Seraphina Luna — supermodel dengan kehidupan yang selalu berada di bawah sorotan kamera. Kalleandra — pria asing yang muncul di malam tak terduga.
Mereka bertemu tanpa sengaja di sebuah klub malam. Sera mabuk, Kalle membantu membawanya pulang ke apartemennya. Tanpa disadari, dua wartawan melihat momen itu. Gosip pun tercipta.
Seketika, hidup mereka berubah. Gosip itu bukan sekadar cerita — ia memaksa mereka untuk mengambil keputusan yang tak pernah terbayangkan: menikah. Bukan karena cinta, tapi karena tekanan dunia.
Di balik cincin dan janji itu tersimpan rahasia dan luka yang belum pernah terungkap. Akankah cinta lahir dari dari gosip… atau ini hanya akhir dari sebuah pertunjukan?
"Di balik panggung, selalu ada cerita yang tak pernah terucap."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amariel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
JARAK DI ANTARA KAMI
Pagi di Sukabumi punya udara yang terlalu jujur—dingin, tapi nyata.
Sera menatap halaman kecil di depan rumah dinas mereka. Pot bunga plastik bergelantungan di pagar, dan tetangga sebelah sudah sibuk menyapu sambil nyapa,
“Pagi, Mbak Sera! Baru pulang dari Jakarta, ya? Di TV semalem keliatan cantik banget, sumpah!”
Sera tersenyum canggung.
“Iya, Bu. Baru semalem sampai. Capeknya belum hilang.”
“Pantesan, Mbak! Lha wong kami di sini bangun tidur liat wajah Mbak Sera di sabun mandi, ealah, sekarang liat aslinya tiap hari. Kayak artis nyasar kampung,” sahut Bu Lastri, ngakak sendiri.
Sera ikut tertawa. Tapi dalam hati, ada rasa aneh—antara lucu dan sepi.
Dulu aku hidup di antara lampu sorot. Sekarang, di antara suara ayam dan gorengan.
Di dalam rumah, kopernya masih dibiarkan terbuka. Dia belum sempat membongkarnya.
Kalle sudah berangkat dari subuh. Di meja makan cuma ada roti panggang dan sisa kopi hitam dingin, dan pesan singkat dari Kalle
Ada pasien darurat. Ada roti panggang sama jus mangga di kulkas buat kamu ngemil. Aku kayanya pulang sore.
Sera membaca pesan itu sambil duduk di kursi, tersenyum miris.
Kalle selalu ingat bilang “jangan lupa makan”, tapi nggak pernah nanya “Kapan kita bisa makan bareng”.
Siang, beberapa ibu kompleks mampir ke pagar depan, salah satu dari mereka bahkan membawa sabun yang Sera bintangi.
“Eh Mbak, ini sabunnya yang di iklan itu, ya? Wangi banget. Cuma... harganya, aduh. Kalo buat cuci piring sayang, hehe.”
Sera terkekeh. “Itu buat mandi, Bu, bukan buat piring.”
“Mandi juga, Bu, saya nggak tega make-nya, aromanya kayak hotel bintang lima. Takut suami saya salah sangka, dikira selingkuh sama orang kota.”
Tawa meledak, Sera ikut ngakak sampai matanya berair.
Tapi begitu ibu-ibu itu pergi, sunyi datang lagi.
Hidupnya tiba-tiba terlalu pelan. Terlalu normal.
****************************
Tangan itu memegang ponselnya begitu kuat. Bola matanya bergerak liar memandangi daun pintu ruangan yang tertutup rapat
"Siang, Bu."
"Gimana Pras hasilnya."
"Sesuai dengan perkiraan kita. Betul bahwa di Central Health ada korban tabrak lari bernama Delani Sifa. Setelah kita telusuri, memang benar dia bagian dari Saphira medical center. Korban tabrak lari di mana pelaku belum di temukan pihak kepolisian."
"Kamu ketemu sama orang tuanya di sana ?"
"Bertemu Bu, kami sempat bicara dan saya memberikan uang belasungkawa sesuai pesan Ibu." ujar pria itu menjelaskan.
" Sera bilang Dela kritis. Kurasa akan lebih baik kalau dia di pindahkan saja kerumah sakit kita. Sekalian di pantau, juga untuk menunjukkan kalau kita pun peduli." ucap Ayu." Sebelum media menggiring opini yang lebih buruk."
