Welcome to the sequel of You're Mine Brianna
Perjalanan seorang Hana Elodie Brown menghindari Ayahnya yang otoriter terhadap dirinya. Berbagai cara ia lakukan agar hidupnya bisa terbebas dari aturan yang menurutnya tak sesuai dengannya. Sampai pada suatu ketika, Hana dipertemukan oleh takdir dengan seorang pria yang tak pernah ia inginkan semasa hidupnya, Daniel Leonardo Smirnov. Seorang mafia yang dunianya penuh dengan kegelapan melebihi tempat tergelap di dunia. Mampukah Hana menjadi penerang bagi Daniel dan akankah Daniel mampu memberikan kehidupan yang diinginkan oleh Hana? Simak terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. A Traitor
TOK TOK TOK
"Nyonya..." panggil seseorang dari balik pintu kamarnya.
Dengan malas Hana berjalan menuju pintu untuk membukanya. Padahal ia sama sekali tak ada tenaga, bahkan untuk sekedar berdiri pun rasanya ia tak sanggup. Sudah lama ia tidak merasakan patah hati, terakhir saat Evans mencampakkannya begitu saja. Itu pun beberapa tahun yang lalu.
"Ada apa, Semyon?" tanya Hana sembari memaksakan senyum di wajahnya.
"Tuan meminta saya untuk menjemput anda."
"Kemana?"
"Tuan hanya mengatakan itu saja, Nyonya." tutur pria tua itu.
"Katakan padanya aku tidak mau, Semyon."
"T-tapi.."
Hana segera berbalik hendak masuk ke dalam kamarnya, tapi saat Hana akan menutup pintu itu, Semyon menahannya kemudian ia menusukkan sesuatu di leher Hana. Semyon tersenyum sinis sembari menekan jarum suntik yang sudah tertancap di leher Hana.
"Apa yang kau lakukan, Semyon?" tanya Hana terkejut. Tapi di detik berikutnya ia merasakan pusing dan tubuhnya mulai melemas.
Semyon tersenyum lebar saat wanita itu jatuh tidak sadarkan diri. Sekuat tenaga pria tua itu menopang tubuh Hana dan menggendongnya ke bawah menuju sebuah van hitam yang sudah ia sediakan bersama beberapa orang suruhannya. Saat melewati kamar Liam, ia menoleh sejenak untuk memastikan Aiko yang masih terbaring tak sadarkan diri di ranjang Liam. Pria itu membius Aiko saat wanita itu sedang tertidur bersama Liam.
"Apa yang terjadi pada Nyonya?" tanya seorang penjaga di bagian teras saat Semyon hendak memasukan Hana ke dalam mobil.
"Nyonya pingsan, aku akan membawanya ke rumah sakit." ujar Semyon.
"Aku akan menghubungi Tuan dan Edmon." sahutnya.
"Tidak perlu, aku sudah memberitahunya dan ia sudah dalam perjalanan menuju rumah sakit." jawab Semyon beralibi.
"Tapi mengapa kau memakai van itu?" tanya penjaga tersebut mulai mencurigai Semyon.
"Agar tidak terlacak oleh musuh. Kau tahu sendiri, musuh Tuan berada di mana-mana dan situasi seperti ini bisa saja dimanfaatkan oleh mereka." jawab Semyon seribu alasan.
Akhirnya penjaga itu pun membiarkan Semyon pergi dengan van tersebut dan Semyon tertawa meremehkan saat mobil itu berhasil melaju menuju gerbang utama mansion.
"Dasar bodoh! Semua orang-orang Bratva sangat bodoh!" Pekik Semyon.
"Cepat jalankan mobilnya sebelum mereka menyadari hilangnya sang Tuan Putri dan Putra Mahkotanya." titah Semyon kepada orang suruhannya.
"Aahh aku menantikan momen ini selama puluhan tahun, dan akhirnya kesabaranku membuahkan hasil. Sebentar lagi, semua keluarga Smirnov akan musnah. Aku harus memulainya dari mana? Liam? atau Hana?" gumam Semyon sembari menyeringai dan menatap melalui kaca berukuran kecil ke arah Hana dan Liam yang juga berada di dalam van tersebut.
