kakinya juga melilit tubuh bagian bawah pria itu. Suara igauan wanita itu terdengar menggemaskan baginya. Leon menahan hasratnya mati-matian, yang timbul ketika Anna menggerayanginya tanpa sadar.
Terutama ketika melihat bibir merahnya yang menggoda membuat Leon tidak bisa menahan diri. Dalam sekejap, bibir Anna terbenam di dalam mulutnya. Lidahnya berusaha masuk ke dalam mulut Anna. Pria itu begitu menikmati kegiatan ini. Sampai...
"Ah..." Leon berteriak sebab bibir bawahnya digigit begitu keras oleh Anna. Apa dia ketahuan mencuri ciuman Anna? Leon melihat Anna masih memejamkan matanya, itu artinya Anna menggigitnya tanpa sadar.
Leon memegangi bibirnya yang sepertinya terluka, kemudian bangun dan berjalan menuju cermin. Benar saja bibirnya berdarah. "Sakit sekali. Apa yang dia mimpikan sampai menggigit begitu keras." lirihnya.
Anna terbangun dari tidurnya, hatinya begitu malas ketika melihat ruangan tempatnya bangun. Leon sudah tidak ada di tempat tidur, meski hatinya masih marah, ia tetap mencari keberadaan suaminya. Leon tidak ada di kamar, sehingga dia keluar dari kamar. Aroma masakan yang menggoda membuat Anna melangkah ke dapur. Di sana, suaminya tengah serius memasak di depan kompor. Leon memakai kaos hitam yang pas di tubuhnya sehingga membentuk otot tubuhnya dan sebuah celana santai. Meski memakai pakaian casual, Leon tetap terlihat tampan, bahkan celemek yang menempel di tubuhnya tidak mengurangi ketampanannya. Jika tidak mengingat masalah yang terjadi sebelumnya, Anna sempat berpikir beruntung memiliki suami setampan pria itu.
Leon menyadari kehadirannya, pria itu tersenyum hangat untuknya. "Sudah bangun, duduklah, sebentar lagi masakanku matang." ucapnya.
Anna terpaku melihat bibir suaminya yang sedikit bengkak dan luka. Anna penasaran, tapi ia gengsi memberikan perhatiannya. Meski begitu, ia menurut dan duduk di meja makan. Menunggu selesai memasak, Anna memperhatikan suaminya. Leon tampak terampil menggunakan peralatan masak membuat Anna terpesona. Sejak kapan suaminya ini pandai memasak? Jika dilihat dari latar belakangnya Leon adalah anak yang terbiasa dilayani di rumahnya. Lalu dari mana pria ini belajar memasak?
Lamunan Anna buyar, ketika suara piring diletakkan di depannya. Kini suaminya sedang sibuk menata makanan di atas meja. Anna menelan ludahnya ketika melihat daging berwarna kecoklatan dihidangkan di depannya. Tampak lezat dan kebetulan perutnya sangat lapar.
Leon memperhatikan tingkahnya, pria itu tersenyum dan tidak ingin membuat istrinya kelaparan. Dengan tangan gesitnya, Leon menyendokkan nasi dan daging semur untuknya. "Makanlah." ia duduk di hadapan istrinya, menunggunya mencicipi masakannya.
Aroma masakan yang lezat dan perutnya yang kelaparan membuat Anna tidak ingin berdebat dengan suaminya. Ketika makanan itu masuk ke dalam mulutnya, raut wajah Anna tampak senang. Masakan pria itu sama seperti tampilannya. Namun ia tidak ingin terlalu menunjukkan bahwa dia menyukai masakan Leon, meski begitu ia tidak berhenti menghabiskannya.
Leon tahu Anna menyukai masakannya, meski gengsi mengatakannya. Ia pun mengambil makanan untuknya. Ketika satu sepotong daging masuk ke mulutnya, pria itu mendesis kesakitan. Bibirnya yang terluka terasa perih.
Anna terlihat cemas, dengan segala kegengsiannya, ia menuangkan air putih lalu memberikannya pada Leon. "Minum." ucapnya singkat.
Leon langsung menerima dan meminumnya. "Bibirmu kenapa bisa sampai terluka?" tanya Anna dengan polos.
Rasanya Leon ingin menjentik kepala wanita itu. Apakah dia tidak sadar bahwa pelaku adalah dia sendiri?
"Aku juga tidak tahu, tadi malam aku merasakan gigitan yang sangat keras. Bangun tidur, ternyata sudah sebengkak ini." Leon berbohong.
Kalimat Leon membuat ambigu, di kamar hanya ada mereka berdua, apakah Leon sedang menuduhnya? "Apakah maksudmu aku yang mengigitmu?" tanya Anna.
Leon mengangkat bahunya, "Sudah kubilang tidak tahu. Sudahlah, habiskan makananmu. Lihat, kau makin kurus, kau harus banyak makan." Leon malah menambahkan daging di piring istrinya.
Setelah Anna menghabiskan makanannya, dia kembali ke kamar, meninggalkan suaminya yang masih makan. Beberapa menit kemudian, Leon menyusul ke kamar. Anna mengambil kotak pppk dari lemari, kemudian mendekati Leon yang duduk di sofa. Leon heran melihat Anna yang malah duduk di sampingnya. "Lihat ke sini!" perintah wanita itu. Tangan mungilnya begitu cekatan menempelkan kapas yang sudah di lumuri alkohol di bibirnya yang terluka.
"Ah... sakit." erang pria itu.