NovelToon NovelToon
Kania Dan Luka

Kania Dan Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Beda Usia / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Yourfee

Kania nama gadis malang itu. Kehidupan sempurnanya kemudian berantakan setelah sang ibu meninggal dunia. Ayahnya kemudian menikahi janda beranak satu di desanya. Kehidupan bahagia yang sempat dirasakannya di masa lalu terasa seperti barang mewah baginya. Kania nama gadis malang itu. Demi menutupi utang keluarganya, sang ayah bahkan tega menjualnya ke seorang rentenir. Pernikahannya bersama rentenir tua itu akan dilaksanakan, namun tiba-tiba seorang pria asing menghentikannya. " Tuan Kamal, bayar utangmu dulu agar kau bebas menikahi gadis mana pun", pria itu berucap dingin. Hari itu, entah keberuntungan atau kesialan yang datang. Bebas dari tuan Kamal, tapi pria dingin itu menginginkan dirinya sebagai pelunas utang. Kania nama gadis itu. Kisahnya bahkan baru saja dimulai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yourfee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 4

 Kania tidak menyangka. Dia hari pernikahannya, ia harus mendapat pengantin pengganti. Lelaki asing yang entah dari mana datangnya. Di hadapan pendeta dan disaksikan oleh beberapa tamu undangan, pernikahannya pun dilangsungkan. Pria itu bahkan sangat serius dengan ucapannya. Kania bingung takdir hidup macam apa yang tengah dihadapinya. Ia terikat pernikahan seumur hidup dengan pria yang bahkan belum pernah ditemuinya sebelum hari itu. Rasa takut tiba-tiba menyusup hatinya. Kehidupan macam apa yang akan dijalaninya. Kania bimbang. Pria asing itu terlihat tanpa ragu menikahinya. Sebenarnya siapa pria itu. Pikiran-pikiran liar mulai merasukinya. Bagaimana jika pria itu adalah seorang buronan? Bagaimana jika pria itu adalah mafia kelas kakap seperti yang sering dibacanya di novel-novel. Bagaimana jika orang asing itu adalah pria beristri? Arkhhhh semakin dipikirkan, semakin pening. Kania berusaha rileks, seolah-olah tidak ada hal berarti yang sedang dicemaskan. Resepsi sederhana itu akhirnya berakhir. Pria itu mulai mengutarakan niatnya kepada ayah kania, Winara. Ia bermaksud memboyong Kania hari ini juga.

Sekali lagi, tatapan Kania menyusuri petak sempit yang menjadi tempat ternyamannya sejauh ini. Gadis itu menghapus air mata yang turun tanpa permisi dari pelupuk matanya. Sedikit berat meninggalkan rumah yang menyimpan memori kebersamaannya dengan sang ibu. "Ibu, bagaimana ini? Aku sangat bingung". Lirihnya. Kania menepuk-nepuk dadanya yang terasa sangat sesak. Tangannya mengelap kasar air mata yang membasahi wajahnya. Ia keluar dari petak sempit itu, sekarang menuju ruang tamu. Pria asing itu ada di sana, terlihat sedang berbicara serius dengan sang ayah, entah apa isi pembicaraannya Kania tidak peduli. Di sofa seberang, terlihat ibu dan kakak tirinya juga duduk, tatapan kakak tirinya tak lepas dari wajah pria asing itu. Rina terlihat sangat mengagumi ketampanan suaminya. Kania tidak peduli, gadis itu lebih memilih berdiri sebelum tangannya ditarik paksa oleh suaminya. Pria itu memintanya untuk duduk. Tuan Winara menatap putrinya acuh, seolah-olah Kania barang tak bernilai di matanya. Ia bahkan beberapa kali menjadi alasan putrinya menangis, namun mata batinnya seolah-olah tertutup. Hari itu juga Kania pergi dari rumah itu, tanpa air mata perpisahan dari sang ayah. Ibu dan kakak tirinya bahkan meliriknya tanpa minat. Keluarganya memilih untuk fokus pada jumlah uang fantastis yang diterimanya dari menantu dadakan keluarga itu. Drama keluarga itu akhirnya berakhir. Saat ini, Kania berada di dalam mobil suaminya, duduk di sebelah suaminya yang tengah sibuk dengan ponselnya.

"Ki-kita mau ke mana, Tuan?" Kania memberanikan diri bertanya meskipun kegugupan semakin menguasainya.

