NovelToon NovelToon
Harem Sang Putri

Harem Sang Putri

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Reinkarnasi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa / Cinta Istana/Kuno / Satu wanita banyak pria
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: miaomiao26

Seharusnya, dengan seorang Kakak Kaisar sebagai pendukung dan empat suami yang melayani, Chunhua menjadi pemenang dalam hidup. Namun, kenyataannya berbanding terbalik.

Tubuh barunya ini telah dirusak oleh racun sejak bertahun-tahun lalu dan telah ditakdirkan mati di bawah pedang salah satu suaminya, An Changyi.

Mati lagi?

Tidak, terima kasih!

Dia sudah pernah mati dua kali dan tidak ingin mati lagi!
Tapi, oh!

Kenapa An Changyi ini memiliki penampilan yang sama dengan orang yang membunuhnya di kehidupan lalu?!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon miaomiao26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14. Pertemuan Takdir

Pagi itu, cahaya matahari musim semi turun seperti benang-benang emas yang lembut, menyinari genteng merah ibu kota.

Udara masih sejuk, aroma bunga plum bercampur wangi arang dari tungku pedagang jalanan.

Suara roda kereta berderak memenuhi jalan besar, bercampur teriakan pedagang yang menawarkan barang dan para pelayan rumah bangsawan sedang sibuk dengan pekerjaannya.

"Apa kalian sudah dengar?" bisik seorang pelayan sambil menyapu, matanya celingukan ke kanan-kiri, takut ada telinga lain yang menguping.

Suara sapu yang bergesek di batu seakan ikut menutup rahasia yang akan ia bocorkan.

Gadis pelayan lain yang tidak jauh darinya menanggapi, "apa ada gosip baru?"

Pelayan itu mengangguk antusias. "Katanya, seorang Tuan Muda melihat Nona Su di Nan Hua Ting?" bisiknya.

"Nona Su!" pekiknya, nyaring. "Siapa Nona Su?" tanyanya, bingung.

Pelayan lain memutar bola mata. "Sudah pasti Nona Su yang itu! Pelayan pribadi Putri Agung Fangsu!" tuturnya, sedikit geram.

"Putri Fangsu di Nan Hua Ting?" tanyanya, dengan suara lantang.

"Pelankan suaramu!" desisnya.

Pelayan itu tersenyum canggung. "Apakah orang itu memanggil Tuan muda Hua Zhen lagi?"

Masih dengan antusias, dia mengangguk setuju. "Tentu saja. Dan tinggal semalaman! Pagi ini, seseorang melihat kereta Yang Mulia keluar dari tempat parkir Nan Hua Ting."

Teman gosipnya menutup mulut dengan dua tangan, mencegah dirinya berteriak. "Orang itu membawa kereta resmi ke rumah hiburan?"

"Tentu saja tidak!" sanggahnya, "tapi hanya satu orang yang memiliki kereta bergambar peoni emas di Daliang," paparnya, kemudian menghela napas dengan raut prihatin.

"Kenapa kamu terlihat sedih?"

"Hanya meratapi dunia yang tidak adil ini," jawabnya, "Nona Hua mampu melindungi adiknya dari tangan-tangan serakah lain, tapi tidak mampu melawan Putri Agung."

Sementara gosip serupa melompat diantara meja dan halaman, kereta berhias lambang peoni emas berhenti perlahan di sisi jalan, tepat di dekat sebuah kedai sederhana yang menjual roti renyah wijen.

Tirai sutra kereta tersibak sedikit, menyingkap wajah Putri Agung Fangsu, Murong Chunhua.

Berkat kecepatan penyebaran berita, semua orang tahu semalam ia menginap di Nan Hua Ting, rumah bordil yang paling sering menjadi buah bibir di ibu kota.

Akan tetapi, melihat sosoknya yang sesekali terlihat saat tirai tersingkap, sama sekali tidak terlihat lusuh.

Rambutnya masih tersusun rapi, jubah sutranya tetap anggun, kulitnya seputih giok tanpa noda.

Ia seperti bunga malam yang mekar dengan sempurna meski telah menghirup kabut debu dunia.

“Berhenti di sini,” perintahnya ringan.

Su Yin, pelayan setia yang kini duduk di samping kusir, segera menyampaikan perintah itu.

Roda berhenti, kuda meringkik pelan. Dari dalam kereta, Chunhua memandang ke arah kedai roti.

“Putri ingin membeli?” tanya Su Yin dengan nada hati-hati.

