NovelToon NovelToon
Janda Melati

Janda Melati

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: santi damayanti

sebuah cerita sederhana seorang melati wanita sebatang kara yang memilih menjadi janda ketimbang mempertahankan rumah tangga.

jangan lupa like dan komentar
salam autor

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi damayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

JM 14

Tamu mulai berdatangan, mayoritas bapak-bapak. Mereka duduk terpisah, sibuk berbincang satu sama lain. Kartini, tetangga Risma, minggu lalu mengadakan syukuran kehamilan yang dihadiri lima puluh orang.

Risma tentu saja tidak mau kalah dari Kartini. Dengan wajah penuh percaya diri, dia mengundang seratus orang tamu.

Ajang syukuran pun berubah menjadi ajang adu gengsi. Risma harus terlihat sukses, dermawan, dan dihormati oleh tetangga sekitar. Semua orang harus percaya bahwa dirinya adalah perempuan paling terpandang di komplek itu.

Seratus lima puluh berkat disiapkan oleh Melati dan Surti. Isi berkat hanya makanan ringan: teh pucuk, dua bungkus wafer, satu botol air mineral, serta ditambah minyak goreng kemasan dua liter. Bayangkan bagaimana pegalnya tangan Melati saat menyiapkan semuanya.

Tidak hanya itu, selain menyiapkan berkat, Melati juga mengepel rumah, menyiapkan karpet, menyusun kursi, dan menyiapkan sajian untuk para tamu. Keringat membasahi pelipisnya, tubuhnya terasa remuk, tetapi ia tetap berusaha tersenyum.

Surti dibayar seratus lima puluh ribu rupiah, sedangkan Melati… justru dibayar dengan kabar buruk yang membuat dadanya berdegup kencang tak karuan.

“Kapan kamu menikahi Mawar?” suara Anton terdengar jelas. Melati yang sedang membereskan piring menahan napas. Telinganya bergetar, hatinya serasa dicabik. Pertanyaan itu jelas-jelas ditujukan kepada Arga, suaminya.

Detik demi detik berjalan sangat lambat. Dunia seakan berhenti ketika Melati menanti jawaban Arga. Matanya berkunang, dadanya sesak, tangannya bergetar memegang kain lap.

“Harus secepatnya,” ucap Risma dengan lantang, tanpa rasa bersalah.

Seperti disambar petir, darah Melati serasa berhenti mengalir. Rasanya ia ingin berteriak, “Gila kamu, Risma! Tanganku pegal, tubuhku habis sakit, aku membantu acara syukuranmu dengan sepenuh hati, dan sekarang kamu menyuruh suamiku menikahi perempuan lain!”

Batin Melati menjerit keras. Tangannya meremas bajunya kuat-kuat, air mata sudah di pelupuk, siap jatuh.

Namun, dalam hatinya, Melati masih berharap, sangat berharap, Arga menolak. Harapannya begitu rapuh, tetapi tetap ia genggam erat.

“Secepatnya, Kak Anton,” jawab Arga, tenang, tanpa ragu sedikit pun.

Bagaikan guntur yang meledak di siang hari bolong, jawaban Arga menghancurkan pertahanan diri Melati. Air mata jatuh tanpa bisa dibendung, bibirnya digigit hingga perih, menahan isak yang ingin meledak.

Dengan langkah gontai yang berusaha ia kuatkan, Melati bangkit, berlari menuju pintu belakang, dan pergi melalui samping rumah Mawar.

Dengan cekatan, Melati memesan taksi online tanpa memperhatikan alamat tujuan. Tangannya gemetar saat menekan layar ponsel, matanya masih sembap.

“Alamat sesuai aplikasi?” tanya driver ramah.

Melati tidak sanggup menjawab, hanya menganggukkan kepala dengan cepat. Suaranya tercekat di tenggorokan. Ia lalu duduk di kursi penumpang bagian belakang, menunduk, beberapa kali menyeka air mata yang bercampur dengan ingus. Driver hanya sesekali melirik dari spion, tidak berani banyak bertanya.

“Sudah sampai, Mbak,” ucap driver perlahan.

Melati mendongak. Pandangannya buram oleh sisa tangis.

“Loh… kok rumah sakit, Pak?” lirihnya dengan suara bergetar.

“Ini sesuai aplikasi, Mbak,” jawab sopir heran, sambil menoleh sebentar ke arah bangunan besar di samping jalan.

Baru disadari Melati, alamat yang ia masukkan adalah alamat pemesanan sebelumnya, rumah sakit tempat ia dirawat kemarin.

“Maaf, Pak, salah alamat. Tolong bawa saja ke komplek perumahan Bayangkara,” ucapnya pelan.

“Oh… oke, Mbak. Banyak-banyak baca istigfar, Mbak. Kalau sedih jangan ngelamun terus, ya,” ucap sopir, berusaha menghibur.

“Baik, Pak,” balas Melati singkat.

Pikirannya kosong. Hatinya koyak. Semua kecurigaan yang selama ini menghantuinya kini berubah menjadi kenyataan. Ia merasa sudah mempersiapkan diri untuk sakit, tetapi ternyata sakit yang datang jauh lebih dalam, lebih menusuk, lebih menghancurkan dari yang pernah ia bayangkan.

