Alea, wanita tangguh berusia 25 tahun, dikenal sebagai bos mafia paling ditakuti di Itali. Dingin, kejam, dan cerdas—tak ada yang bisa menyentuhnya. Namun, sebuah kecelakaan tragis mengubah segalanya. Saat terbangun, Alea menemukan dirinya terjebak dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 16 tahun bernama Jasmine—gadis cupu, pendiam, dan selalu menjadi korban perundungan di sekolah.
Jasmine sendiri mengalami kecelakaan yang sama... namun jiwanya menghilang entah ke mana. Kini, tubuh rapuh Jasmine dihuni oleh jiwa Alea sang bos mafia.
Dihadapkan pada dunia remaja yang asing dan penuh drama sekolah, Alea harus belajar menjadi "lemah"—sementara sisi kelam dan insting mematikan dalam dirinya tak bisa begitu saja dikubur. Satu per satu rahasia kelam tentang kehidupan Jasmine mulai terkuak—dan sepertinya, kecelakaan mereka bukanlah sebuah kebetulan.
Apakah Alea bisa bertahan di tubuh yang tak lagi kuat seperti dulu? Atau justru Jasmine akan mendapatkan kekuatan kedua untuk membalas semua lu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hinata Ochie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 – Dikejar di Balik Gunung
Pagi ini di pegunungan desa tempat James tinggal, biasanya sangat cerah dan hangat, namun tidak kali ini, entah mengapa suasana pagi amat dingin dan mencekam, angin yang berhembus sepoi-sepoi, membawa aroma bau tanah basah yang menyegarkan, namun hati Alea nampak tak tenang, ia merasa ada sesuatu yang akan terjadi hari ini. Alea mendekati jendela kamar lalu membukanya, ia melihat ada kabut yang masih menggantung di antara pepohonan, Alea menyapu pandangan nya ke sekeliling hamparan ladang di depannya. Alea masih melihat lihat dan matanya terpaku pada tiga ekor burung gagak yang bertengger di atas pagar pembatas ladang, tiga burung itu seperti sedang menatap tajam ke arahnya, tatapan ke tiga burung itu nampak kosong, lalu tiba-tiba ada desiran angin menyapu tengkuknya.
"Insting ku tak pernah salah" Gumam Alea. Saat akan berbalik Alea melihat sekelebat bayangan hitam, ia mengerutkan dahinya.
"Siapa itu" batin Alea, ia memutuskan untuk turun ke bawah dan membantu Silvia di dapur, Alea melihat Silvia sedang menyiapkan sarapan dan ia melihat tangan Silvia gemetar saat memotong sayuran.
"Bibi kenapa, apa bibi sakit" tanya Alea.
"Semalam ada orang yang berdiri di tengah ladang, ia berpakaian serba hitam, tapi saat paman mu ingin menghampiri orang itu tidak ada sama sekali, bibi takut Raka" Silvia menangis ketakutan, tubuhnya gemetar hebat.
"Bibi maaf kan Raka ya, kedatangan Raka kemari justru malah merepotkan kalian" ucap Raka.
"Kau tak perlu minta maaf, bibi mu hanya shock saja, kalian jangan khawatir ya" James mencoba menenangkan istrinya.
Alea bertukar pandang dengan Raka, ia merasa persembunyian mereka sudah di ketahui.
Raka sangat penasaran dengan sosok yang di bicarakan bibinya saat di dapur, akhirnya setelah selesai membersihkan piring bekas sarapan pagi, Raka pergi ke ruang kerja yang berada di bawah rumah, di ruangan itu terdapat sebuah laptop lama yang masih berfungsi, Raka mengecek kamera CCTV yang ia pasang saat tiba di perkebunan ini.
Raka mencari dengan detail rekaman semalam pada pukul 01.30 seperti yang bibinya katakan. Dapat terlihat jelas ada sosok berpakaian serba hitam berdiri diantara ilalang menatap tajam ke arah rumah James.
Raka tak dapat melihat dengan jelas wajah orang itu, hanya sosok tinggi berbaju hitam, namun tiba-tiba saja sosok itu menghilang bagai kabut tertiup angin. Raka terbelalak melihatnya, dalam benaknya berkecamuk beberapa spekulasi.
"Jangan jangan sosok itu adalah orang-orang organisasi" batin Raka. Ia bergegas kembali ke atas untuk menemui Alea.