Aroma wijen panggang dari kedai kecil itu menyusup ke dalam kereta, bercampur dengan harum sutra dari pakaian Chunhua.

Ia tersenyum samar, jemarinya mengetuk ringan sandaran kursi. “Bukan rotinya yang kuinginkan. Kita sedang menunggu sesuatu yang jauh lebih penting.”

Su Yin menunduk, tak berani bertanya lebih lanjut. Ia sudah cukup lama bersama tuannya untuk tahu bahwa jika Putri Agung memilih berhenti di sebuah tempat, maka pasti ada perhitungan yang rumit di baliknya.

Dalam benak Chunhua, jalur cerita dari novel asli terpatri jelas. Ia tahu bahwa pada jam ini, di jalan ini, Li Qianqian akan nyaris mati terinjak kuda liar, lalu diselamatkan oleh protagonis, An Changyi.

Momen itulah yang seharusnya menjadi pertemuan awal keduanya, titik penting yang akan menumbuhkan hubungan mereka.

Akan tetapi, Chunhua tidak berniat membiarkannya terjadi begitu saja.

“Jika aku yang menyelamatkan gadis itu, maka utang budi jatuh padaku. Bukannya pada bocah An itu,” gumamnya pelan, suaranya bagaikan bisikan rubah yang licik.

Ia bisa membayangkan betapa berharganya seorang dokter berbakat seperti Li Qianqian.

Di dalam novel, gadis itu membantu An Changyi berkali-kali.

Jika Chunhua bisa mengikatnya lebih awal, ia akan mendapatkan sekutu medis yang berharga dan pada saat yang sama, sedikit melemahkan pengaruh An Changyi.

Kurang dari seperempat jam kemudian, derap kuda tiba-tiba terdengar dari kejauhan, keras, panik, dan mengguncang tanah.

Orang-orang berteriak ketakutan.

Dari ujung jalan, seekor kuda hitam menderap gila, kukunya menghantam batu hingga memercik.

Matanya merah menyala, busa putih berceceran dari mulutnya.

Pedagang berteriak, keranjang sayur tumpah, bau bawang dan tanah basah bercampur dengan debu yang beterbangan.

Suara kerumunan pedagang berhamburan ke pinggir jalan dan teriakan perempuan bercampur dengan anak-anak menangis.

Di tengah kekacauan itu, seorang gadis muda berlari menyeberangi jalan, entah karena panik atau karena terburu-buru, gaun kuning pucatnya berkibar, dan langkahnya tersandung batu.

Ia jatuh tepat di jalur kuda yang menggila.

“Yang Mulia, dia!” seru Su Yin panik.

Chunhua berdiri, matanya menyipit. Namun dalam sekejap, ia menyadari ada yang salah.

Gadis itu bukan Li Qianqian.

Raut wajahnya berbeda—lebih bulat, lebih lembut.

Chunhua mengenalinya.

Itu adalah Li Qiaoqiao, adik dari Li Qianqian.

Alis Chunhua berkerut tipis. Mengapa alur berbelok? Mengapa dia, bukan Li Qianqian?

Sepersekian detik keraguan melintas. Dan detik itu cukup bagi orang lain merebut momen.

Sebuah bayangan melompat cepat dari sisi jalan.

Seorang pemuda bertubuh tegap, berwajah tegas, mengenakan jubah biru tua.

Dengan gerakan cekatan, ia meraih tubuh Li Qiaoqiao, menariknya keluar dari jalur kuda yang melintas.

Sorak sorai langsung meledak dari kerumunan.

Semua mata memandang pemuda gagah yang berdiri tegap, memeluk gadis yang baru saja diselamatkan.

Li Qiaoqiao tampak menggigil dalam pelukan An Changyi. Wajahnya pucat, matanya berair karena ketakutan. Namun dari balik penampilan tragis itu, Chunhua melihat sesuatu yang berbeda.

Ada kilatan percaya diri di balik sorot matanya.

Seolah ia sudah tahu dirinya akan diselamatkan.

Senyum samar itu bukan milik gadis ketakutan, melainkan seseorang yang sudah membaca naskah akhir cerita.

Jemari Chunhua yang semula mengetuk kursi berhenti dan udara di sekitarnya seakan ikut menegang.

Chunhua menyandarkan diri kembali ke kursi, jemarinya kembali mengetuk perlahan pada lengan kursi kayu.

Aneh.

Apakah mungkin… Li Qiaoqiao ini bukan lagi Li Qiaoqiao

Apakah dia juga datang dari dunia luar?

