NovelToon NovelToon
Menolak Miskin Di Dunia Lain

Menolak Miskin Di Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Bepergian untuk menjadi kaya / Harem / Romansa / Ahli Bela Diri Kuno / Fantasi Wanita
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: MuTaz

Aku yang selama ini gila kerjaan, saat ini juga akan angkat kaki dari dunia kerja untuk menikmati kekayaanku. Aku sudah menyia-nyiakan masa mudaku dan kini usiaku bahkan sudah 45 tahun namun masih belum menikah juga karena terlalu sibuk mencari harta.

"Aku sungguh menyesal hidup hanya mendekam di ruang operasi!" Seketika mataku berkunang-kunang lalu..

'Klap'.

"Argh... uangku! Hidup mewahku! Dimana kalian semua."

Untuk kelanjutannya, yuk ikuti perjalanan ku di dunia lain untuk mendapatkan kembali harta, tahta dan lelaki tampan.

Lelaki tampan manakah yang akan ku pilih dan lelaki tampan mana yang kalian pilih?



Info ~

Karya yang saya buat ini hanya untuk hiburan semata dan berdasar pada karangan imajinasi penulis MuTaz. Saya membagikan hasil karya ini agar pembaca bisa menikmatinya.

Selamat membaca.. dan salam kenal..

Terimakasih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MuTaz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hujan Deras

"Hah ya ampun, maafkan aku Tuan." Ucapku buru-buru menyingkirkan tanganku.

"Kamu.., ah.. sial. Kenapa aku begini.." Ucap Dirga lirih.

"Ada apa Tuan? apa bagian bawahmu terasa sakit?" Tanyaku khawatir karena barangkali bagian bawahnya sedang bermasalah namun malah aku jadikan pegangan saat terjatuh.

"Jika sakit, apa kamu bisa membantuku?" Ucap Dirga sambil memegangi bagian bawahnya.

"Ya tentu saja, aku tau sedikit tentang ilmu pengobatan." Ucapku sedikit berbohong.

"Ah.. sudahlah, nanti bisa gawat jika aku tidak bisa menahan diri." Ucap Dirga.

"Menahan diri?" Gumamku. Dirga memalingkan wajahnya menatap keluar jendela, telinganya nampak memerah.

'Khiekkk...'

Kereta kuda yang aku tumpangi berhenti, sepertinya ada seseorang yang menghadang jalan.

'Kriekk'

Pintu kereta kuda terbuka, ternyata Bara yang menghentikan kereta kuda ini.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" Wajah Bara merah padam sangat menakutkan. Dia terlihat sangat marah.

Bara menarik lenganku dan membawaku turun dari kereta kuda.

"Kenapa jadi berasa seperti kepergok selingkuh oleh suami ya?" Gumamku dalam hati.

"Ikut aku!" Ucap Bara menarikku untuk naik ke kuda yang ditumpanginya.

"Apa yang kamu lakukan Bara?" Ucap Dirga mengejar kami.

"Biar aku saja yang mengantarkan nona ini, tadi gurumu mencarimu." Ucap Bara, duduk di belakangku.

"Apa kamu mau membohongiku lagi?" Ucap Dirga.

"Jika kamu tidak percaya, jangan salahkan aku jika gurumu memberikan hukuman untuk membawa batu sambil mengitari tembok benteng." Ucap Bara.

"Brengsek, pasti kamu sudah mengadukanku padanya." Ucap Dirga tampak kesal dengan tingkah Bara.

Akhirnya Dirga meminta maaf padaku karena tidak bisa memenuhi janjinya untuk mengantarkanku sampai tujuan.

 

Bara melajukan kuda yang kami tumpangi dengan cepat, tidak tau dia akan membawaku kemana, nafasnya sangat kasar dan jantungnya berdetak kencang.

"Kamu mau membawaku ke mana?" Tanyaku pelan.

Bara hanya diam dan terus melajukan kudanya. Hari ini cuacanya sangat mendung, banyak burung dan binatang lainnya berterbangan dari hutan. Pepohonan tinggi besar yang menjulang melebihi tembok benteng terlihat sangat menakutkan. Perasaanku juga sangat tidak enak seperti saat benteng diserang binatang buas.

"Aku harus bertemu dengan seseorang untuk mengobatinya. Bisakah kamu membawaku ke sana dengan kecepatan penuh?" Ucapku.

"Di mana tempatnya?" Ucap Bara.

