Anna bukan janda, aku tahu semuanya
tapi aku tak bisa mengatakan itu padanya
aku takut dia justru akan pergi dari ku setelah tahu semuanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shikacikiri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Pulang dari rumah Stevan, Anna terus memperhatikan Abel yang sejak keluar hanya diam saja.
"Dokter Frans terlihat lemah" ucap Anna mengawali pembicaraan.
"Hmm, sudah tua" jawab Abel sembari fokus menyetir.
Anna kehabisan topik pembicaraan, dia masih memikirkan tentang pembicaraan mereka tadi. Selama 10 tahun, meskipun begitu sibuk, Abel selalu menyuruhnya minum suplemen tulang, agar kakinya tidak merasakan sakit. Tapi, dia bahkan tak pernah ingat kapan Abel minum obatnya, agar rasa sakit di rusuknya tak terasa jika duduk lama.
Anna menelan salivanya, teringat bagaimana Abel begitu sibuk dalam kesehariannya di kantor dan bepergian keluar kota. Karena Anna yang selalu saja kesal padanya, dia jadi lupa kalau Abel mungkin merasakan kesemutan saat duduk lama di pesawat.
Anna menatapnya lagi, kali ini pun terpikirkan apa dia merasa sakit saat menyetir sendiri seperti itu.
Sampai di apartemen.
"Tidurlah di rumah ku, baru besok malam kamu balik ke rumah. Ini sudah terlalu malam" ucap Abel.
"Baik Pak! " jawab Anna tak protes.
Abel cukup terheran, namun senang karena di mau menginap.
"Apa punggung mu baik baik saja? " tanya Anna.
Abel menatapnya sembari memencet tombol lift.
"Sedikit kesemutan di tangan, tapi tidak apa-apa" jawab Abel seraya menunjukkan tangannya.
Anna memegangi tangannya, Abel terkejut, tapi membiarkannya.
"Maaf, selama ini... saya tidak memperhatikan punggung anda lagi" ucap Anna sembari mengusap-usap tangannya.
Abel tersenyum, senang meski hanya mendapat perhatian setelah dia menyinggungnya.
"Apa aku harus mengingatkan semua yang kamu lupakan supaya kamu bersikap baik padaku? " ucap Abel kemudian pintu lift terbuka.
Anna melepaskan tangannya.
"Tidak, hanya merasa bersalah saja" ucap Anna kemudian keluar lebih dulu.
Abel tersenyum, dia menyusul, namun melihat Anna tak beranjak lagi.
"Kenapa? Sandinya masih sama" ucap Abel.
Kemudian tatapannya beralih pada seorang wanita yang berdiri di depan pintu apartemennya.
"Hai..! " sapa Clara.
Anna menatap koper yang ada di samping Clara.
"Kau ikut pulang dengan Abo? " tanya Clara.
Anna merasa sedang dipertanyakan, mengapa sekretaris ikut pulang dengan atasannya. Meskipun sebenarnya dia lebih lama tinggal dengan Abel sebelumnya.
'Abo? Apa itu? Nama panggilan sayang? Heuhh Abo! ' Anna mengejeknya dalam hati.
"Ya, kami pacaran, jadi kapan pun dia bisa datang ke rumah ku" ucap Abel seraya merangkul pinggang Anna.
Anna terkejut, matanya membulat menatap Abel.
Jelas Clara menunjukkan wajah tak suka melihat tangan Abel melingkar di pinggang Anna. Namun dia berusaha untuk tersenyum.
"Aku mampir, karena ketinggalan pesawat tadi sore, ku pikir ada penerbangan lagi malamnya, tapi ternyata tidak, apa boleh aku menginap, besok akan ku cek lagi kapan penerbangan ke Australia" ucap Clara.
"Penerbangan ke sana selalu ada, tapi tidurlah di sini, biar Armand antar kamu ke bandara besok" jawab Abel masih memeluk Anna.
"Ahhh, terimakasih! " ucap Clara.
"Ayo sayang! " ajak Abel pada Anna yang hanya diam tersenyum.
**
Clara masuk ke kamar yang dulu Anna tempati, sementara Abel memaksa Anna untuk tidur di kamarnya karena terlanjur mengatakan bahwa mereka pacaran.
Anna merapikan sofa dan bantal yang akan dia gunakan untuk tidur.
"Hmmm, sudah siap! " ucap Anna sembari menepuk tangannya.
Abel yang baru mandi, melihatnya.
"Kenapa meletakkan bantal dan selimut disitu?" tanya Abel.
"Untuk saya tidur" jawab Anna polos.
Abel menatapnya.