"kalau ibu ingin seperti itu biar nanti saya sampaikan kembali ke orang tua Dela. Nanti biar kita atur."
"Hmm, aturlah. buat semua aman. Aku percayakan padamu, Pras."
Lelaki bernama Prasetyo itu pun mengangguk patuh. suara pintu terbuka dan muncul sosok lelaki paruh baya dengan aura wibawanya menatap mereka silih berganti.
"Tumben Pras, kamu ada disini ?"
Pras mengangguk penuh rasa hormat. Sambil memberikan senyum kecil. Dengan isyarat mata, Ayu memintanya untuk pergi dari ruangan.
"Ada masalah apa ?"
"Kamu masih ingat sama perawat yang waktu kamu promosikan ?"
Sejenak Adipati diam. pria itu seakan tengah mengingat.
"Dela, Delani Sifa. Ingatkah ?"
Tanpa sadar Adipati mengangguk."Lalu ada apa ?"
"Dia sekarang ada di Central Health. Kecelakaan, di tabrak lari kondisinya kritis." terang Ayu." Aku tadi minta Pras buat melihat keadaannya."
"Dia kecelakaan?" Adipati setengah bergumam.
Ayu mengangguk pasti. Meyakinkan suaminya. Tanpa di sadari buku-buku tangan Adipati terlihat mengepal kuat. pria itu mencoba menahan keterkejutan.
"Aku sudah minta Pras untuk membawa Dela ke rumah sakit kita. Demi meminimalisir terjadinya hal yang tidak kita inginkan. Terutama media di luar sana."
Tak ada jawaban. Suasana di ruangan itu malah terasa hening.
"Terserah kamu saja." Suara pelan Adipati pun terdengar.
*************************
Sore hari, Kalle pulang.
Sera baru saja menaruh koper kedua di pojok kamar.
“Masih mengerjakan kontrak?” tanya Kalle singkat, sambil menggantung jas dokter.
“Iya. Cuma dua hari lagi ke Jakarta. Photoshoot iklan jam tangan,” jawab Sera.
“Oh. Hati-hati aja.”
Itu saja. Tidak ada tanya " kapan pulang, " kamu capek gak", atau tiba-tiba saja jadi." aku kangen kamu."
Kayanya bagian ini agak sulit untuk terjadi. pernikahan kontrak, itu yang aku inginkan dan ini adalah resikonya.
Sera menghela napas. Kata kata itu di simpannya dalam hati
“Kadang aku pengin kamu protes, tau nggak?”
Kalle menatap heran. “Kenapa harus protes?”
“Supaya aku tahu kamu peduli.”
Kalle diam.
Lalu menatapnya dengan wajah lelah, tapi tenang.
“Aku peduli, Ser. Tapi kalau aku larang kamu kerja, nanti kamu malah ngerasa dikurung.”
Kalimat itu logis. Rasional. Tapi dingin.
Sera menatapnya lama. “Ya. Kamu memang dokter. Selalu logis. Lagi juga yang kita lakukan sebatas pasangan suami istri kontrak. jadi jangan berharap terlalu jauh."
Malam itu, Sera duduk di balkon kecil sambil menggigit biskuit dan melihat lampu rumah sekitar yang mulai padam.
Ia sadar: mereka bukan sedang bermusuhan, tapi juga bukan sedang benar-benar bersama.
Hanya dua orang yang hidup di dunia yang sama sekali berbeda ritme. kini Posisi Sera sudah berkutat di dapur dengan percobaan memasak entah episode keberapa.
**********************************
Sepasang suami istri menatap cukup lama ke ruang dimana seorang wanita terbaring lemah.
"Ini semua gara-gara kamu, mas. Harusnya kamu tidak sekeras itu pada Dela."
"Aku tahu, aku salah. Maafkan aku. Terpenting saat ini kita berdoa. Mudah-mudahan Dela dan bayinya bisa melewati masa kritis." pria paruh baya itu pun termenung.
"Tapi mas, kalau Sampai terjadi apa-apa sama Dela dan bayinya, bagaimana ? sampai saat ini dia sama sekali tak memberitahu kita perihal ayah dari anak ini."