NovelToon NovelToon
JEDA

JEDA

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / CEO / Romansa
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Wiji

Nathan mengira ia hanya mengambil jeda, sedikit waktu untuk dirinya sendiri, untuk menyusun ulang hidup yang mulai tak terkendali.
Kayla mengira ia ditinggalkan. Lagi-lagi diabaikan, disisihkan di antara tumpukan prioritas kekasihnya.

Saat jarak berubah jadi luka dan diam jadi pengabaian, cinta yang semula kokoh mulai goyah.
Tapi cinta tak selamanya sabar.
Dan Nathan harus bertanya pada dirinya sendiri.
Masih adakah yang bisa ia perjuangkan saat semuanya nyaris terlambat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34

Hari terus berjalan, tak terasa sudah satu minggu sejak pertemuan Kayla dengan Davin. Ia mulai terbiasa dengan pesan singkat dari pria itu. Sekadar menanyakan kabar, menyinggung pekerjaan, atau membahas hal-hal ringan seperti film yang baru rilis. Pertemanan yang sempat renggang karena Kayla menjalin hubungan dengan Nathan itu kini perlahan terjalin kembali, seperti dulu ketika mereka masih sering saling bercerita tanpa batas waktu.

Davin selalu tahu cara menjaga jarak yang tepat. Ia tidak terlalu menekan, tapi juga tidak benar-benar pergi. Setiap kali pesan masuk, Kayla selalu membaca, terkadang membalas, terkadang hanya menatap layar cukup lama sebelum akhirnya menutup ponselnya. Namun entah bagaimana, setiap obrolan dengan Davin meninggalkan ruang kosong yang aneh. Bukan nyaman, tapi juga bukan gangguan.

Suatu sore di cafe kecil dekat kantor, mereka kembali bertemu.

"Nggak ada yang salah paham, kan, kita duduk berdua begini?" tanya Davin sambil tersenyum tipis, nada suaranya ringan tapi matanya memperhatikan reaksi Kayla dengan seksama.

"Siapa juga yang mau salah paham?" jawab Kayla santai, menatap ke luar jendela. "Lagipula kita cuma ngobrol, bukan kencan."

Davin mencondongkan tubuh sedikit. "Nathan? Kalian udah beneran nggak ada hubungan? Secepat itu? Maksudku… nggak ada obrolan lagi? Soalnya hubungan kalian kan udah lama."

Kayla tersenyum hambar. "Udah. Kadang yang lama pun bisa selesai cuma dalam satu percakapan. Atau bahkan… tanpa percakapan sama sekali. Bagiku, hubungan kami sudah selesai. Diammya nathan juga jawaban buat aku bahwa tidak ada yang bisa kami pertahankan dihubungan ini. Jadi, ya.... saatnya aku melanjutkan hidup."

Davin mengangguk pelan, menatap cangkir kopinya yang mulai dingin. "Kamu bener," ujarnya tenang, seolah sepakat. "Kalau seseorang benar-benar peduli, dia nggak akan diam. Dia bakal berusaha, sekecil apa pun itu. Diam itu bukan tanda tenang, tapi tanda nyerah."

Kayla tersenyum miris. "Aku nggak tahu dia nyerah atau cuma takut salah langkah. Tapi, apa pun alasannya, aku udah nggak mau terus menebak. Capek."

Davin menatapnya beberapa detik, lalu berkata santai, "Setuju. Kamu emang selalu lebih dewasa dari dulu." Ia menyesap kopinya perlahan sebelum menambahkan, "Oh ya, aku sempat dengar kamu jual unit apartemenmu. Jadi beneran? Udah laku?"

Kayla mengangguk, tersenyum kecil. "Udah. Minggu depan proses serah terima kunci. Aku juga udah nemu rumah baru. Nggak besar, tapi lebih tenang."

"Sendirian?" tanya Davin, nada suaranya terdengar ringan tapi matanya memperhatikan dengan seksama.

"Iya. Aku cuma pengin tempat yang lebih… kosong. Nggak terlalu banyak kenangan," ucap Kayla, menatap keluar jendela. "Apartemen itu kayak nyimpan terlalu banyak yang harusnya aku lupakan."

Davin mengangguk pelan. "Aku ngerti. Kadang tempat bisa lebih jujur dari orang, ya? Begitu kamu masuk, kamu langsung tahu ada yang hilang."

Kayla menatapnya sekilas, agak terkejut dengan ucapannya, tapi tidak membalas. Ada sesuatu dalam nada Davin, seperti mengerti tanpa harus banyak bertanya.

"Kalau kamu butuh bantuan buat pindahan, bilang aja," ujar Davin kemudian, nada suaranya ringan tapi jelas. "Aku bisa bantu angkut barang, atau sekadar nemenin biar nggak terlalu sepi."

Kayla tersenyum kecil. "Nggak perlu repot, Vin. Aku bisa sendiri."

"Kayla," Davin menatapnya, setengah tersenyum. "Kamu udah cukup sering ngelakuin segalanya sendiri. Nggak ada salahnya biarin orang lain bantu, kali ini."