"Gawat kurasa mereka sudah mengetahui keberadaan kita di sini" ucap Raka.
Alea mengerutkan dahinya, ia berpikir bayangan hitam yang ia lihat melalui jendela kamar adalah orang yang sama. Gadis itu mengambil jaket hangatnya lalu menaikan resletingnya.
"Kita gak bisa selamanya kabur kaya kelinci, sekarang waktunya kita buat ngelawan" mereka berdua saling bertatapan, lalu Raka mengangguk, ia mengambil jaket hangatnya lalu bergegas pergi bersama Alea.
Sebelum pergi Raka dan Alea pamit pada James dan Silvia, mereka tak ingin orang-orang organisasi mencelakai kedua pasangan suami istri yang baik hati itu.
Mereka sudah menyiapkan segala keperluan di dalam tas, siang itu kabut masih menyelimuti pedesaan, saat mereka berdua akan pergi James melihat ada seseorang yang mengendap-endap di balik pepohonan depan rumahnya. James curiga karena tak ada orang desa yang mengenakan pakaian serba hitam. Dan tiba-tiba saja sebuah pohon besar tumbang, suaranya menggelegar mengejutkan semua penghuni rumah, dahan dan rating pohon besar itu berserakan menghalangi jalan keluar. Tiba-tiba saja James berteriak...
"Lari cepat, orang itu bukan penduduk desa, lewat pintu belakang cepat lah" Raka menarik lengan Alea dan mereka kabur melewati pintu belakang. Dari balik pohon tumbang muncul Dante dengan badan besar yang separuh tubuhnya besi, ia menyingkirkan barang pohon besar itu dengan satu tangan, lalu di belakang Dante ada Selena yang berjalan dengan meraba ke segala penjuru di karenakan ia buta, namun insting nya sangat lah kuat.
"Target terdeteksi, ia aktif dan mulai bergerak" ucapnya.
Alea dan Raka terus berlari menerobos hutan, mereka tak menoleh kebelakang, dalam benak Raka ia merasa tak tenang, ia memikirkan keadaan paman dan bibinya ia mereka tinggalkan begitu saja. Raka khawatir jika orang-orang organisasi menangkap dan mengurung mereka.
...----------------...
Mereka terus berlari masuk ke dalam hutan, tanah becek sedikit memperlambat laju mereka, Alea mulai terengah-engah namun ia terus berlari mengikuti langkah Raka, wajah cantiknya penuh luka akibat sayatan ranting-ranting sepanjang pelariannya.
"Kau lelah" tanya Raka saat ia menoleh ke arah Alea.
"Tak ada kata lelah dalam kamus ku, kita harus cepat" Raka hanya bisa menggeleng melihat sikap Alea yang agak sombong. Tak jauh dari mereka di antara pepohonan dalam hutan Justin sedang berlari mengejar Raka dan Alea. Kedua jiwa Justin bertarung.
"Kita harus menangkap mereka hidup-hidup" ucap salah satu jiwa Justin.
"Hey biarkan aku bersenang-senang dulu dengan mereka baru kita tangkap, bagaimana" ucap salah satunya. Justin sibuk berbicara dengan dirinya sendiri. Namun ia tetap fokus mengejar buruannya.
Melihat Alea yang kelelahan Raka menggandeng Alea dan mengajaknya ke jalan setapak menuju jurang kecil. Mereka berjalan saling bergandengan tangan, sesekali Raka menoleh ke Alea memastikan gadis itu tidak apa apa, lalu ia kembali memimpin jalan. Sementara itu di tempat berbeda yang jaraknya tak begitu jauh dari Raka dan Alea, kedua orang suruhan organisasi Dante dan Selena terus mencari jejak Alea. Selena meraba tanah dan meletakkan sebuah alat kecil di tangan nya lalu ia mengaktifkan alat resonansi jiwa untuk mencari keberadaan Alea.
Tiba-tiba saja Alea merasakan tubuhnya bergetar hebat membuat lutut Alea lemas, Alea berlutut di tanah ia merasakan ada getaran dari liontin yang selama ini di kenalan oleh Jasmine, ia juga mendengar bisikan Jasmine di telinganya.
"Lari... lari sejauh mungkin.. jangan biarkan mereka ambil tubuh ini..." Suara Jasmine bergema di kepalanya. Alea menggertak kan giginya, ia menarik liontin itu lalu membuangnya, matanya memandang tajam ke depan.
