NovelToon NovelToon
Kau Beri Madu, Maka Ku Berikan Racun.

Kau Beri Madu, Maka Ku Berikan Racun.

Status: sedang berlangsung
Genre:Suami Tak Berguna / Pelakor jahat / Selingkuh
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Jee Ulya

Hati Nadia pecah berkeping-keping mendengar Asri, sang ibu mertua menyuruh Arkan untuk menikah lagi didepan matanya.

"Kamu kan, juga butuh penerus untuk usahamu. Kalau Bilqis kan, beda. tetap saja bukan darah dagingmu, keponakanmu ya selamanya begitu."

Percakapan di meja makan tiga minggu lalu itu masih jelas terpatri di benak Nadia.

Meski sang suami selalu membela dengan berkata bahwa pernikahan itu bukan tentang ada dan tidaknya keturunan didalamnya, melainkan tentang komitmen dua orang untuk selalu bersama dalam suka dan duka.

Hingga suatu malam Nadia menemukan sesuatu di dalam telepon genggam Arkan. Sesuatu yang membuat dunia Nadia runtuh seketika.

Apa yang Nadia temukan? Lalu bagaimana Nadia menyikapinya?

Lalu bagaimana dengan Dio, yang muncul tiba-tiba dengan segudang rahasia gelap dari masa lalu nya? Mungkinkah mereka saling menabur racun diatas hama? Atau justru saling jatuh cinta?


Ikuti kisah mereka, dalam Kau Berikan Madu, Maka Ku Berikan Racun. 🔥🔥🔥

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jee Ulya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ayu Vs Juan

Setelah memikirkan berulang kali. Akhirnya Ayu memberanikan diri menemui orang dari masa lalunya itu.

Pria yang lebih tua enam tahun darinya, pria yang selalu berpenampilan rapi dan terukur.

Arjuna Bimantara.

Atau yang lebih akrab disapa Juan, pria yang kini telah menjadi kepala desa di umurnya yang baru dua puluh lima. Bukan sepenuhnya karena pengaruh ayahnya, tetapi karena karismanya yang menjadikan orang lain hormat padanya.

Pria yang senyumnya selalu penuh misteri. Tatapan teduhnya mampu membuat orang lain hanyut.

Mantan bos dari dunia gelap, atau saat ini Ayu belum benar-benar lepas?

Juan telah berdiri menghadap pemandangan kota, saat Ayu sampai ke apartemen tempat mereka biasa bertemu, mes karyawannya yang sudah tak lagi ia tempati.

"Halo..." Juan menyapa, kedua tangannya tidak ia keluarkan dari saku celana.

Ayu mematung, hatinya berdebar aneh. Punggung tegap berbalut batik gelap itu mendominasi Ayu.

Dug-dug, dug-dug.

"Terima kasih, kau menjaga bayi kita. Dia sehat." Entah sejak kapan Juan sudah berbalik memperlihatkan video detak jantung janin saat USG itu.

"I-itu, bukan anak mu, Mas." Suara Ayu pendek dan bergetar.

"Benarkah?" Ia melepaskan kacamata berbingkai hitam dari matanya yang menyipit.

Juan hampir menyentuh pipi Ayu, tapi perempuan itu menghindar dengan melangkah mundur. Berujung lengan Juan mengungkungnya di tembok.

"I-ya," Ayu mengumpulkan segenap keberanian, "jangan begini, Mas."

Mata kelam Juan menatap dalam pada mata Ayu, seolah menyedot habis sisa kekuatan yang perempuan itu miliki.

Juan memajukan wajahnya lebih dekat ke arah Ayu. Meraih bibir merah gelapnya, mengusap dengan jarinya kasar.

"Jangan lagi memakai riasan seperti ini. Kau tampak seperti jalang." Ucapnya lembut tetapi udara di sekitarnya mendadak dingin.

'Jalang' kata yang sudah jarang ia dengar, setidaknya dua tahun terakhir.

Entah mendapatkan kekuatan kembali dari mana, Ayu mendorong keras Juan hingga hampir terjungkal kebelakang.

"Cukup. Ini bukan anakmu." Sekali lagi Ayu menegaskan.

Hening diantara keduanya, aroma lavender samar masih tersisa di ruangan studio itu.

"Benarkah, tetapi aku yang lebih dulu datang sebelum pengecut, itu!" Raut wajah Juan berubah menyeramkan. Tangannya terkepal kuat menunjuk ke arah kosong.