"Tenda darurat, di sana ada kenalanku yang terluka. Aku harus segera memeriksa kondisi lukanya. Begitupun juga dengan pasien lainnya." Ucapku.

"Baiklah, pegangan yang erat." Ucap Bara sambil memutar kembali laju kudanya menuju ke arah benteng.

Untungnya walaupun tampak sedang marah Bara tetap mendengarkan ucapanku.

Jarakku saat ini masih cukup jauh dari benteng, hujan turun dengan sangat deras dan kilatan petir terdengar sangat keras.

Warga Desa saat ini masih mengungsi di tempat yang disediakan oleh Klan. Biasanya orang-orang dewasa seharusnya hari ini sudah mulai berbondong-bondong untuk melakukan perbaikan rumah yang telah rusak. Namun karena cuacanya sangat buruk, Ketua Klan memberikan perintah untuk semua orang dilarang keluar dari batas benteng. Sedangkan beberapa orang harus menebang pohon di hutan untuk membangun kembali rumah mereka.

"Kita harus turun dari sini, reruntuhan bangunan menghalangi jalan dan karena hujan sangat deras jalan menjadi sangat sulit untuk dilewati." Ucap Bara sambil menurunkanku dari kuda.

Pakaian kami basah semua, Bara menutupi tubuhku menggunakan jubahnya karena pakaian yang aku kenakan menjadi tembus pandang karena bahannya tipis.

"Apa kamu tidak apa-apa? semua rumah rusak, jadi tidak ada tempat untuk berteduh." Ucap Bara.

"Tidak apa-apa, sepertinya lebih baik kita berlari saja agar cepat sampai. Perasaanku sangat tidak enak." Ucapku.

"Baiklah, aku akan mengikutimu dari belakang." Ucap Bara.

Akhirnya kami pun berlari dengan sangat cepat, namun sudah pasti Bara mengurangi kecepatannya untuk mengikuti langkahku. Tidak mungkin kecepatan gerakkannya sama denganku yang baru pemula.

Aku pun berusaha menambah kecepatanku karena tidak ingin membebani Bara.

"Satu, dua, tiga... hoahh..." Suara riyuh terdengar dari arah pintu benteng berada.

'Brakkk'

'Duak-duak-duak.'

Aku dan Bara hampir sampai di area benteng, di sana banyak lelaki yang sedang bekerjasama untuk menutup bagian tembok yang rusak, sementara ini mereka menutupnya hanya dengan menggunakan batang pohon besar.

"Tolong... tolong..! tabib, apakah ada tabib di sini." Ucap Bibi Sarah berlari keluar dari tenda sambil menangis.

"Kenapa ada apa denganmu Sarah?" Tanya Paman Guan yang sedang membantu memperbaiki benteng.

"Gawat! banyak pasien yang keracunan setelah aku berikan minum." Ucap Bibi Sarah dengan wajah pucat. Dia terlihat sangat ketakutan dan khawatir akan keselamatan semua orang.

"Dari mana kamu dapatkan air itu?" Ucap Paman Guan sambil memegangi kedua bahu istrinya.

"Aku mengambilnya dari sumur milik warga di dekat sini, karena air di sungai terkena aliran darah."

"Kemungkinan ada seseorang yang memberikan racun di sumur milik warga karena sudah memprediksi kalau air sungai akan tidak bisa terpakai jika hujan turun." Ucap Bara.

"Tuan.. dan nak Rayna.., hujan deras seperti ini kenapa kalian berdua justru datang kemari?" Ucap Paman Guan.

"Tolong kami nak.. kebetulan sekali kamu datang ke sini, hanya kamu yang bisa menolong semua orang di sini." Ucap Bibi Sarah sambil memohon padaku.

"Baiklah ayo kita harus segera mencegah racun itu semakin menyebar." Ucapku sambil bergegas menuju tenda darurat.

1
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
lanjit
Pecinta Gratisan
mantap💞 jiwa
Pecinta Gratisan
mantap💞 thor cerita nya💞
Pecinta Gratisan
wait and see🤭
Suzana Diro
hmmm dah macam j********
malas nak cakap cerita bagus tapi tolong jangan banyak adegan 18sx
tolong yang athor
jadi nak baca tidak syok kalau banyak sangat 18sxnya
/Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/
Fransiska Husun
sudah punya kekuatan kok lemah sekali
Fransiska Husun
up up lagi
Fransiska Husun
up up lagi semangat thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!