"Hey kau tak apa apa" tanya Raka.
"Ya, cih aku jauh lebih baik sekarang" ucap Alea sinis.
"Siapapun kalian jangan pernah menyentuh kepala kami lagi" Gumam Alea.
Ia lalu bangkit dengan mata lebih tajam, kilatan kemarahan terpancar di sana, Raka yakin kini gadis itu sepenuhnya adalah Alea, ia dapat melihat perubahan dari sorot mata Alea.
...****************...
Mereka berhasil di temukan oleh Justin, ia tiba-tiba keluar dari balik pepohonan dan menghadang Raka juga Alea.
"Lea kau lari lah biar aku yang menghadapi nya" ucap Raka. Gadis itu mengangguk namun Justin menghalangi langkah Alea.
"Kau mau kabur kemana, bukan kah kau ingin tau siapa dirimu yang sebenarnya" Justin seakan mengejek Alea dan Raka. Karena kesal Raka mulai menyerang Justin, ia mengambil sepotong dahan yang agak besar sebagai senjata untuk menghadapi Justin. Tapi Justin bukanlah lawan Raka, ia sangat kuat sehingga Raka kewalahan menghadapi nya.
Dengan sisa tenaga terakhir nya Raka mendorong Justin sekuat tenaga, Justin jatuh ke dalam jurang terjal di belakangnya, Raka melihat ke dasar jurang, aneh tubuh Justin raib begitu saja.
"Dia bukan manusia biasa, apa yang sedang organisasi buat sebenarnya" batin Raka.
Setelah mengalahkan Justin, ia bergegas menyusul Alea yang sudah berlari jauh di depannya. Raka akhirnya dapat menemukan Alea yang sedang kelelahan di balik sebuah batu besar.
"Kau baik baik saja" tanya Raka.
"Aku tak apa, bagaimana dengan mu, sepertinya kau terluka" ucap Alea. Ia melihat ada beberapa luka pada wajah juga tangan Raka.
"Ini bukan apa apa, sebaiknya kita cepat pergi dari sini sebelum yang lain menemukan kita" mereka melanjutkan perjalanan menuju sebuah gua kecil yang tak jauh dari tempat Alea bersembunyi tadi.
Gua itu adalah bekas markas rahasia milik ayah Raka dulu, tak ada yang dapat menemukan mereka di sana, gua itu sangat tersembunyi di balik sebuah batu besar dan juga pepohonan. Mereka beristirahat sebentar di dalam gua itu. Di dalam gua banyak senjata tua, selimut, ranjang lipat dan juga radio panggil yang sudah tua.
Alea duduk di atas ranjang lipat, tubuhnya lemah tapi pikirannya semakin tajam.
"Kita nggak bisa terus lari. Kalau terus begini, kita akan hancur sebelum sempat tahu kebenarannya." ucap Alea.
"Kau yakin bisa melawan mereka?" tanya Raka.
"Aku mungkin bukan Jasmine... tapi aku juga bukan Alea yang dulu. Aku sesuatu yang baru dan mereka salah kalau mengira aku lemah." Mata Alea menatap tajam ke arah mulut gua yang di tutupin oleh kabut.
...****************...
Malamnya Alea tertidur, sedangkan Raka berjaga di dalam mulut gua, ia melihat Alea yang sedang tertidur namun nampak tak tenang. Ternyata Alea bermimpi sedang berbicara dengan Jasmine.
"Aku sangat takut, jika mereka berhasil menangkap kita maka kita semua akan hancur" ucap Jasmine.
"Kau jangan takut kita gak boleh lari terus, kalo gak kita lawan mereka akan terus semena-mena" jawab Alea.
"Tapi kau jangan tinggalkan aku" mata Jasmine berkaca-kaca.
"Aku gak akan ninggalin kamu, udah jangan cengeng, kamu harus kuat ok" Jasmine akhirnya tersenyum.
Alea terbangun dari tidurnya, raja menghampiri nya.
"Kau kenapa" tanya Raka.
"Besok kita harus melawan mereka" Alea menatap tajam Raka, pemuda itu mengangguk.
Sementara itu dari kejauhan, Selena menggunakan alat pendeteksi panas mencari keberadaan Alea dan Raka. Alat itu menangkap panas dari dalam sebuah gua kecil. Selena tersenyum...
"Sudah kuduga. Dia akan melawan. Itu yang kami harapkan."