"Aku sudah melunasi hutangku." Ayu menyerahkan sebuah cek bertuliskan angka lima miliar, lengkap dengan logo timbul dari sebuah bank, juga tanda tangan suaminya, ada di sana.

Juan merebut lembaran itu, menyobeknya menjadi dua.

Sreek... Suara kertas itu nyaring, bagai mengoyak lembaran hidup batu yang berusaha Ayu buka pelan-pelan.

"Omong kosong, Laras." Tangan Juan meraup wajah Ayu, menyatukan kedua bibir mereka kasar.

Juan yang setiap gerakannya selalu terukur, pasti hampir lepas kendali jika bertemu dengan perempuan itu. Dadanya sesak penuh emosi.

Ayu tidak kuasa menolaknya, Juan terlalu kuat menahannya. Ia sedikit menggigit bibir Ayu, membuka celah untuk lidahnya menjelajahi lebih dalam.

Ciuman itu kasar namun memabukkan, pria itu mendorong lembut tubuh Ayu pada sofa biru. Tangannya bergerak menuju rak pembatas disampingnya. Mematikan sebuah kamera kecil yang tersembunyi di antara pot bunga dan tumpukan buku.

Juan memberi ruang pada Ayu sebelum menaikkan posisi dirinya dengan hati-hati, seolah takut menyakiti mahluk yang tumbuh di dalam perutnya.

Mereka larut dalam penyatuan. Melebur semua yang membebani mereka. Juan dengan masa lalunya dan Ayu dengan kebingungannya.

Sejenak, lenguhan menuju puncak terdengar dari mereka berdua. Ayu menangis, Juan memeluknya.

Entah perasaan apa yang perempuan itu coba luapkan, ada amarah dan kebencian yang sarat.

Benci pada kenyataan bahwa ia masih saja terhubung dengan masa lalu kelam, juga amarah karena pernikahannya dengan Arkan tidak juga memberinya kebebasan.

Hening, semuanya tampak mati bagi Ayu.

"Laras,"

"Jangan sebut nama itu! Dia sudah mati." Ayu memotongnya.

"Aku... Aku minta maaf," lirih Juan mengeluarkan kata-kata yang hampir tidak pernah ia keluarkan untuk siapapun.

"Tidak perlu, aku hanya jalang yang bebas kau perlakukan!" pekik Ayu tanpa jeda. Rambutnya tidak lagi rapi, polesan lipstik pada bibirnya tidak beraturan.

Keduanya tenggelam dalam diam. Bayangan-bayangan masa lalu saling berbenturan. Ayu mendadak mual dibuatnya.

"Hooeek, hooeek." Ayu berjongkok di depan toilet, mencoba mengeluarkan dorongan dari dalam perutnya.

"Jangan mau lagi kalau disuruh makan rujak," Juan menunggui Ayu dengan sepiring apel kupas di tangannya.

Ayu menoleh ke arahnya. "Bagaimana mungkin dia tahu," batinnya.

"Tidak semua hal, yang mertua cerewet mu itu minta, untuk dikabulkan."

Mata Ayu memejam, bagaimana mungkin orang lain yang kasar padanya bisa begitu hangat, sedangkan Arkan yang suaminya secara sah bahkan sering tidak peduli apa yang ia alami.

Seketika pikirannya melayang pada pagi tadi,

Ia lagi-lagi terbangun sendirian di ranjang besar kamar itu, saat ia keluar, hanya ada aroma mangga muda menyengat dari dapur.

"Ayu, ini makan rujak. Biasanya orang hamil, suka yang segar-segar," Asri menyambut dengan buah-buahan asam yang tertata di piring besar, di tengahnya ada secawan sambal kacang yang menggoda.

Tetapi, bagi Ayu itu justru memicu rasa mual nya.

Arkan keluar dari kamar Nadia, membawa sebuah dokumen dalam stop map kuning.

"Turuti aja, apa kata Mama." Perintahnya sambil mengancingkan lengan kemejanya. Sedikit kesulitan.

Ayu berniat bergerak membantu, namun tangannya di tepis lembut oleh Arkan.

"Udah kok," ia tersenyum kecil, tidak hangat juga tidak dingin.

Ayu mengulum bibirnya yang kering.

"Aku pergi dulu, besok atau lusa kamu mungkin sudah bisa pindah dari sini, aku baru akan mendatangani ini," menunjuk pada tangannya.

"Pergi?" Asri tidak paham perkataan putranya itu.

"Iya, Ma. Nadia nggak mungkin serumah sama Ayu," tukas Arkan tanpa dosa, meluncur seperti kebiasaan Asri.

"Nadia lagi," batin Ayu hancur.