Lelaki itu meliriknya sekilas kemudian mengabaikan rasa penasaran istri dadakannya. Tangan pria itu sibuk mencengkeram setir mobilnya seolah-olah tak ada manusia di sampingnya. Mobil melaju dengan kecepatan sedang menapaki jalan-jalan setapak di pedesaan itu. Kania membuang tatapannya keluar berusaha menikmati perjalanannya kali ini. Di kiri kanan jalan, terlihat hamparan padi yang mulai menguning. Para petani terlihat sibuk dengan pekerjaannya. Anak-anak pedesaan bermain riang di lahan kosong, menikmati indahnya masa kecil yang akan dirindukan di kemudian hari. Matahari mulai turun ke peraduannya, memancarkan cahaya kuning yang membuat lukisan alami ini semakin indah. Kania menghela napasnya pelan. Suasana damai ini yang akan dirindukannya nanti. Hatinya gundah. Ia belum sempat ke makam ibunya, hal paling wajib yang sering dilakukannya seminggu sekali. Dalam diam, kepingan-kepingan memori kebersamaannya dengan sang ibu perlahan menari-nari di kepalanya. Ia larut dalam pikirannya, mengabaikan pria asing yang disebut suami itu.

Restui keputusanku kali ini Ibu, batinnya. Ibunya selalu mengatakan bahwa akan ada pelangi setelah hujan. Ya, Kania menunggunya, menunggu pelangi indah yang entah kapan datangnya. Mobil yang dikendarainya telah memasuki jalan raya. Gadis itu meremas-remas kedua tangannya dengan gugup.Kania bahkan tidak tau ia akan dibawa ke mana oleh pria asing itu. Ingin bertanya sekali lagi rasanya terlalu enggan. Takut-takut, ia melirik pria itu. Di lihat dari sudut mana pun pria ini sangat tampan. Lihatlah kontur wajahnya sangat sempurna, batin Kania lirih. Kania bingung kenapa pria itu sulit sekali bicara. Padahal, tadi ia mendengar langsung pria itu mengoceh panjang lebar dengan Tuan Kamal. Mungkin pria itu kehilangan kemampuan bicaranya, pikir Kania. Gadis itu tidak sadar bahwa tatapannya sekarang persis orang kerasukan. Pria di sampingnya bahkan mengernyitkan keningnya bingung melihat tatapannnya.

"Apa aku setampan itu?" Tanyanya singkat, sedikit menyebalkan.Kania gelagapan, tidak sadar bahwa perbuatannya diketahui pria itu. Duh siapa nama pria itu? Kania bahkan lupa.

Edward yah Edward. Berkali-kali, Kania mendengar rentenir tua itu memanggilnya Tuan Edward.

Sepertinya, Tuan Kamal sangat mengenali pria itu. Mungkin saja mereka rekan bisnis. Eh tapi selisih usia mereka sangat jauh. Bagaimana mungkin Tuan Kamal sangat takut dengan pria asing ini ?Tunggu! Berarti, pria ini juga seorang rentenir? "Tuan apa kau seorang rentenir?"

Edward Lamos mengerem mendadak, melirik istrinya kesal.

1
Irha Sila
Luar biasa
pipitjfa
romantis banget sihh, padahal dulu marah marah
pipitjfa
nahh iya ed Lo sih jangan berlebihan
pipitjfa
tbl-tbl Karin Lo jujurly banget sihh
pipitjfa
wkwk sebuah keberuntungan
pipitjfa
iya dong Kania kamu merasa di lindungi soalnya Edward turunan Ultraman makanya bisa gitu
pipitjfa
yang benerr takut gelappp atau karena pengen sama Edward nih kamu?
pipitjfa
wkwk permintaannya di luar ekspektasi yaa pelik
pipitjfa
tadi marah-marah sekarang udah senang aja
pipitjfa
kerennn tau kakk semangat teruss yaa
pipitjfa
Yee dibilangin gak percaya
pipitjfa
dia makan boncabe level berapa sih? pedas banget mulutnya
pipitjfa
polos banget yaa bund
pipitjfa
gemes banget suerr
pipitjfa
wkwk gak bisa diam ga niaa
pipitjfa
pria bisu dongg
pipitjfa
beruntung dong Kania, gak nikah sama kakek kakek
pipitjfa
malah kayak sugar Daddy loh ini
pipitjfa
utang ketemu utang
pipitjfa
beneran di nikahi?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!