Sebenarnya itu bukan tidak mungkin.

Jika dia dan Li Qianqian bisa berada di sini, mengapa tidak Li Qiaoqiao?

Lalu, apa tujuan Li Qiaoqiao melakukan ini?

Apakah dia sengaja mengacaukan jalur cerita untuk merebut tempat di sisi protagonis.

Kerutan halus muncul di dahinya.

Jika itu benar, itu berarti jalur novel yang ia ketahui tidak lagi bisa dipercaya sepenuhnya.

Kerumunan masih heboh memuji keberanian An Changyi.

Chunhua memejamkan mata sejenak, mengingat kembali isi novel.

Benar bahwa Li Qianqian memang banyak membantu An Changyi. Namun, jika dipikirkan ulang, An Changyi tetap mampu mengatasi semua kesulitan dengan kekuatan dan sekutunya sendiri?

Dan bukankah pada akhir cerita, Li Qianqian memilih meninggalkan segalanya, hidup sebagai dokter pengembara yang membantu rakyat kecil?

"Kalau begitu," batin Chunhua.

Peran Li Qianqian tidak sepenting yang dia sangka.

Membawanya ke sisinyamemang perlu, tapi tidak akan menentukan keberhasilannya mengubah nasib.

Senyumnya melengkung samar. “Tetap saja, lebih aman bila ia ada di sisiku. Setidaknya aku mendapatkan seorang tabib. Itu tidak pernah merugikan.”

Kereta Putri Agung mulai bergerak lagi, meninggalkan kerumunan yang masih ramai.

Dari kejauhan, An Changyi menoleh, matanya menatap lambang peoni emas di kereta itu.

Ia mengenalinya seketika, itu kereta Putri Agung Fangsu.

Senyum dingin muncul di bibirnya.

Di sampingnya, Liu Yuan mencondongkan tubuh, berbisik dengan nada menggoda.

"Changyi, kau lihat itu? Kereta Putri Agung. Dia pasti baru kembali dari bersenang-senang di Nan Hua Ting," ujarnya, "apakah kamu tidak melakukan sesuatu?"

An Changyi tidak menanggapi dengan wajah marah, tetapi tangannya menggenggam erat.

Dia menghela napas tipis, tatapannya tajam menembus arah kereta yang menjauh.

"Memangnya apa yang bisa aku lakukan? bertarung memperebutkan kasih sayang seperti wanita?" cibirnya, "mimpi!"

"Itu, Tuan Muda, terima kasih telah menyelamatkanku," cicit Li Qiaoqiao yang sejak tadi diabaikan.

"Tidak perlu dipikirkan," jawabnya.

"Sebagai ucapan terima kasih, bisakah saya mengundang dua tuan muda ke gedung Yunlan?" tanyanya dengan wajah merona.

"Ten—"

"Tidak perlu," putus An Changyi sebelum Liu Yuan menyetujui undangan itu.

Li Qiaoqiao tersenyum canggung, matanya sedikit berkaca-kaca. "Kalau begitu, bolehkah saya tahu nama kedua tuan muda, agar saya akan bisa menyampaikan terima kasih dengan benar."

An Changyi mengabaikan Li Qiaoqiao dan lebih memilih melihat kereta berlukiskan peoni itu berlalu. Bibirnya terkatup, suasana hatinya memburuk.

"Tidak perlu!" tukasnya, sedikit keras.

Merasakan suasana hati temannya memburuk, Liu Yuan berkata, "Nona tidak perlu repot. Ini hanya masalah kecil, tidak perlu berterima kasih."

"Kami pamit," lanjutnya.

Di dalam kereta, Chunhua tidak tahu bahwa tanpa dia sadari, dia telah membuat seseorang kesal.

Saat ini dia sedang memikirkan perihal Li Qiaoqiao. Itu benar Li Qiaoqiao atau bukan, tidak ada yang bisa mengacaukan hidup ketiganya ini.

“Su Yin,” panggilnya.

“Ya, Yang Mulia?”

“Perhatikan keluarga Li. Khususnya gadis kedua, Li Qiaoqiao. Aku ingin tahu setiap gerak-geriknya. Setiap teman bicara, setiap langkah keluar rumah, semua.”

Su Yin menunduk dalam-dalam. “Saya mengerti.”

Chunhua menyandarkan diri, senyumnya penuh misteri.

Kereta bergulir menuju Istana Putri, meninggalkan debu jalan raya dan hati yang mulai beriak.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!