"Lalu, siapa yang mau menjaga kehamilan Ayu, anak jaman sekarang nggak bisa ditinggalin begitu aja," Asri tulus pada perkataanya, baru kali ini.

Lebih tepatnya karena khawatir pada janin Ayu. Sekali lagi, Janin Ayu— bukan Ayu sendiri.

"Ada dokter, Ma. Ayu akan rutin ke dokter untuk periksa,"

"Ayu, Ayu sendiri. Bukan kami, yang akan pergi periksa," Ayu mengulangi perkataan Arkan itu di hatinya.

"Lagian Nadia nggak akan mau pulang, Ma. Aku harus lakuin ini, demi kita semua." Arkan menutup percakannya sebelum pergi.

Tak ada salam, apalagi ciuman manis seperti dulu sebelum pergi.

Sentuhan pada punggung Ayu membuyarkan lamunannya.

"Kamu cantik, kalau ketakutan. Tapi tidak kalau menangis," Juan menyindirnya.

Ayu buru-buru mengelap air matanya yang tanpa bisa ia cegah sudah membanjiri pipinya.

"Terima kasih,"

Suara flush terdengar dari dalam kamar mandi, bukan Ayu, tapi Juan lah yang membersihkan sisa kotoran di toilet jongkok itu.

Semuanya kehangatan yang tengah Ayu rasakan itu buyar saat suara dari luar tiba-tiba memekakkan telinga,

"Ayu! Kamu mau membunuh Mama, Ya?"

1
Ma Em
Asro sdh tua bkn sadar dan insyaf benar kata Nadia hrs banyak ibadah agar bisa mengurangi dosanya masih saja serakah dgn harta .
Jee Ulya: Iya kaan, Nadia aja gedek bangett
total 1 replies
Jee Ulya
Wajib bacaaa
Winer Win
dasar tua Bangka si alaaaaan.serakah kali kau.belum kena karma ny nh org..awas strook buuuk
Jee Ulya: ide baguus 😣😭😭😭
total 5 replies
Winer Win
sakno kowe
Winer Win: hahhaa..mendadak jadi Avatar doooonnggg..
total 6 replies
Winer Win
xixi..nggak jadi takziah deh...
Winer Win: iyaaaaaa
total 2 replies
Erchapram
Bagus ceritanya, semangat ya Thor.
Jee Ulya: waah terimakasih banyaaak yaa 😭😭😍
total 1 replies
Winer Win
waaahh..meninggoy...kok enak kali matinya..
jangnlah dulu di matiin itu si ayunya Thor..Lom terkuak Lo itu kebusukan dia ..biar tmbh kejang2 itu si asri sama Arkan kalo tau belang ayu..
Winer Win: gassss
total 8 replies
Aksara_Dee
jin Dasim sedang bekerja
Jee Ulya: Iih jadi takuut 😣
total 1 replies
iqbal nasution
meninggal ya💪💪💪💪
ginevra
lah.... yang nengok siapa? Juan dong mestinya
Jee Ulya: Hihi, iyakan?
total 1 replies
ginevra
aku dukung kamu nad...
Jee Ulya: me too 😍
total 1 replies
ginevra
giliran gini aja baik2kin ...
ginevra
hiah... bisa aja lu nad... sekali kali merasa menang ye kan
Jee Ulya: Mulai hari ini, aku pemenangnyaaa. Kata Nadia sih, gitu 😁
total 1 replies
ginevra
disini aku jadi kasian sama ayu... dia gak di kasih tau apa gimana sih? seharusnya ditatar dulu
Jee Ulya: Wkwk resiko jadi mantu bu Asri. Apa-apa ya salah 🤣
total 1 replies
Winer Win
waooow..ternyata benar kan.kenpa dulu pas periksa katanya sehat semua.ap terjadi kesalahan medis..ketuker datanya..
dengan itu sudah membuktikan..kalo ternyata ayu bukan hamil anak arkah..hahahahahahahaha..sakno Kowe..
Winer Win: masama otor
total 8 replies
ginevra
stalker
ginevra
itu yang namanya apa saudara saudara? iya...kualat
Jee Ulya: Benarkah? Tabir ini belum sepenuhnya terungkap looh 😭
total 1 replies
ginevra
tak kuasa apa emang mau...
ginevra
Dementor kali ah
Jee Ulya: Juan fans beratnya mungkiin
total 1 replies
ginevra
hayoo lho... bayi nya siapa tu
Jee Ulya: Mari kita lihat sampai akhir, benih siapa yang tumbuh ituu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!