***
Mobil yang dikendarai oleh Daniel baru saja tiba, dengan sumringah dan langkahnya yang lebar ia berjalan memasuki mansion karena sudah tidak sabar ingin segera bertemu dengan istrinya.
"Tuan? Mengapa anda berada di sini?" tanya penjaga tadi keheranan. Pasalnya sekitar lima belas menit yang lalu Semyon mengatakan padanya bahwa Daniel sedang menuju ke rumah sakit.
"Apa kepalamu terbentur dan membuat otakmu pindah ke dengkul lalu membuatmu kesulitan untuk berpikir? Pertanyaanmu itu sangat bodoh." umpat Daniel.
"Tapi tadi, Tuan Semyon memberitahukan padaku bahwa Anda sedang menuju rumah sakit karena..."
"Shit!!!" Umpat Daniel dan langsung berjalan ke lantai dua. Ia teringat akan pembicaraannya bersama Nikolai dan Gaston tadi saat mereka bertemu.
Flashback on
"Aku melihat beberapa panggilan mencurigakan dari ponsel milik Semyon." ujar Nikolai mengutarakan kecurigaannya. Bukan tanpa alasan ia melakukan itu, semenjak Daniel memintanya untuk mengawasi semua penjaga dan pelayan di mansion, ia melakukannya dengan sangat teliti. Nikolai memeriksa semua kegiatan yang dilakukan oleh penjaga dan pelayan di sana, tanpa terkecuali.
"Apa yang kau temukan?" tanya Daniel penasaran.
"Ada satu nomor yang sering menghubunginya. Jam dan tanggalnya selalu sesuai dengan masalah yang akhir-akhir ini terjadi." jawab Nikolai menjelaskan.
Daniel tak mau mempercayainya begitu saja. Mengingat Semyon yang sudah bekerja dengannya selama puluhan tahun dari sejak Bratva di pimpin oleh ayahnya. Rasanya tidak mungkin jika Semyon adalah pengkhianatnya.
Flashback off
"Brengsek!!!" Umpat Daniel saat ia menemukan kamarnya kosong. Daniel berlari menuju kamar putranya, tak ada Liam di sana. Ia hanya melihat Aiko yang masih tidak sadarkan diri.
"Aiko sadarlah!" Teriak Daniel sembari menampar pipi wanita itu dan berhasil. Aiko seketika terbangun meski kesadarannya belum seratus persen pulih.
"T-tuan, Tuan Muda Liam.." ujarnya lirih namun ia masih memaksakan dirinya untuk bangkit.
"Cepat cari atau aku akan menembakmu, Aiko!!" Teriak Daniel.
Daniel menghubungi Gaston dengan cepat dan memberitahunya bahwa Semyon telah menculik Hana dan Liam. "Beritahu juga Nikolai, lacak dimana keberadaan mobil yang membawa istri dan putraku."
"Baik Tuan." jawab Gaston di sebrang sana.
Daniel segera menuju garasinya untuk mengendarai sebuah motor agar ia bisa lebih cepat mengejar mobil itu. Tak lupa ia juga memakai earpiece agar lebih mudah tersambung dengan Gaston dan Nikolai.
"Mobil itu sepertinya menuju Rostov Na Donu, tapi mereka belum sampai sejauh itu." ujar Nikolai.
"Gotcha! Mobil kita ternyata lebih dekat, Gaston." pekik Nikolai.
"Bagus, kejar mereka dan jangan sampai lolos." sahut Daniel melalui earpiece nya.
***
"Bajingan!! Cepat sekali mereka menangkapku." umpat Semyon saat melihat mobilnya kini diikuti oleh beberapa mobil dan sepeda motor.
Semyon panik dan menghubungi Garret dengan cepat.
"Paman.." suara Garret terdengar cemas.
"Lindungi aku, Garret! Aku dikepung!"
"Paman tenang saja, beberapa mobil sudah berada di sana menunggu Paman. Di depan ada sebuah persimpangan, belok lah ke arah kiri, mereka akan menunggu Paman di sana."