“Ini rumahnya, Mbak,” ucap driver sambil menghentikan mobil.

“Iya…” jawab Melati lirih, seolah suaranya hilang tertelan udara.

Tangannya merogoh kantong, namun yang didapat hanya kehampaan. Kantong itu kosong. Ia hendak melakukan transfer, tapi ponselnya mati kehabisan daya.

“Bisa antar saya ke ATM, Pak?” tanya Melati dengan suara penuh harap. Pandangannya tertuju pada driver yang ternyata tampan, bahkan lebih pantas menjadi aktor drama Korea ketimbang seorang driver online.

“Yah, saya harus balikin mobil ini, Bu. Gini saja, ini nomor saya. Nanti kalau ponsel Mbak sudah hidup, hubungi saya. HP saya juga mati,” ucap driver sambil menyodorkan secarik kertas berisi nomornya.

“Baik, Pak. Terima kasih…” ucap Melati lirih sambil menerima kertas itu dengan tangan gemetar.

Dengan langkah gontai, ia turun dari mobil. Angin malam menyapu wajahnya, dingin menusuk tulang, namun tidak lebih dingin dari hatinya yang kini remuk berkeping-keping.

...

Melati masuk ke rumah ibu mertuanya—rumah yang lebih banyak memberi luka ketimbang kebahagiaan. Setiap sudut rumah itu menyimpan kenangan pahit, lebih banyak air mata daripada senyum. Malam itu terasa semakin menyesakkan dada.

Ia duduk di sudut ranjang, ranjang yang enam bulan terakhir ini terasa begitu dingin, dingin bukan hanya karena cuaca, melainkan karena ada wanita lain yang diam-diam telah merebut kehangatan Arga. Kehadiran Melati di rumah itu seperti bayangan tak berarti.

Hanya karena miskin dan lulusan SMP, Melati selalu dihina, selalu dipojokkan. Padahal, di awal pernikahan Arga pernah berjanji untuk melindungi dan menjaganya. Namun, saat keluarganya berulang kali menghina, Arga hanya diam, seakan kehilangan suara. Melati mencoba bertahan, menggenggam harapan bahwa suatu hari akan ada perubahan. Tetapi malam ini, kenyataan justru menghancurkan semua harapan itu menjadi serpihan kecil yang menusuk-nusuk hatinya.

Melati menggigit bantal erat-erat, mencoba menahan tangisan agar tidak terdengar. Ia tak ingin lagi menjadi bahan gunjingan, bahkan ketika hatinya hancur. Suara isaknya teredam kain bantal, tetapi dadanya tetap berguncang hebat.

Satu tahun tinggal di rumah mertua, istirahatnya hanya empat jam sehari. Selebihnya ia harus mengurus segala keperluan keluarga. Tidur pun tak pernah benar-benar tenang, selalu siaga, selalu dihantui rasa takut: takut salah, takut dimarahi, takut pertengkaran meledak hanya karena hal sepele.

“Kenapa, Mas…” suara Melati pecah dalam isak. Tangannya memegang dada, lalu memukul-mukulnya sendiri, seakan ingin mengusir rasa sakit yang menghimpit. Matanya basah, wajahnya memerah, tubuhnya gemetar.

...

Setelah puas menangis, Melati mengambil koper lusuh miliknya. Dengan tangan gemetar, ia memasukkan satu per satu baju, baju-baju yang dulu ia beli sebelum menikah dengan Arga.

Tas dan baju-baju yang dibelikan Arga saat menikah dengan Melati sengaja tidak ia masukkan ke dalam koper.

Melati kemudian menurunkan pigura yang berisi foto pernikahannya. Ia melepaskan fotonya, lalu merobeknya hingga menjadi serpihan kecil, seolah ingin merobek seluruh kenangan pahit yang menyesakkan dada.

Cincin pernikahan pun ia lepaskan dari jarinya. Malam itu, ia menguatkan tekad: melupakan Arga dari hidupnya, meski perih, meski berat.

Hidup harus tetap berlanjut, ada atau tidak adanya Arga.

..

"Melati" Bentak ibu mega dari luar rumah,

1
partini
hemmm kakak ipar kamu ganas sekaleeeee 😂😂😂😂
partini
ini bisa ujungnya main 🐴🐴 ma kakak iparnya
partini
sehhh langsung aja 100jt ,,jodoh ini
partini
busehhhh kaka ipar nasfu bungtt,,hemmmm bisa kena ini kena jebakan KK ipar obat perangsang biasanya di pakai
Isranjono Jono
mati aja bu jangan lama2 hidup nanti dosanya segunung 😄😄
Isranjono Jono
wanita bodoh kau lapar tapi makanan mu kau kasih mertua sungguh bodoh maaf thor aku jadi setan hari ini🤭
Isranjono Jono
lawan2 kalau aku iparku gak ada yang berani sama aku coba kalau berani aku hancurkan dapur menyala kan aku thor🤭🤭
Desi Belitong
balas jangan bodoh hanya diam ujung2nya nangis
partini
good story
partini
👍👍👍👍👍
santi damayanti
ini harusnya rumah Risma
santi damayanti
ini harusnya rumah risma
SOPYAN KAMALGrab
ini. saya ga ngertii
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!