Kayla diam sesaat, sebelum akhirnya mengangguk pelan. "Ya udah, nanti aku kabarin."

Davin tersenyum tipis, tapi di balik senyum itu ada sesuatu yang samar, semacam rasa puas kecil yang tidak sepenuhnya bisa dijelaskan. Ia tahu, langkah kecil seperti ini cukup untuk membuatnya tetap ada di orbit Kayla.

***

Hari berpindah cepat. Seminggu kemudian, matahari siang menembus tirai apartemen Kayla untuk terakhir kalinya. Kotak-kotak kardus memenuhi ruang tamu. Sebagian berisi buku, sebagian lagi barang-barang kecil yang dulu ia dan Nathan beli bersama.

Kayla berdiri di tengah ruangan, menatap sekeliling. Semua terasa lebih sempit dari biasanya, mungkin karena ia tahu, ini hari terakhirnya di sana. Di tengah kesibukannya menata barang, suara bel pintu terdengar.

Begitu dibuka, Davin berdiri di depan pintu dengan kaus polos dan celana jeans, menenteng dua bungkus kopi dingin dan seplastik makanan.

"Aku bawain makan siang. Soalnya kayaknya kamu belum sempat makan," katanya, menampilkan senyum tenang seperti biasa.

"Ah jadi ngrepotin." ucapnya, menerima minuman itu.

"Repot kalau tujuannya nggak jelas. Kalau bantuin kamu? Nggak repot sama sekali." Nada suaranya ringan, tapi cukup untuk membuat Kayla tertawa kecil.

"Makan dulu, nanti biar aku bawa barang-barang kamu ke pick up."

"Kamu nggak makan?"

"Udah, sebelum ke sini aku udah makan." jawabnya santai sambil melirik ke arah tumpukan kardus yang sudah rapi di ruang tamu. "Kamu cepet juga ya beresinnya."

Kayla mengangkat bahu. "Udah dari semalam aku kelarin semua. Jadi sekarang tinggal mindahin aja."

"Pas banget, berarti aku datang di waktu yang tepat," kata Davin, melangkah masuk tanpa menunggu dipersilakan. Ia menepuk-nepuk tangannya, melihat sekeliling. "Mana yang duluan dibawa?"

Kayla menunjuk beberapa kardus besar di dekat pintu. "Yang itu aja dulu. Isinya buku sama peralatan dapur."

Davin mengangguk, lalu tanpa banyak bicara langsung mengangkat satu kardus besar. "Berat ya kamu isi hidupnya," ujarnya sambil terkekeh.

Kayla tertawa kecil. "Itu buku, bukan kenangan."

"Buku bisa ditinggal, kenangan nggak?" seloroh Davin, menatapnya sekilas sebelum berbalik keluar apartemen.

Kayla hanya menggeleng pelan sambil tersenyum. Ada sesuatu dalam cara Davin bicara. Ringan, tapi selalu mengandung makna yang membuat hatinya sedikit bergetar.

Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai di parkiran bawah. Sebuah pick up putih menunggu, baknya kosong dengan terpal terlipat di ujung. Davin mulai menyusun kardus satu per satu dengan rapi.

"Kayak udah biasa pindahan aja kamu," komentar Kayla.

"Dulu pernah bantuin temen," jawab Davin sambil mengangkat kardus terakhir. "Cuma bedanya, yang sekarang lebih niat ditolongin."

Kayla menatapnya dengan alis terangkat. "Niat kenapa?"

"Niat biar bisa nemenin kamu lebih lama," katanya santai, menutup bak mobil lalu menepuk-nepuk tangannya.

Kayla mendengus pelan, menahan senyum. "Kamu emang nggak berubah ya, Vin. Masih aja jago ngomong."

"Bukan jago ngomong," Davin menatapnya sekilas. "Cuma jago nyimpen apa yang belum sempat diomongin dulu."

Untuk sesaat, keduanya diam. Angin sore berhembus lembut, membawa aroma aspal hangat dan debu ringan dari parkiran.

Kayla akhirnya berkata, "Udah semua. Ayo berangkat sebelum sore banget."

Davin mengangguk, membuka pintu kabin pick up. "Masuk."

Kayla hanya tersenyum kecil. "Baik, Pak Supir."

Mereka pun masuk ke mobil, meninggalkan apartemen yang perlahan mengecil di kaca spion. Di jalan, suara mesin dan musik pelan dari radio jadi satu-satunya yang terdengar .

Kayla menatap keluar jendela, membiarkan pikirannya kosong. Setiap tikungan terasa seperti jarak baru antara dirinya dan masa lalu yang akhirnya benar-benar ditinggalkan. Ia tidak tahu apakah ini bentuk kebebasan, atau hanya cara lain untuk bersembunyi dari luka yang belum sembuh. Yang ia tahu, hari ini ia memilih pergi dan untuk pertama kalinya, tidak menoleh lagi.

1
Paradina
Lanjut kakak, seru setiap bab
no name: Terima kasih, kak. tiap hari up kok, meskipun cuma 1. hehe.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!