"Berhenti pengkhianat!" teriak Aiko yang mengendari sepeda motor dan berhasil mencapai sisi mobil yang dikendarai oleh Semyon.
DOORR
Peluru melesat dari pistol yang berada di tangan Aiko tapi hanya mengenai kaca mobil bagian depan.
"Brengsek!" Umpat Semyon terkejut.
DORR DORR
Semyon membalas tembakan itu dari pistol yang ia pegang. Peluru yang keluar berhasil melumpuhkan beberapa pengendara meski Semyon cukup kewalahan.
"Lebih cepat lagi brengsek!" titah Semyon kepada sopirnya.
Mobil itu melaju dengan lebih cepat hingga akhirnya Semyon menemukan sebuah persimpangan yang di maksud oleh Garret. Mobil itu menukik tajam memasuki sebuah hutan yang sangat gelap. Tapi sesulit apapun Semyon bersembunyi, Daniel pasti menemukannya.
DOORR
Sebuah timah panas milik Nikolai berhasil mengenai paha Semyon saat ia baru saja keluar dari dalam mobil. Semyon langsung terduduk di tanah dengan darah yang mulai mengucur.
"Aaakhhh..." pekik Semyon.
"Paman!!" Teriak Garret saat ia mendengar pekikan Semyon dari panggilan yang sejak tadi masih menyala.
"Sepertinya aku tidak bisa membawanya, Garret." ujar Semyon sambil berusaha untuk berdiri.
DOORR DORR
Semyon dan beberapa orang suruhan Garret membalas tembakan itu, Nikolai dan Gaston langsung bersembunyi di samping mobilnya. Beruntung mobil itu anti peluru sehingga membuat keduanya sedikit aman. Tembakan demi tembakan saling bersahutan.
"Fuck! Amunisiku habis." umpat Gaston.
DOR DOR
Daniel yang baru saja tiba langsung menambahkan timah panas itu kepada musuhnya. Ia memberondong para musuh dengan tembakan yang tiada henti hingga akhirnya mereka semua tergeletak di tanah. Kini hanya tersisa Semyon yang masih mencoba untuk melindungi dirinya sendiri.
"Apa yang kau lakukan, Semyon?" tanya Daniel merasa tak percaya atas apa yang telah dilakukan oleh orang yang selama ini ia percaya.
Pria tua itu tertawa meremehkan. "Kau hidup di dunia mafia, Daniel. Tak ada seorang pun yang bisa kau percayai sepenuhnya. Itu yang aku tanamkan semenjak Dimitri menghabisi saudaraku satu-satunya!"
Daniel bingung dengan yang diucapkan oleh Semyon. Fakta apalagi ini, Daniel masih berusaha untuk menemukan inti dari semua masalah ini.
"Aku sangat menyesali telah mengizinkan Sofia bekerja di mansion Bratva. Andai semua itu tidak terjadi, mungkin wanita malang itu masih hidup hingga sekarang. Aku sudah mengingatkannya untuk tidak mencoba komunikasi dalam hal apapun kepada Dimitri. Hah, tapi wanita itu sangat bebal."
"Percuma saja kau menjelaskan, Semyon. You're still a traitor."
"Ya, kau benar. Aku hanya tidak terima Sofia mati ditangan kekasih yang dicintainya. Dan semenjak itu, dendam begitu membara di dalam sini." sahut Semyon sembari menunjuk ke arah dadanya.
"Ayahku tak mungkin membunuhnya, Semyon!" teriak Daniel membela sang ayah.
"Tapi faktanya seperti itu!" balas Semyon berteriak dan..
DOORR
Daniel menoleh ke belakang dimana Nikolai dan Gaston berada. Nikolai telah memuntahkan kembali amunisinya dan tepat mengenai kaki Semyon yang lain. Ternyata pria tua itu diam-diam mencoba untuk menembak ke arah Daniel. Semyon kembali roboh ke tanah.
"Aku tak ingin melihatmu terbaring lemah seperti dulu, Daniel." ujar Nikolai dengan datar.