'dia selalu siap dengan drama apapun yang terjadi mendadak, tak pernah salah langkah atau salah tingkah' ucap hati Abel memuji.
"Baguslah! " ucap Abel.
Anna senang, hari ini Abel tak begitu terlalu mendebatnya. Dia pun berbaring dan menyelimuti dirinya.
Abel pun berbaring di ranjangnya.
"Ini bulan ke empat kamu pindah" ucap Abel.
Anna memiringkan badannya agar bisa mendengar ucapan Abel.
"Hmm? " tanya Anna singkat.
"Ini bulan ke empaat" ucap Abel sedikit keras.
"Ahhh ya" jawab Anna.
"Disuruh pindah ke sebelah malah cari rumah biasa di pinggir kota" keluh Abel.
"Dekat dengan pasar, saya jadi bisa hemat masak setiap hari" jawab Anna dengan mata terpejam.
Abel ikut memiringkan badannya agar bisa berhadapan dengan Anna.
"Aku kesulitan saat pertama kali kau pindah" ucap Abel pelan.
Anna tak menjawab, Abel pikir mungkin dia sudah tidur.
"Sangat kesulitan menahan rindu untuk melihat mu seperti ini" ucap Abel lagi.
Anna mendengkur, kemudian berbalik memunggunginya. Tapi dia tidak tidur, dia membuka mata dan cukup terkejut dengan apa yang diucapkan Abel.
"Dia malah berbalik" keluh Abel.
Anna melirik, masih mendengarkan apa yang dikatakan Abel selanjutnya.
"Aku sering kesemutan, terutama saat duduk sarapan karena selalu melamunkan mu"
"Aku sering lupa kalau kau tidak ada di kamar mu dan selalu datang ke sana lalu malah tidur di sana"
Abel terus bicara, hal itu membuat Anna kesal kemudian tiba-tiba bangun dan berdiri di hadapannya.
"Kenapa? Anda mau minta dibuatkan mie? Setiap anda mengetuk pintu malam-malam dan minta dibuatkan mie, apa anda tidak berpikir kalau saya baru saja memejamkan mata, baru saja merebahkan diri di ranjang! " ucap Anna.
"Kau tidak tidur? " tanya Abel polos.
"Sekarang pun bagaimana bisa tidur? Anda terus bicara, berisik tau! " Anna berbalik dan hendak tidur lagi.
"Aku lapar, mau mie" ucap Abel.
Kemudian suara perutnya yang lapar terdengar.
Anna menendang selimutnya karena kesal.
Abel terkejut, tapi tertawa kecil. Sudah lama dia tak melihat kekesalan Anna seperti itu.
Anna keluar dari kamar sambil mengikat rambutnya, Abel menyusul namun menabraknya karena Anna berhenti berjalan saat melihat Clara duduk di kursi meja makan.
"Hai... Kalian belum tidur? " sapa Clara.
Clara menatap Abel yang berdiri sangat dekat dengan Anna.
"Tidak usah makan mie ya? " ucap Anna mendongak.
"Ini rumah ku, kenapa canggung pada tamu? " ucap Abel seraya menarik tangan Anna menuju dapur.
Abel mengantar Anna ke depan kompor dan berdiri bersandar menunggunya membuat mie.
Clara menatap Abel, Abel memperhatikan Anna.
"Sudah, ini! " Anna memberikan semangkuk mie instan nya.
"Ayo kita makan bersama" ajak Abel dengan tangan mengajak Anna duduk.
Abel menyuapi Anna yang benar-benar sangat rela melakukan ini karena tahu Abel ingin Clara berhenti datang ke rumahnya.
'ini bukan urusan ku, tapi aku suka melihat wanita itu berhenti berpikir kalau Abel hanya mencintai dirinya' ucap hati Anna.
Tapi kemudian dia terdiam menatap Abel.
'lalu Pak Abel mencintai siapa? apa benar mencintai ku? ' tanya hati Anna.
"Mie buatan mu selalu enak, terutama hari ini" puji Abel.
Tapi Anna larut dalam lamunannya.
'apa dia benar-benar menyukai ku? ' hati Anna masih bertanya-tanya.
"Tentu saja enak, kalian menikmati situasi ini, aku menonton mantan pacar ku bermesraan dengan kekasih barunya" ucap Clara.
"Bermesraan?" Abel menatap Anna yang terbangun dari lamunannya karena ucapan Clara.
"Maksud mu seperti ini? "
Abel meraih leher Anna dan menyatukan bibir mereka, melumat bibir Anna di depan Clara seolah mereka benar-benar sepasang kekasih.
\=\=\=\=\=\=\=>>>>